Johannesburg (ANTARA) - Afirka Selatan sedang melakukan pengujian dan penyelidikan ekstensif untuk membendung penyebaran flu babi (African Swine Flu-ASF) setelah penyakit tersebut terdeteksi di Provinsi Eastern Cape, wabah ketiga yang diketahui tahun ini, menurut pemerintah, Jumat (29/5).

Flu babi Afrika tidak berbahaya bagi manusia namun sangat menular dan mematikan di kalangan babi. Demam tersebut menyebabkan diare, muntah, batuk, perdarahan pada kulit dan tekanan mental parah.

Kementerian Pertanian mengaku sedang melakukan penyelidikan epidemiologis secara meluas dan mengunjungi sejumlah daerah guna menentukan sejauh mana wabah tersebut meluas.

Dua desa mengetahui ada sejumlah kasus positif virus tersebut dan menunggu hasil-hasil tes berikutnya.

Wabah terpisah dilaporkan pada 15 Mei di Provinsi Free State, setelah 38 babi di sebuah peternakan mati.

Penyakit tersebut telah menyebabkan hampir separuh babi China mati sejak pertama kali ditemukan pada Agustus 2018.

Penyakit itu juga telah memberangus ternak babi di seluruh Eropa, terutama di peternakan intensif, tempat peluang untuk berkembang biak lebih besar.

Tidak ada vaksin untuk flu babi Afrika atau obat untuk menyembuhkan penyakit itu sehingga kebijakan biasanya diambil dengan memusnahkan babi yang berpotensi terdampak virus secara massal.

Sumber: Reuters

Baca juga: Flu babi Afrika menyebar cepat di Papua Nugini

Baca juga: Menteri Pertanian serahkan bantuan obat-obatan atasi flu babi di NTT

Baca juga: Cek fakta: Benarkah ini daftar virus yang berasal dari China?


Menkes: penyebaran virus Flu Babi Afrika hanya terjadi antarhewan