Geolog: Bangun Kemandirian Masyarakat Hadapi Bencana
3 September 2009 16:33 WIB
Sejumlah bagian bangunan Balai Kota Tasikamalaya hancur akibat terkena gempa bumi dengan kekuatan 7,3 Skala Richter yang mengguncang bagian barat daya kota Tasikmalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (2/9). (ANTARA/ Aris Prasetya)
Padang (ANTARA News) - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatra Barat, Ade Edwar, mengingatkan pemerintah agar membangun kemandirian masyarakat menghadapi bencana.
"Dari pengalaman gempa 7,3 Skala Richter (SR) yang menimpa Jakarta dan Jawa Barat, Rabu, menunjukkan masyarakat tidak siap dan sangat panik sehingga jumlah korban cukup banyak," kata Ade di Padang, Kamis.
Koordinator Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumbar itu membandingkan peristiwa gempa yang menimpa wilayah Padang dan sekitarnya, pasca tsunami Aceh 2004.
"Jujur kami akui, warga Sumbar lebih siap dibanding warga pulau Jawa dalam dalam hal kesiapsiagaan menghadapi bencana. Hal itu dibuktikan ketika ketenangan warga Sumbar saat menghadapi gempa," ujar alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Itu menunjukkan sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah bersama seluruh "stakeholders" dan melibatkan ahli, membuahkan hasil.
Ade mengatakan, kesiapsiagaan warga perlu terus dibangun untuk mengurangi risiko bencana.
"Perlu terus dibangun kemandirian dalam penanggulangan bencana. Sehingga masyarakat tidak hilang akal, dan panik saat bencana," ujarnya.
Ade menyebutkan, saat terjadi bencana kerap terjadi komunikasi terputus. Pada saat itu, yang sangat berperan dalam penyelamatan adalah warga masyarakat dan lingkungannya.
Karena itu, membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana mesti berbasis masyarakat. Dengan konsep ini, warga mampu mengurus diri dan likungan mulai dari tingkat RT, RW, secara bersama-sama dan menyelamatkan diri dalam keadaan darurat
"Sosialisasi inilah yang terus dilakukan pemerintah daerah di Sumbar bersama stakeholders," katanya. (*)
"Dari pengalaman gempa 7,3 Skala Richter (SR) yang menimpa Jakarta dan Jawa Barat, Rabu, menunjukkan masyarakat tidak siap dan sangat panik sehingga jumlah korban cukup banyak," kata Ade di Padang, Kamis.
Koordinator Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumbar itu membandingkan peristiwa gempa yang menimpa wilayah Padang dan sekitarnya, pasca tsunami Aceh 2004.
"Jujur kami akui, warga Sumbar lebih siap dibanding warga pulau Jawa dalam dalam hal kesiapsiagaan menghadapi bencana. Hal itu dibuktikan ketika ketenangan warga Sumbar saat menghadapi gempa," ujar alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Itu menunjukkan sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah bersama seluruh "stakeholders" dan melibatkan ahli, membuahkan hasil.
Ade mengatakan, kesiapsiagaan warga perlu terus dibangun untuk mengurangi risiko bencana.
"Perlu terus dibangun kemandirian dalam penanggulangan bencana. Sehingga masyarakat tidak hilang akal, dan panik saat bencana," ujarnya.
Ade menyebutkan, saat terjadi bencana kerap terjadi komunikasi terputus. Pada saat itu, yang sangat berperan dalam penyelamatan adalah warga masyarakat dan lingkungannya.
Karena itu, membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana mesti berbasis masyarakat. Dengan konsep ini, warga mampu mengurus diri dan likungan mulai dari tingkat RT, RW, secara bersama-sama dan menyelamatkan diri dalam keadaan darurat
"Sosialisasi inilah yang terus dilakukan pemerintah daerah di Sumbar bersama stakeholders," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Tags: