Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim pujian Bank Dunia atas ketangguhan ekonomi Indonesia meski harus bersusah payah menghadapi COVID-19.

Meski diakuinya, pandemi COVID-19 cukup menggoncang Indonesia di tiga bulan pertama 2020 sehingga membuat pertumbuhan ekonomi terkoreksi menjadi 2,97 persen dari tahun sebelumnya sebesar 5 persen.

"World Bank (Bank Dunia) masih mengakui kita termasuk ekonomi yang relisient (tangguh) di antara ekonomi lain," katanya saat memberikan kuliah umum virtual yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Menurut Luhut, ketangguhan ekonomi Indonesia bisa dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin menguat dan hari ini sudah berada di kisaran Rp13 ribuan.

Baca juga: Indonesia dan menteri ekonomi ASEAN sepakat hadapi pandemi COVID-19

"Anda lihat rupiah sudah Rp13 ribu sekian, dua, tiga minggu terakhir ini sudah ada capital inflow 1,5 miliar dolar AS. Yield juga membaik dengan 1,2 persen. Banyak indikasi lain yang membaik. Apa kita sudah sempurna? Ya belumlah. Tapi kalau dibilang kita tidak mengerjakan dengan benar, market yang akan membaca," katanya.

Ia menjelaskan pada triwulan pertama 2020, ada enam sektor yang berkontribusi 69 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mengalami perlambatan pertumbuhan karena pandemi.

Penurunan pertumbuhan paling signifikan pada sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta konstruksi. Sektor lain seperti pertanian, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; serta transportasi dan pergudangan juga turun cukup signifikan.

Baca juga: Gugus COVID-19 umumkan 9 sektor ekonomi yang akan dibuka kembali

Kondisi tersebut, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia turun drastis menjadi hanya 2,97 persen pada tiga bulan pertama 2020.

"Kita lihat kuartal kedua ini, mungkin kita juga akan lebih bawah lagi, tapi itu sudah kita prediksi semua. Karena selama ekonomi tidak jalan, atau karena PSBB, itu pasti dampaknya begini. Tapi kalau dilihat, ekonomi (negara) yang lain juga begitu," katanya.

Dalam paparannya itu, ia mencatat pada periode yang sama pertumbuhan ekonomi China bahkan negatif 6,8 persen, sementara Singapura negatif 2,2 persen. Ada pun negara lain yang masih tumbuh positif adalah Vietnam (3,8 persen) dan Korea Selatan (1,3 persen).