ASITA: Industri pariwisata Bali siap jalani tatanan normal baru
5 Juni 2020 07:52 WIB
Ilustrasi: Suasana kawasan wisata Pantai Pandawa yang lengang saat penutupan sementara di Badung, Bali, Sabtu (21/3/2020). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/pras.
Jakarta (ANTARA) - Industri pariwisata di Bali menyatakan diri siap untuk menjalani tatanan kenormalan baru yang akan lebih mengedepankan protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan sebagai kebutuhan utama wisatawan.
Ketua Pasar ASEAN dari ASITA Bali Febrina Budiman dalam keterangannya Jumat, mengatakan ada 400 operator tur dan agen perjalanan yang tergabung dalam ASITA Bali sudah menyatakan siap menyambut kenormalan baru pariwisata.
"Kami sangat optimistis bahwa kami bisa 'berteman' dengan COVID-19 atau dengan kata lain kita harus bisa berteman, meski kita tidak bisa berteman selamanya," kata Febrina Budiman.
ASITA Bali sendiri sudah merancang protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan dan memastikan nantinya akan diterapkan dengan ketat bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali.
Mulai dari pra-kedatangan wisatawan, saat tiba di bandara dan menuju hotel, saat melakukan aktivitas tur, dan kembali ke bandara untuk penerbangan ke negara asal wisatawan. Dengan kata lain industri sepenuhnya siap memberikan rasa nyaman dan aman serta pengalaman baru bagi wisatawan dalam tatanan kenormalan baru pariwisata.
Baca juga: Bali diharapkan jadi pelopor transaksi non-tunai pariwisata
Baca juga: Pelaku pariwisata Bali inginkan ekosistem "New Normal" terintegrasi
"Namun untuk saat ini dibukanya destinasi tetap bergantung dari keputusan pemerintah," kata Febrina.
Sementara itu Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya mengatakan sejak awal pemerintah berkomitmen dan menyiapkan mitigasi dampak COVID-19, termasuk penyiapan protokol tatanan kenormalan baru pariwisata dan ekonomi kreatif dengan Program Cleanliness, Health, and Safety (CHS) yang melibatkan industri.
"Namun kami tekankan bahwa pembukaan destinasi bergantung atas keputusan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dan pemerintah daerah. Karena setiap destinasi tentu memiliki situasi dan kondisi yang berbeda," kata Nia Niscaya.
Bali yakni kawasan Nusa Dua direncanakan akan menjadi proyek percontohan Program CHS.
Baca juga: Kemenparekraf tetapkan 6 usaha pariwisata diujicoba jalani normal baru
Baca juga: Kemenparekraf prioritaskan industri MICE domestik selama normal baru
Ketua Pasar ASEAN dari ASITA Bali Febrina Budiman dalam keterangannya Jumat, mengatakan ada 400 operator tur dan agen perjalanan yang tergabung dalam ASITA Bali sudah menyatakan siap menyambut kenormalan baru pariwisata.
"Kami sangat optimistis bahwa kami bisa 'berteman' dengan COVID-19 atau dengan kata lain kita harus bisa berteman, meski kita tidak bisa berteman selamanya," kata Febrina Budiman.
ASITA Bali sendiri sudah merancang protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan dan memastikan nantinya akan diterapkan dengan ketat bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali.
Mulai dari pra-kedatangan wisatawan, saat tiba di bandara dan menuju hotel, saat melakukan aktivitas tur, dan kembali ke bandara untuk penerbangan ke negara asal wisatawan. Dengan kata lain industri sepenuhnya siap memberikan rasa nyaman dan aman serta pengalaman baru bagi wisatawan dalam tatanan kenormalan baru pariwisata.
Baca juga: Bali diharapkan jadi pelopor transaksi non-tunai pariwisata
Baca juga: Pelaku pariwisata Bali inginkan ekosistem "New Normal" terintegrasi
"Namun untuk saat ini dibukanya destinasi tetap bergantung dari keputusan pemerintah," kata Febrina.
Sementara itu Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya mengatakan sejak awal pemerintah berkomitmen dan menyiapkan mitigasi dampak COVID-19, termasuk penyiapan protokol tatanan kenormalan baru pariwisata dan ekonomi kreatif dengan Program Cleanliness, Health, and Safety (CHS) yang melibatkan industri.
"Namun kami tekankan bahwa pembukaan destinasi bergantung atas keputusan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dan pemerintah daerah. Karena setiap destinasi tentu memiliki situasi dan kondisi yang berbeda," kata Nia Niscaya.
Bali yakni kawasan Nusa Dua direncanakan akan menjadi proyek percontohan Program CHS.
Baca juga: Kemenparekraf tetapkan 6 usaha pariwisata diujicoba jalani normal baru
Baca juga: Kemenparekraf prioritaskan industri MICE domestik selama normal baru
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: