Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak naik hingga berada di atas 72 dolar AS per barel di perdagangan Asia Jumat menyusul `rally` semalam yang menunjukkan pasar didorong oleh kinerja yang kuat pada Wall Street dan juga pelemahan dolar AS, kata para analis.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman oktober, telah naik 13 sen menjadi 72,62 dolar per barel, demikian dikutip dari AFP.

Sementara minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Oktober tidak mengalami perubahan berada pada posisi 72,51 dolar per barel.

"Sentimen pasar minyak diuntungkan dari pemulihan pasar-pasar modal AS," kata Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah laporan.

Sedangkan saham-saham unggulan Dow Jones Industrial Average mengalami "rebound" (berbalik naik) dengan 37,11 poin (0,39 persen) menjadi 9.580,63 dan ditutup lebih tinggi untuk sesi ke delapan berturut-turut serta memperpanjang kemenangan beruntun terpanjang dalam 28 bulan.

Indeks komposit saham teknologi Nasdaq naik 3,30 poin (0,16 persen) menjadi 2.027,73 dan indeks Standard & Poor`s 500 indeks, ukuran pasar lebih luas, bertambah 2,86 poin (0,28 persen) menjadi 1.030,98.

Melemahnya dolar juga telah mendorong harga minyak meningkat, kata analis lainnya.

"Di tengah `rebound` di pasar-pasar modal, harga minyak mengumpulkan dukungan," kata analis pada Briefing.com, yang menambahkan bahwa "sebagian besar kekuatan muncul di tengah melemahnya dolar AS."

Melemahnya dolar itu telah membuat minyak yang dihargai dengan dolar lebih murah bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat lainnya.

Tetapi Torbjorn Kjus, analis pasar minyak pada DnB NOR Markets, mengatakan prospek pasar minyak tetap suram dalam waktu dekat.

"Kami bagaimanapun masih tetap percaya bahwa dalam beberapa bulan ke depan kami akan melihat harga-harga lebih rendah secara signifikan, karena fundamental (pasokan dan permintaan) antara para produsen minyak mentah dan juga memburuknya beberapa pengilangan." (*)