Pakar Epideomologi prediksi puncak pandemik Sulsel di akhir Juni
11 Juni 2020 14:15 WIB
Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah bersama Rektor Unhas, Prof Dwia dan pakar Epideomologi Unhas, Prof Ridwan saat menyambangi kampus FKM Unhas untuk meminta bantuan terkait penanganan COVID-19 di Sulsel, Jumat (5/6/2020) ANTARA/HO-FKM Unhas
Makassar (ANTARA) - Pakar Epideomologi dai Universitas Hasanuddin Makasar Prof Ridwan Amiruddin memprediksi puncak percepatan pandemik virus corona atau COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan akan terjadi pada akhir Juni 2020.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin itu di Makassar Kamis menyampaikan percepatan puncak pandemik akan terjadi pada pekan ke tiga di Kota Makassar, sementara untuk wilayah Sulawesi Selatan akan lebih melambat karena populasinya lebih besar.
Baca juga: DPP PDIP sarankan kedepankan gotong royong hadapi pandemi COVID-19
"Pada wilayah Sulsel lebih melambat karena populasinya memang lebih besar yang bisa saja sampai akhir Juni dan sepertinya bahkan akan melewati Juni," katanya.
Prof Ridwan yang juga Ketua Tim Konsultasi Gugus Tugas Percepatan Pengendalian Penyakit COVID-19 Sulsel mengatakan berdasarkan hasil hitungan simulasi pada bulan Juni ini memang diprediksi akan terjadi peningkatan kasus.
Baca juga: Durasi pandemik Corona dan tata kelola distribusi pangan
Puncak percepatan pandemik yang akan terjadi lantaran atractive testing mulai gencar dilakukan dan dinilai sangat efektif untuk menekan kurva laju penyebaran COVID-19.
Menurutnya, semakin tinggi tes dilakukan maka semakin tinggi pula menangkap kasus-kasus baru untuk memutus mata rantai sebagai persoalan sosiologi di masyarakat.
Baca juga: Polda Sumbar larang tradisi "Balimau" di tengah pandemi COVID-19
Selain itu, terkait langkah pencegahan Prof Ridwan menyatakan semakin ketat penelusuran kontak kasus positif COVID-19 maka kasusnya pun semakin terkendali. Walaupun hal ini disertai dengan peningkatan kasus harian, namun itu berarti semakin intens pelacakan yang dilakukan.
Kasus cenderung kelihatan meningkat, karena saat ini untuk pertama kali semua kabupaten melakukan intensif tracking masif testing.
"Memang kasus harian meningkat tetapi secara pelan-pelan pengendalian terjadi karena tidak muncul lagi kasus baru dari upaya pengendalian yang dilakukan melalui pelacakan," katanya.
Sehingga kata dia, pada bulan Juni warga Sulsel akan menemui percepatan puncak pandemik.
"Artinya kita akan khawatir pada bulan Juni, dengan adanya pelonggaran, mobilitas sangat tinggi, dan terjadi peningkatan signifikan," ujarnya.
Meski demikian, dari hasil hitungan itu diketahui bahwa hasil pertumbuhan angka kasus tersebut berada di angka delapan persen. Berbeda dengan angka kasus pada awal bulan Maret dengan angka pertumbuhan kasus COVID-19 mencapai 28 persen.
Disampaikan sejak awal Maret, kasus COVID-19 meledak di Sulsel dengan jumlah pertumbuhannya 28 persen dengan waktu penggandaan 3-4 hari.
"Sekarang sisa delapan persen. Artinya setelah terjadi penambahan jumlah kasus, kita tidak boleh bertahan di angka kasus kumulatif saja, karena dari angka kasus delapan persen itu dengan waktu penggandaan delapan hari," ujarnya.
Selanjutnya, Pemprov Sulsel mengembangkan beberapa program pengendalian bersifat masif, maka hingga saat ini penyebaran COVID-19 di Sulsel berada di angka reproduksi pertumbuhan (RT) kasus yang masih berkisar di angka 0,9 sampai 1,8.
Prof Ridwan menyebutkan ada sebanyak 30 persen orang tanpa gejala (OTG) yang sementara ditelusuri dan dilacak keberadaannya, karena jangan sampai mereka akan menjadi sumber penularan, sehingga OTG yang beredar, harus dites, karena hanya tes yang bisa menjastifikasi mereka sebagai sumber penularan.
"Jadi pergerakan ini sangat dinamis dan sangat bergantung terhadap upaya-upaya yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Seperti disiplin menggunakan masker, jaga jarak, sering cuci tangan dan selalu menggunakan sabun pembersih tangan pada setiap aktivitas," urainya.
Berhubungan dengan itu, persebaran kasus menurut wilayah berada di empat kabupaten/kota yang mendapatkan perhatian prioritas dengan angka kasus tinggi, yakni Makassar, Kabupaten Gowa, Maros dan Luwuk Timur.
Makassar sebagai episentrum, Kabupaten Gowa dan Maros sebagai kabupaten tetangga, sedangkan Luwu Timur sebagai daerah yang memiliki penerbangan langsung dengan adanya industri pertambangan PT Vale.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin itu di Makassar Kamis menyampaikan percepatan puncak pandemik akan terjadi pada pekan ke tiga di Kota Makassar, sementara untuk wilayah Sulawesi Selatan akan lebih melambat karena populasinya lebih besar.
Baca juga: DPP PDIP sarankan kedepankan gotong royong hadapi pandemi COVID-19
"Pada wilayah Sulsel lebih melambat karena populasinya memang lebih besar yang bisa saja sampai akhir Juni dan sepertinya bahkan akan melewati Juni," katanya.
Prof Ridwan yang juga Ketua Tim Konsultasi Gugus Tugas Percepatan Pengendalian Penyakit COVID-19 Sulsel mengatakan berdasarkan hasil hitungan simulasi pada bulan Juni ini memang diprediksi akan terjadi peningkatan kasus.
Baca juga: Durasi pandemik Corona dan tata kelola distribusi pangan
Puncak percepatan pandemik yang akan terjadi lantaran atractive testing mulai gencar dilakukan dan dinilai sangat efektif untuk menekan kurva laju penyebaran COVID-19.
Menurutnya, semakin tinggi tes dilakukan maka semakin tinggi pula menangkap kasus-kasus baru untuk memutus mata rantai sebagai persoalan sosiologi di masyarakat.
Baca juga: Polda Sumbar larang tradisi "Balimau" di tengah pandemi COVID-19
Selain itu, terkait langkah pencegahan Prof Ridwan menyatakan semakin ketat penelusuran kontak kasus positif COVID-19 maka kasusnya pun semakin terkendali. Walaupun hal ini disertai dengan peningkatan kasus harian, namun itu berarti semakin intens pelacakan yang dilakukan.
Kasus cenderung kelihatan meningkat, karena saat ini untuk pertama kali semua kabupaten melakukan intensif tracking masif testing.
"Memang kasus harian meningkat tetapi secara pelan-pelan pengendalian terjadi karena tidak muncul lagi kasus baru dari upaya pengendalian yang dilakukan melalui pelacakan," katanya.
Sehingga kata dia, pada bulan Juni warga Sulsel akan menemui percepatan puncak pandemik.
"Artinya kita akan khawatir pada bulan Juni, dengan adanya pelonggaran, mobilitas sangat tinggi, dan terjadi peningkatan signifikan," ujarnya.
Meski demikian, dari hasil hitungan itu diketahui bahwa hasil pertumbuhan angka kasus tersebut berada di angka delapan persen. Berbeda dengan angka kasus pada awal bulan Maret dengan angka pertumbuhan kasus COVID-19 mencapai 28 persen.
Disampaikan sejak awal Maret, kasus COVID-19 meledak di Sulsel dengan jumlah pertumbuhannya 28 persen dengan waktu penggandaan 3-4 hari.
"Sekarang sisa delapan persen. Artinya setelah terjadi penambahan jumlah kasus, kita tidak boleh bertahan di angka kasus kumulatif saja, karena dari angka kasus delapan persen itu dengan waktu penggandaan delapan hari," ujarnya.
Selanjutnya, Pemprov Sulsel mengembangkan beberapa program pengendalian bersifat masif, maka hingga saat ini penyebaran COVID-19 di Sulsel berada di angka reproduksi pertumbuhan (RT) kasus yang masih berkisar di angka 0,9 sampai 1,8.
Prof Ridwan menyebutkan ada sebanyak 30 persen orang tanpa gejala (OTG) yang sementara ditelusuri dan dilacak keberadaannya, karena jangan sampai mereka akan menjadi sumber penularan, sehingga OTG yang beredar, harus dites, karena hanya tes yang bisa menjastifikasi mereka sebagai sumber penularan.
"Jadi pergerakan ini sangat dinamis dan sangat bergantung terhadap upaya-upaya yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Seperti disiplin menggunakan masker, jaga jarak, sering cuci tangan dan selalu menggunakan sabun pembersih tangan pada setiap aktivitas," urainya.
Berhubungan dengan itu, persebaran kasus menurut wilayah berada di empat kabupaten/kota yang mendapatkan perhatian prioritas dengan angka kasus tinggi, yakni Makassar, Kabupaten Gowa, Maros dan Luwuk Timur.
Makassar sebagai episentrum, Kabupaten Gowa dan Maros sebagai kabupaten tetangga, sedangkan Luwu Timur sebagai daerah yang memiliki penerbangan langsung dengan adanya industri pertambangan PT Vale.
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: