Palu (ANTARA News) - Pusat-pusat perbelanjaan di Palu kurun tiga hari terakhir mulai disesaki warga yang datang dari berbagai penjuru kota setempat dan sejumlah kabupaten tetangga.

Kepadatan pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan itu sudah berlangsung sejak Senin (7/9), dan terutama pada petang hingga malam hari.

Mereka umumnya mencari pakaian dan alas kaki untuk persiapan menyambut Idul Fitri 1430 Hijriah yang semakin dekat.

Di Mal Tatura pada Kamis malam misalnya, terlihat ribuan pengunjung memadati semua galeri yang menjual berbagai produk tekstil, kulit, hingga elektronika dan furniture.

Karena banyaknya pengunjung, pengelola mal terbesar di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) ini menambah jam buka yaitu dari sebelumnya mulai pukul 08:00-22:00 Wita menjadi pukul 08:00-24:00 waktu setempat.

Kepadatan pengunjung juga terlihat di Pusat Perbelanjaan Hasanuddin dan Palu Plaza.

Di dua lokasi ini terlihat banyak orang berdesak-desakan masuk-keluar toko dan los untuk mencari pakaian, alat kaki, serta barang lainnya guna memenuhi kebutuhan lebaran.

"Di daerah kami belum ada mal dan toko serba modern. Karena itu, setiap menjelang Idul Fitri, kami sekeluarga datang ke Palu untuk membeli berbagai kebutuhan lebaran," aku Sulaeman (35), warga asal Desa Tolai di Kabupaten Parigi-Moutong, ketika ditemui di Mal Tatura, Kamis malam.

Walau harus menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari kampung halamannya dan meliwati jalan Kebun Kopi yang berkelok-kelok, namun Sulaeman rela membawa istri dan dua anaknya ke Palu hanya untuk membeli kebutuhan lebaran.

Sudah menjadi kebiasaan umumnya masyarakat di Sulteng, yaitu setiap menjelang Idul Fitri "harus" mengenakan pakaian serba baru, selain sibuk menyiapkan aneka jenis kue kering dan minuman bersoda atau bergas.

Bahkan banyak warga pada sebagian besar ibu kota kabupaten dan kecamatan setempat, termasuk Kota Palu sendiri sebagai ibu kota provinsi, merayakan Idul Fitri selama sepekan mulai selesai Shalat Id, dengan cara saling mengunjungi dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi.

Sementara itu, di balik kepadatan pengunjung tersebut, para pemilik toko dan galeri di pusat-pusat berbelanjaan Kota Palu memanfaatkan kesempatan dengan melakukan "perang diskon" hingga 80 persen untuk menarik minat pembeli.

Umumnya, barang-barang yang dilepas dengan harga murah itu merupakan stok lama, atau oleh pedagang setempat menyebutnya dengan istilah "cuci gudang".

Untuk baju muslim lelaki kualitas terbaik yang pada hari biasanya dijual dengan harga hingga Rp160.000, namun adanya perang diskon tersebut tinggal dilepas mendekati separuh harga.

Shinta (22), pramuniaga pada sebuah toko pakaian terkenal di kawasan Pusat Perbelanjaan Hasanuddin, mengatakan pihaknya sengaja menjual barang dengan harga murah untuk menarik pembeli dalam jumlah besar.

"Untuk menarik pembeli, kami memasang harga diskon sampai 50 persen. Walau untungnya sedikit, yang penting barang habis terjual," tutur wanita berparas cantik dan masih lajang ini.

Shinta menambahkan, jenis pakaian yang banyak diburu pengunjung di toko tempat bekerjanya selama tiha hari terakhir, umumnya pakaian muslim untuk pria dan wanita serta kemeja dan celana panjang untuk segala jenis umur dan kelamin.

Kepadatan manusia di pusat-pusat perbelanjaan tersebut bukan tanpa menimbulkan masalah, sebab pada beberapa titik ruas jalan sekitarnya selalu terjadi kemacetan arus lalu lintas, namun karena ada aparat kepolisian bersiaga kemacetan tersebut hanya berlangsung sesaat.(*)