Batam (ANTARA) - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Hamid Wahyuda, keluar dari Rumah Sakit Arifin Achmad di Kota Pekanbaru, Riau, dengan wajah semringah. Rupanya ia gembira karena dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan bisa pulang dari rumah sakit, Selasa.

Ia dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah dalam dua kali hasil tes swabnya dinyatakan negatif. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri berfoto bersama dengan para perawat di rumah sakit.

Hanya beberapa jam sebelum meninggalkan rumah sakit, pria yang akrab disapa Yuda itu mengikuti telekonferens bersama masyarakat Natuna, untuk menjelaskan kondisinya.

Masih mengenakan baju pasien dalam perawatan berwarna biru, masker hijau dan tangan yang masih terpasang selang infus, ia semangat menceritakan pengalamannya sebelum dinyatakan terpapar virus corona jenis baru itu dan masa perawatannya.

Yuda bercerita berada di Pekanbaru untuk melakukan tes kesehatan lengkap, karena kondisi kesehatannya menurun sepulangnya dari perjalanan dinas ke Kota Bandung, Jawa Barat.

Di Pekanbaru, ia sempat dinyatakan menderita demam berdarah dan dirawat di sana. Setelah dirawat beberapa hari, ia pun dinyatakan sembuh dan kembali ke Natuna.

Dari Natuna, ia kembali ke Pekanbaru untuk pemeriksaan kesehatan lanjutan.

Sebelum kembali lagi ke Natuna, ia sengaja mengikuti tes cepat COVID-19 sebanyak dua kali secara mandiri di Pekanbaru, untuk memastikan kondisi dirinya, hasilnya reaktif.

Karenanya, ia kemudian memutuskan ikut tes swab mandiri di rumah sakit swasta di Pekanbaru. Karena tes mandiri, maka biaya yang dikeluarkan relatif besar, yakni sekitar Rp1,8 juta.

Usai tes swab, ia diminta untuk menjalani karantina mandiri di kediamannya, sambil menunggu hasilnya.

"Saya ikuti protokol kesehatan, di Kampar saja, tidak keluar kamar, makan, minum lewat pintu saja," kata dia.

Saat menunggu di kediamannya, dokter dari rumah sakit menelponnya, dan meminta untuk segera ke rumah sakit.

Ia sempat mempertanyakan alasan permintaan itu. Menurut dia, apabila tidak sakit, kenapa harus ke rumah sakit. Baru kemudian dokter menyatakan, bahwa dirinya positif COVID-19.

"Baru dia bilang, jujur Bapak positif. Kalau saya positif saya harus berobat, tidak mungkin saya lari," cerita Yuda.


Merasa sehat

Sesampainya di rumah sakit swasta tempatnya tes swab, perawat dengan alat pelindung diri lengkap langsung menjemput menggunakan kursi roda. Ia menolak, karena merasa sehat. Ia pun sempat menolak dipasangkan infus, karena merasa sehat.

"Perasaan saya sehat begini," kata dia.

Malamnya, ia mengonsumsi obat dan tidur dengan nyenyak.

Paginya, ia diberangkatkan ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru untuk menjalani isolasi, diantar ambulans dengan petugas yang mengenakan APD lengkap.

"Di ambulans, saya duduk saja, ngapain baring, perasaan saya sehat. OTG memang seperti itu," kata dia.

Begitu pula saat tiba di RSUD Arifin Ahmad, dirinya memutuskan berjalan kaki masuk ke ruangan isolasi. Ia betul-betul merasa sehat, tanpa gejala apa pun.

"Saya tidak bisa cerita sesak nafasnya bagaimana. Tidak ada batuk dan sesak nafas," kata dia.

Meski begitu, ia mengakui sempat stres, karena dinyatakan sakit dan berada jauh dari keluarga.

"Namun rasa sakit corona saya tidak tahu. Saya tanya ke perawat, kalau OTG itulah namanya, karena tidak merasakan gejala. yang mengetahui laboraturium," kata dia.

Meski tidak merasakan gejala apa pun, namun ia menegaskan tidak meremehkan penyakit itu. Ia percaya, yang mengetahui keberadaan virus adalah hasil laboraturium, karenanya penting harus percaya dengan hasil labotorium.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Natuna Kepulauan Riau Hamid Wahyuda melakukan telekonferens bersama warga setempat, Selasa. (Naim)
Sembuh

Selama berada di RSUD Arifin Achmad, Yuda mengaku mendapatkan perawatan yang baik, meski pada mulanya pihak rumah sakit tidak mengetahui dirinya adalah pejabat.

Ia pun bersyukur mendapatkan ruangan yang relatif luas selama diisolasi sehingga bisa menjalankan beragam aktivitas dengan nyaman, termasuk berolahraga rutin.

"Ruangannya besar, tidak membuat kita tambah stres, bisa beraktivitas di dalam. Saya berolahraga," kata dia.

Ia pun meneguhkan tekadnya untuk sembuh. Mengalahkan virus yang kini ditakuti dunia.

"Masak kalah sama virus yang kecil," lanjutnya.

Apalagi, seluruh rekan, teman dan saudaranya di Natua terus memberinya semangat, menambah tekadnya untuk memenangkan pertarungan dengan virus corona.

Ia menyempatkan diri untuk memberikan klarifikasi kepada warga Natuna yang khawatir dengan dirinya. Klarifikasi di media sosial itu mendapatkan respons positif masyarakat, yang sempat takut dengan segala asumsi yang berkembang.

"Alhamdulillah, tidak ada komentar negatif. Semua mendukung, mendoakan. Saya sampai mengeluarkan air mata," lanjut dia..

Semangat dari segenap warga Natuna itulah yang membuat tekadnya tambah bulat untuk mengenyahkan virus corona dari tubuhnya.

Setelah beberapa hari dirawat, otoritas kesehatan setempat kembali mengambil sampel tenggorokannya, dan kembali melakukannya dua hari kemudian, namun hasilnya masih dirahasiakan darinya.

"Saya enggak tahu hasil. Kata perawat, kondisinya tambah bagus, pertahankan, jangan sampai turun imun," lanjut Yuda bercerita.

Di dalam ruang isolasi, ia pun terus memantau berita yang berkembang melalui telepon genggam. Dan dari situlah ia mengetahui bahwa sebenarnya hasil dua kali swab dirinya berturut-turut dinyakan negatif.


Manusia laknat

Dalam kesempatan telekonferens itu, ia kembali menegaskan niatnya untuk tidak membawa virus ke Natuna.

Meski kini telah dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit, ia ingin memastikan dirinya benar-benar bersih dari virus corona.

"Saya harus pertahankan Natuna sebagai zona hijau. Kalau saya bawa virus ke Natuna, saya jadi manusia paling laknat. Saya harus cek dulu," kata dia.

Meninggalkan Natuna dalam waktu lama saja sudah membuatnya merasa bersalah, apalagi kalau sampai membawa virus ke kabupaten kepulauan itu.

Pengalamannya selama berada di ruang isolasi RSUD Arifin Achmad itu diharapkan dapat menjadi pelajaran untuk diterapkan di Natuna, yang hingga kini tidak merawat satu pun pasien positif COVID-19.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Natuna Raja Darmika yang memfasilitasi telekonferens itu juga berharap pengalaman Helmi Wahyuda bisa menjadi pelajaran bersama.

"Ini menjadi pengalaman, hikmah kita semua bagaimana menghadapi COVID-19. Saya yakin dengan semangat kebersamaan kita, COVID-19 akan berlalu," katanya.