Islamabad (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Militer Pakistan, Senin, mengatakan gerilyawan Taliban di lembah Swat dan beberapa wilayah lainnya di Pakistan baratlaut telah tamat riwayatnya, dan hanya tinggal beberapa orang saja.
"Angkatan Darat juga sedang memburu segelintir teroris yang masih tertinggal tersebut," kata jurubicara Angkatan Darat Pakistan, Mayjen Athar Abbas, kepada radio publik setempat.
Ia mengatakan sebanyak 330 perwira dan prajurit juga tewas dalam operasi militer yang dilancarkan di kawasan itu sejak Mei silam.
Jumlah total perwira dan prajurit yang tewas setelah operasi di kawasan persukuan itu dilancarkan sejak 2003 tercatat 1.800 orang, disamping 5.000 orang mengalami luka-luka selama operasi militer itu, katanya.
Tidak disebutkan berapa banyak korban jiwa di pihak gerilyawan Taliban selama operasi militer tersebut.
Menurut dia, para pemimpin gerilyawan di lembah Swat itu umumnya warga suku setempat dan hanya 10 persen diantaranya adalah gerilyawan warga asing.
Abbas mengatakan pasukan angkatan darat itu akan tetap berada di Swat hingga situasi keamanan kembali pulih dan kantor-kantor telah berfungsi kembali seperti sedia kala.
Ia menuturkan sekitar 5.000 orang terlantar di Waziristan dan kamp-kamp pengungsi sedang dibangun untuk penyaluran bantuan.
Pasukan keamanan Pakistan melancarkan operasi militer melawan gerilyawan Taliban sejak akhir April setelah para gerilyawan itu memasuki Distrik Buner dari distrik Swat pada awal April dan menolak meninggalkan kawasan itu kendati mereka telah berjanji untuk melakukannya.
Sementara itu pada Minggu pasukan keamanan melancarkan serangan yang menewaskan 33 anggota kelompok garis keras itu di distrik Khyber, Pakistan baratlaut, kata militer.
Militer memulai serangan di kawasan suku yang mencakup jalur terkenal Khyber yang menuju Afghanistan itu enam hari lalu setelah seorang penyerang bom meledakkan dirinya di dekat sebuah pos perbatasan yang menewaskan 22 polisi.(*)
Pakistan: Gerilyawan Taliban Telah Tamat di Swat
8 September 2009 07:27 WIB
Gerilyawan/ilustrasi (ANTARA/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)@
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: