Vietnam masuk normal baru, Indonesia diharapkan tangkap peluang bisnis
11 Juni 2020 13:12 WIB
Tangkapan layar Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam Ibnu Hadi saat menyampaikan paparan pada diskusi bertajuk "Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca COVID-19: Manfaat bagi Dunia Usaha Indonesia" yang digelar oleh KBRI Hanoi lewat aplikasi Zoom, Kamis (11/6/2020). (ANTARA/Genta Tenri Mawangi)
Jakarta (ANTARA) - Pelaku usaha di Indonesia diharapkan dapat menangkap peluang bisnis di Vietnam mengingat negara itu berhasil mengendalikan wabah COVID-19 dan saat ini telah menjalani normal baru dengan membuka kembali sektor ekonominya, kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, Ibnu Hadi, Kamis.
Beberapa peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan pengusaha Indonesia, di antaranya peluang ekspor barang mentah (raw materials) dan barang setengah jadi (intermediate goods), serta beberapa pelonggaran pajak dan pemberian insentif dari Pemerintah Vietnam ke para pelaku usaha.
"Vietnam setelah COVID-19 fokus pada pemulihan bisnis, mendorong ekspor, dan menarik PMA (penanaman modal asing, red). Saya mengharapkan kalangan pengusaha Indonesia harus bisa memanfaatkan kesempatan saat ini, yaitu adanya peningkatan ekspor di Vietnam diikuti dengan peningkatan kebutuhan produk impor bahan baku, raw materials dan intermediate goods. Vietnam butuh impor dari berbagai negara dan itu jadi kesempatan untuk Indonesia," terang Dubes Ibnu saat sesi seminar virtual yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Hanoi.
Otoritas di Vietnam mengumumkan pihaknya telah bebas penularan COVID-19 dari dalam negeri selama lebih dari 50 hari. Pemerintah setempat secara bertahap telah melonggarkan sejumlah aturan pembatasan sejak 23 April. Terakhir pada 9 Juni, sebagian besar kegiatan masyarakat dan aktivitas perekonomian, termasuk penerbangan domestik telah kembali beroperasi.
Baca juga: KBRI Hanoi akan selenggarakan forum bisnis
Baca juga: Kemenpar-KBRI Hanoi berkolaborasi rebut wisatawan Vietnam
Selama periode itu, Pemerintah Vietnam membuka kembali ekspor beberapa komoditas penting seperti beras dan alat kesehatan, mengingat tingginya permintaan negara-negara dunia. Peningkatan ekspor Vietnam, menurut Dubes Ibnu, dapat dimanfaatkan pelaku usaha Indonesia, khususnya untuk memasok bahan baku dan produk setengah jadi ke Vietnam.
"Struktur industri di Vietnam di tengahnya itu kosong. Produk akhir bagus karena tenaga kerja murah, tetapi di tengahnya hampir semuanya kosong, karena itu butuh impor dari berbagai negara," kata Dubes Ibnu.
Oleh karena itu, pelaku usaha Indonesia dapat lebih agresif memanfaatkan peluang bisnis di Vietnam, misalnya dengan tidak selalu mengandalkan skema pengiriman barang free on board (FOB), tetapi bergerak lebih jauh dengan menunjuk agen atau distributor tetap di Vietnam, terang dia.
Langkah itu, menurut Dubes Ibnu, dapat menjamin distribusi barang dari Indonesia ke Vietnam.
Di samping itu, pelaku usaha Indonesia sebaiknya mulai membuka kantor perwakilan di Vietnam agar dapat langsung menangkap peluang yang tersedia serta mengikuti perkembangan di lapangan, tambah Dubes Ibnu.
Ia menyampaikan banyak pihak menilai Vietnam sebagai saingan, tetapi negara itu masuk dalam 10 besar pasar untuk produk asal Indonesia. Di samping Vietnam, negara lain yang jadi pasar utama Indonesia, antara lain China, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, India, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina.
"Selama ini, Vietnam selalu dipandang sebagai saingan Indonesia karena industri kopi, lada, karet, mungkin industri garmen tekstil kita bersaing. Namun di lain pihak, Vietnam merupakan salah satu mitra ekonomi utama Indonesia," terang Dubes Ibnu.
Baca juga: KBRI dorong penerbangan langsung Hanoi-Jakarta untuk wisata
Baca juga: Produk perikanan Indonesia diminati pasar Vietnam
Beberapa peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan pengusaha Indonesia, di antaranya peluang ekspor barang mentah (raw materials) dan barang setengah jadi (intermediate goods), serta beberapa pelonggaran pajak dan pemberian insentif dari Pemerintah Vietnam ke para pelaku usaha.
"Vietnam setelah COVID-19 fokus pada pemulihan bisnis, mendorong ekspor, dan menarik PMA (penanaman modal asing, red). Saya mengharapkan kalangan pengusaha Indonesia harus bisa memanfaatkan kesempatan saat ini, yaitu adanya peningkatan ekspor di Vietnam diikuti dengan peningkatan kebutuhan produk impor bahan baku, raw materials dan intermediate goods. Vietnam butuh impor dari berbagai negara dan itu jadi kesempatan untuk Indonesia," terang Dubes Ibnu saat sesi seminar virtual yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Hanoi.
Otoritas di Vietnam mengumumkan pihaknya telah bebas penularan COVID-19 dari dalam negeri selama lebih dari 50 hari. Pemerintah setempat secara bertahap telah melonggarkan sejumlah aturan pembatasan sejak 23 April. Terakhir pada 9 Juni, sebagian besar kegiatan masyarakat dan aktivitas perekonomian, termasuk penerbangan domestik telah kembali beroperasi.
Baca juga: KBRI Hanoi akan selenggarakan forum bisnis
Baca juga: Kemenpar-KBRI Hanoi berkolaborasi rebut wisatawan Vietnam
Selama periode itu, Pemerintah Vietnam membuka kembali ekspor beberapa komoditas penting seperti beras dan alat kesehatan, mengingat tingginya permintaan negara-negara dunia. Peningkatan ekspor Vietnam, menurut Dubes Ibnu, dapat dimanfaatkan pelaku usaha Indonesia, khususnya untuk memasok bahan baku dan produk setengah jadi ke Vietnam.
"Struktur industri di Vietnam di tengahnya itu kosong. Produk akhir bagus karena tenaga kerja murah, tetapi di tengahnya hampir semuanya kosong, karena itu butuh impor dari berbagai negara," kata Dubes Ibnu.
Oleh karena itu, pelaku usaha Indonesia dapat lebih agresif memanfaatkan peluang bisnis di Vietnam, misalnya dengan tidak selalu mengandalkan skema pengiriman barang free on board (FOB), tetapi bergerak lebih jauh dengan menunjuk agen atau distributor tetap di Vietnam, terang dia.
Langkah itu, menurut Dubes Ibnu, dapat menjamin distribusi barang dari Indonesia ke Vietnam.
Di samping itu, pelaku usaha Indonesia sebaiknya mulai membuka kantor perwakilan di Vietnam agar dapat langsung menangkap peluang yang tersedia serta mengikuti perkembangan di lapangan, tambah Dubes Ibnu.
Ia menyampaikan banyak pihak menilai Vietnam sebagai saingan, tetapi negara itu masuk dalam 10 besar pasar untuk produk asal Indonesia. Di samping Vietnam, negara lain yang jadi pasar utama Indonesia, antara lain China, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, India, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina.
"Selama ini, Vietnam selalu dipandang sebagai saingan Indonesia karena industri kopi, lada, karet, mungkin industri garmen tekstil kita bersaing. Namun di lain pihak, Vietnam merupakan salah satu mitra ekonomi utama Indonesia," terang Dubes Ibnu.
Baca juga: KBRI dorong penerbangan langsung Hanoi-Jakarta untuk wisata
Baca juga: Produk perikanan Indonesia diminati pasar Vietnam
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: