PAL: Progres pembangunan pembangkit listrik terapung 44,61 persen
9 Juni 2020 20:14 WIB
Owner Representative PT Indonesia Power Leonard Sampe Tua Siahaan, Direktur Rekayasa Umum dan Harkan PT PAL Indonesia (Persero) Sutrisno, dan Perwakilan BKI & ABS saat acara 'keel laying' atau pemotongan baja pembangkit terapung 'dual fuel' BMPP 60 MW Kolaka 1 di Surabaya, Jatim, Selasa (9/6/2020). ANTARA /HO-PT PAL Indonesia
Surabaya (ANTARA) - Direktur Rekayasa Umum dan Harkan PT PAL Indonesia (Persero) Sutrisno mengatakan progres pembangunan pembangkit listrik terapung dual fuel BMPP 60 MW Kolaka 1 pesanan PT Indonesia Power telah mencapai 44,61 persen dan akan terus dipastikan berjalan sesuai jadwal.
"PAL Indonesia akan terus melakukan langkah strategis memastikan proyek ini terus berjalan sesuai dengan jadwal. Komitmen itu diwujudkan melalui mitigasi dan langkah antisipatif terhadap potensi potensi halangan dalam pengerjaan proyek," katanya dalam acara keel laying atau pemotongan baja kapal itu di Surabaya, Jatim, Selasa.
Baca juga: PAL Indonesia bangun kapal pembangkit listrik 150 MW
Menurut Sutrisno, dalam pelaksanaannya melalui video daring itu, keel laying Kolaka 1 ditandai dengan loading 3 block di Graving Dock Semarang-PT PAL Indonesia.
Direktur Pengembangan dan Niaga Indonesia Power Adi Supriono mengapresiasi PAL Indonesia atas komitmennya terus mengerjakan proyek pembangkit di tengah pandemi COVID-19.
Ia mengatakan, kapal pembangkit tersebut sangat vital dan menjadi bagian dalam program elektrifikasi nasional dari Presiden Joko Widodo yang akan diproyeksikan di wilayah-wilayah terpencil atau remote area.
Terlebih pada masa pandemi ini, kata dia, pembangkit itu menjadi sangat strategis untuk memastikan kelancaran penanganan medis di wilayah terpencil.
Pasokan listrik dari kapal pembangkit akan memastikan berfungsinya alat-alat medis dan penunjang seperti ventilator dan kelistrikan di fasilitas-fasilitas kesehatan.
Sementara itu, Kolaka 1 memiliki panjang 72 meter, lebar 27,4 meter, tinggi 6,5 meter dan sarat setinggi 4,7 meter serta ditunjang dengan 6 x dual fuel engine 20V34DF.
Sedangkan, pembangkit terapung berkapasitas 30 MW memiliki memiliki panjang 54 meter, lebar 27,4 meter, tinggi 6,5 meter, dan sarat setinggi 4,7 meter serta ditunjang dengan 3 x dual fuel engine 20V34DF.
Dual fuel BMPP 60 MW Kolaka 1 ini merupakan salah satu dari tiga dual fuel BMPP 150 MW yang dipesan oleh PT Indonesia Power kepada PT PAL Indonesia (Persero).
Dual Fuel BMPP memiliki dimensi yang compact dan sarat barge rendah yang cocok untuk daerah terpencil.
BMPP ini juga memiliki keunggulan fleksibilitas pengoperasian dengan bahan bakar yang berbeda, dapat dioperasikan dengan mode BBM atau diesel atau mode gas tanpa perlu mematikan pembangkit dan tanpa kedip.
Selain itu memiliki heat rate dan spesific fuel consumption (SFC) yang sangat efisien serta mampu dioperasikan secara terus-menerus tanpa docking repair selama 20 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau mengganti pembangkit terapung di beberapa wilayah Indonesia.
Baca juga: Presiden Jokowi: KRI Alugoro wujud kemandirian alutsista nasional
Baca juga: Thorcon dan PAL selesaikan kajian desain reaktor pembangkit thorium
"PAL Indonesia akan terus melakukan langkah strategis memastikan proyek ini terus berjalan sesuai dengan jadwal. Komitmen itu diwujudkan melalui mitigasi dan langkah antisipatif terhadap potensi potensi halangan dalam pengerjaan proyek," katanya dalam acara keel laying atau pemotongan baja kapal itu di Surabaya, Jatim, Selasa.
Baca juga: PAL Indonesia bangun kapal pembangkit listrik 150 MW
Menurut Sutrisno, dalam pelaksanaannya melalui video daring itu, keel laying Kolaka 1 ditandai dengan loading 3 block di Graving Dock Semarang-PT PAL Indonesia.
Direktur Pengembangan dan Niaga Indonesia Power Adi Supriono mengapresiasi PAL Indonesia atas komitmennya terus mengerjakan proyek pembangkit di tengah pandemi COVID-19.
Ia mengatakan, kapal pembangkit tersebut sangat vital dan menjadi bagian dalam program elektrifikasi nasional dari Presiden Joko Widodo yang akan diproyeksikan di wilayah-wilayah terpencil atau remote area.
Terlebih pada masa pandemi ini, kata dia, pembangkit itu menjadi sangat strategis untuk memastikan kelancaran penanganan medis di wilayah terpencil.
Pasokan listrik dari kapal pembangkit akan memastikan berfungsinya alat-alat medis dan penunjang seperti ventilator dan kelistrikan di fasilitas-fasilitas kesehatan.
Sementara itu, Kolaka 1 memiliki panjang 72 meter, lebar 27,4 meter, tinggi 6,5 meter dan sarat setinggi 4,7 meter serta ditunjang dengan 6 x dual fuel engine 20V34DF.
Sedangkan, pembangkit terapung berkapasitas 30 MW memiliki memiliki panjang 54 meter, lebar 27,4 meter, tinggi 6,5 meter, dan sarat setinggi 4,7 meter serta ditunjang dengan 3 x dual fuel engine 20V34DF.
Dual fuel BMPP 60 MW Kolaka 1 ini merupakan salah satu dari tiga dual fuel BMPP 150 MW yang dipesan oleh PT Indonesia Power kepada PT PAL Indonesia (Persero).
Dual Fuel BMPP memiliki dimensi yang compact dan sarat barge rendah yang cocok untuk daerah terpencil.
BMPP ini juga memiliki keunggulan fleksibilitas pengoperasian dengan bahan bakar yang berbeda, dapat dioperasikan dengan mode BBM atau diesel atau mode gas tanpa perlu mematikan pembangkit dan tanpa kedip.
Selain itu memiliki heat rate dan spesific fuel consumption (SFC) yang sangat efisien serta mampu dioperasikan secara terus-menerus tanpa docking repair selama 20 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau mengganti pembangkit terapung di beberapa wilayah Indonesia.
Baca juga: Presiden Jokowi: KRI Alugoro wujud kemandirian alutsista nasional
Baca juga: Thorcon dan PAL selesaikan kajian desain reaktor pembangkit thorium
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: