Penggunaan gawai selama belajar dari rumah harus sesuai kebutuhan
11 Juni 2020 11:57 WIB
Siswa SD mengerjakan tugas sekolah menggunakan aplikasi daring dari gawai sambil berjemur sinar matahari pagi di rumahnya di Laladon Gede, Desa Laladon, Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/3/2020). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr Rose Mini Agoes Salim mengatakan para orang tua harus memerhatikan dengan seksama penggunaan gawai pada anak selama menjalankan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah agar disesuaikan dengan kebutuhan.
"Sekarang belajar di rumah banyak menggunakan konten internet, maka penggunaan gawai hendaknya sesuai dengan kebutuhan saja," kata dia di Jakarta, Kamis.
Ia menyarankan jangan sampai orang tua ketika memberikan gawai kepada anak untuk kepentingan pembelajaran jarak jauh ditinggal begitu saja karena dapat berpotensi penyalahgunaan gawai.
"Digunakan sesuai porsinya, jangan nanti diam-diam kita berikan terus kita tinggal, itu yang tidak benar," katanya.
Bahkan, sebaiknya kebutuhan konten internet untuk anak tersebut disambungkan ke laptop atau komputer agar sekaligus mengingat dari sisi kesehatan mata anak. Sebab jika menggunakan gawai ukuran layarnya lebih kecil.
Baca juga: Orang tua Kota Metropolitan diingatkan untuk bimbing anak bergawai
Baca juga: Orangtua mampu bermusik bisa atasi anak ketergantuan gawai
Untuk rentang waktu penggunaannya pun, sebaiknya ada perjanjian kontrak dengan anak di antaranya boleh digunakan berapa lama dan untuk apa saja sehingga anak disiplin memakai gawai.
Terkait materi pembelajaran yang diberikan guru saat belajar dari rumah, ia mengatakan sebenarnya hal itu tidak semestinya menjadi beban bagi anak ataupun orang tua. Sebab, materinya sudah diringkas atau tidak banyak. Begitu pula penggunaan aplikasi konferensi video tidak dilakukan setiap hari.
"Kelihatan menjadi beban karena anak harus membuatnya sendiri. Kebetulan dia kadang-kadang bertanya ke orang tua, tapi tiap kali anak bertanya tiap kali itu juga orang tua marah. Akibatnya ini jadi beban," katanya.
Padahal, jika kegiatan pembelajaran jarak jauh tersebut dilakukan sesuai stimulasi dari guru yang telah disusun untuk mengasah kemampuan anak, sebenarnya tinggal menjalaninya saja.
Menurut dia, untuk anak yang usianya sudah besar kemungkinan bisa diberi kesempatan untuk mencobanya sendiri, sementara untuk yang masih kecil bisa dibimbing atau dibantu terutama saat perlu menyambungkan ke konten internet misalnya zoom dengan gurunya.
"Intinya semua bisa melakukan itu tanpa merepotkan orang tua. Tapi kadang orang tua yang menciptakan standar ganda yakni tidak boleh salah sehingga anak disuruh ulang saat salah," ujar dia.
Hal itulah yang terkadang menjadi pemicu stres pada anak dengan standar-standar yang diberikan orang tua. Dengan kata lain, dapat memengaruhi sisi psikologis anak sedangkan saat di sekolah kemungkinan mereka tidak dituntut sebagaimana terjadi di rumah.
Baca juga: Psikolog: Orang tua bijak berikan gawai saat anak belajar di rumah
"Sekarang belajar di rumah banyak menggunakan konten internet, maka penggunaan gawai hendaknya sesuai dengan kebutuhan saja," kata dia di Jakarta, Kamis.
Ia menyarankan jangan sampai orang tua ketika memberikan gawai kepada anak untuk kepentingan pembelajaran jarak jauh ditinggal begitu saja karena dapat berpotensi penyalahgunaan gawai.
"Digunakan sesuai porsinya, jangan nanti diam-diam kita berikan terus kita tinggal, itu yang tidak benar," katanya.
Bahkan, sebaiknya kebutuhan konten internet untuk anak tersebut disambungkan ke laptop atau komputer agar sekaligus mengingat dari sisi kesehatan mata anak. Sebab jika menggunakan gawai ukuran layarnya lebih kecil.
Baca juga: Orang tua Kota Metropolitan diingatkan untuk bimbing anak bergawai
Baca juga: Orangtua mampu bermusik bisa atasi anak ketergantuan gawai
Untuk rentang waktu penggunaannya pun, sebaiknya ada perjanjian kontrak dengan anak di antaranya boleh digunakan berapa lama dan untuk apa saja sehingga anak disiplin memakai gawai.
Terkait materi pembelajaran yang diberikan guru saat belajar dari rumah, ia mengatakan sebenarnya hal itu tidak semestinya menjadi beban bagi anak ataupun orang tua. Sebab, materinya sudah diringkas atau tidak banyak. Begitu pula penggunaan aplikasi konferensi video tidak dilakukan setiap hari.
"Kelihatan menjadi beban karena anak harus membuatnya sendiri. Kebetulan dia kadang-kadang bertanya ke orang tua, tapi tiap kali anak bertanya tiap kali itu juga orang tua marah. Akibatnya ini jadi beban," katanya.
Padahal, jika kegiatan pembelajaran jarak jauh tersebut dilakukan sesuai stimulasi dari guru yang telah disusun untuk mengasah kemampuan anak, sebenarnya tinggal menjalaninya saja.
Menurut dia, untuk anak yang usianya sudah besar kemungkinan bisa diberi kesempatan untuk mencobanya sendiri, sementara untuk yang masih kecil bisa dibimbing atau dibantu terutama saat perlu menyambungkan ke konten internet misalnya zoom dengan gurunya.
"Intinya semua bisa melakukan itu tanpa merepotkan orang tua. Tapi kadang orang tua yang menciptakan standar ganda yakni tidak boleh salah sehingga anak disuruh ulang saat salah," ujar dia.
Hal itulah yang terkadang menjadi pemicu stres pada anak dengan standar-standar yang diberikan orang tua. Dengan kata lain, dapat memengaruhi sisi psikologis anak sedangkan saat di sekolah kemungkinan mereka tidak dituntut sebagaimana terjadi di rumah.
Baca juga: Psikolog: Orang tua bijak berikan gawai saat anak belajar di rumah
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: