Deputi Penindakan KPK ungkap cara ringkus Nurhadi dan menantunya
2 Juni 2020 18:07 WIB
Dari kiri-kanan. Deputi Penindakan KPK Karyoto, Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron, dan Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri saat jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Selasa (2/6/2020) terkait penangkapan mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi (NHD) dan menantunya Rezky Herbiyono (RHE). ANTARA/Benardy Ferdiansyah/pri.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Penindakan KPK, Karyoto, mengungkapkan cara meringkus dua tersangka kasus suap dan gratifikasi terkait dengan perkara di Mahkamah Agung (MA) pada 2011-2016, yakni mantan Sekretaris MA, Nurhadi, dan menantunya, Rezky Herbiyono (RHE).
"Perlu saya sedikit jelaskan tentang bagaimana caranya DPO (Daftar Pencarian Orang) ini bisa kami ringkus. Tentunya secara teknis tentu kami tidak akan buka secara detil pada masyarakat, yang jelas semua informasi itu punya arti dan punya harga," kata Karyoto saat jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa KPK mempunyai cara untuk mengolah informasi terkait keberadaan dua tersangka itu, yang kemudian ditelusuri di lapangan.
Baca juga: Inilah kronologi penangkapan mantan Sekretaris MA dan menantunya
"Kami punya cara untuk mengolah informasi itu dan dicocokkan dengan beberapa informasi yang sudah ada dan tentunya dilapangan juga dicek. Antara data masuk, informasi masuk kita olah kemudian kita cocokkan di lapangan. Kebetulan pas sehingga pencarian itu pas saatnya ditemukan," katanya.
Ia pun mengungkapkan bahwa dua tersangka itu tidak kabur saat hendak ditangkap. "Kemudian masalah dia berusaha kabur atau tidak, tidak ada. Kalau dia berusaha kabur pasti di jalanan ada semacam "crash". Masih ditangkap di rumah," kata Karyoto.
Baca juga: KPK menahan Nurhadi dan menantunya
Soal lokasi penangkapan, kata dia, juga tidak terlepas dari informasi yang diberikan masyarakat.
"Tentang lokasi, tentunya kalau orang ini hidup bergerak, dia akan mencari tempat yang menurut mereka lebih aman tetapi kembali lagi pada masyarakat yang betul-betul peduli ada keinginan untuk membantu penegak hukum sehingga setidaknya berani menginformasikan adalah langkah yang sangat maju dan positif bagi masyarakat dalam membntu aparat penegak hukum," kata dia.
Ia pun mengapresiasi upaya kerja keras dari tim yang bertugas menangkap dua tersangka tersebut.
Baca juga: KPK buka kemungkinan tindak pihak yang bantu pelarian Nurhadi
"Setelah diolah, tadi malam membuahkan hasil dan tentunya kembali bahwa ini adalah upaya kerja keras dari anggota-anggota kami, semua bagian bukan hanya didukung oleh tim pendukung, pemantauan kemudian juga bagian IT semua turun," kata Karyoto.
Sebelumnya, dua tersangka itu ditangkap di salah satu rumah di Jakarta Selatan, Senin (1/6) malam setelah ditetapkan dalam status DPO sejak Februari 2020.
Selain Nurhadi dan Rezky, tersangka lain dalam kasus itu, yakni Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal, Hiendra Soenjoto, yang sampai saat ini belum tertangkap. Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka pada 16 Desember 2019.
Mertua dan menantu itu ditetapkan sebagai tersangka penerima suap dan gratifikasi senilai Rp46 miliar terkait pengurusan sejumlah perkara di MA sedangkan Hiendra ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap.
Baca juga: Novel Baswedan ada di dalam tim tangkap Nurhadi
"Perlu saya sedikit jelaskan tentang bagaimana caranya DPO (Daftar Pencarian Orang) ini bisa kami ringkus. Tentunya secara teknis tentu kami tidak akan buka secara detil pada masyarakat, yang jelas semua informasi itu punya arti dan punya harga," kata Karyoto saat jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa KPK mempunyai cara untuk mengolah informasi terkait keberadaan dua tersangka itu, yang kemudian ditelusuri di lapangan.
Baca juga: Inilah kronologi penangkapan mantan Sekretaris MA dan menantunya
"Kami punya cara untuk mengolah informasi itu dan dicocokkan dengan beberapa informasi yang sudah ada dan tentunya dilapangan juga dicek. Antara data masuk, informasi masuk kita olah kemudian kita cocokkan di lapangan. Kebetulan pas sehingga pencarian itu pas saatnya ditemukan," katanya.
Ia pun mengungkapkan bahwa dua tersangka itu tidak kabur saat hendak ditangkap. "Kemudian masalah dia berusaha kabur atau tidak, tidak ada. Kalau dia berusaha kabur pasti di jalanan ada semacam "crash". Masih ditangkap di rumah," kata Karyoto.
Baca juga: KPK menahan Nurhadi dan menantunya
Soal lokasi penangkapan, kata dia, juga tidak terlepas dari informasi yang diberikan masyarakat.
"Tentang lokasi, tentunya kalau orang ini hidup bergerak, dia akan mencari tempat yang menurut mereka lebih aman tetapi kembali lagi pada masyarakat yang betul-betul peduli ada keinginan untuk membantu penegak hukum sehingga setidaknya berani menginformasikan adalah langkah yang sangat maju dan positif bagi masyarakat dalam membntu aparat penegak hukum," kata dia.
Ia pun mengapresiasi upaya kerja keras dari tim yang bertugas menangkap dua tersangka tersebut.
Baca juga: KPK buka kemungkinan tindak pihak yang bantu pelarian Nurhadi
"Setelah diolah, tadi malam membuahkan hasil dan tentunya kembali bahwa ini adalah upaya kerja keras dari anggota-anggota kami, semua bagian bukan hanya didukung oleh tim pendukung, pemantauan kemudian juga bagian IT semua turun," kata Karyoto.
Sebelumnya, dua tersangka itu ditangkap di salah satu rumah di Jakarta Selatan, Senin (1/6) malam setelah ditetapkan dalam status DPO sejak Februari 2020.
Selain Nurhadi dan Rezky, tersangka lain dalam kasus itu, yakni Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal, Hiendra Soenjoto, yang sampai saat ini belum tertangkap. Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka pada 16 Desember 2019.
Mertua dan menantu itu ditetapkan sebagai tersangka penerima suap dan gratifikasi senilai Rp46 miliar terkait pengurusan sejumlah perkara di MA sedangkan Hiendra ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap.
Baca juga: Novel Baswedan ada di dalam tim tangkap Nurhadi
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020
Tags: