Jakarta (ANTARA) - Operator Liga AS (MLS) menegaskan mereka tidak akan mengubah kebijakan yang tidak menjatuhkan hukuman kepada pemain atau staf yang melakukan protes damai saat lagu kebangsaan dinyanyikan.

Mantan quarterback San Francisco 49ers Colin Kaepernick berlutut saat lagu kebangsaan dinyanyikan pada 2016, sebagai protes terhadap ketidak adilan rasial dan brutalitas polisi. Setelah aksinya itu, tidak ada klub NFL lain yang mau merekrut Kaepernick.

Isu kontroversial itu kembali naik ke permukaan setelah wafatnya George Floyd, warga kulit hitam yang meninggal dunia setelah seorang polisi kulit putih mencekik lehernya. Hal itu kemudian berujung pada aksi-aksi protes di AS dan negara-negara lainnya.

Baca juga: Polisi Minneapolis ditangkap, dituntut pembunuhan atas George Floyd

"MLS mendukung kebebasan berbicara dan hak untuk melakukan protes damai yang merupakan ciri khas AS dan Kanada," demikian pernyataan MLS seperti dikutip Reuters.

"Jika para pemain atau staf memutuskan untuk berdiri, berlutut, atau melakukan hal lain untuk mengekspresikan hak mereka melakukan protes damai saat lagu kebangsaan dimainkan sebelum pertandingan-pertandingan liga, kami mendukung mereka."

Pernyataan itu muncul setelah Komisioner NFL Roger Godell pada pekan lalu mengatakan liga telah membuat kesalahan dengan tidak mendengarkan para pemain dan tidak mendukung mereka untuk melakukan protes secara damai.

Sikap MLS ini juga keluar pada hari yang sama ketika Federasi Sepak bola AS (US Soccer) dijadwalkan melakukan pertemuan untuk mempertimbangkan kebijakan yang memaksa pemain berdiri saat lagu kebangsaan dimainkan.

Kebijakan itu disahkan pada 2017 setelah anggota timnas putri AS Megan Rapinoe berlutut saat lagu kebangsaan dimainkan sebelum pertandingan melawan tim Thailand pada 2016.

Baca juga: MLS jajaki skenario-skenario lanjutkan kompetisi

Baca juga: Kevin Durant beli saham minoritas sebuah klub MLS

Baca juga: Antoine Griezmann ungkap keinginan gantung sepatu di MLS