Jakarta (ANTARA News) - Aksi jual oleh investor asing telah menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis yang ditutup turun lebih 24 poin.

IHSG BEI ditutup turun 24,023 poin (1,01 persen) ke posisi 2.356,064 dan indeks saham-saham unggulan LQ45 terkoreksi 5,594 poin (1,20 persen) ke level 459,115.

Analis Riset PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, menybut aksi jual dipicu oleh melemahnya rupiah hari ini hingga ke posisi 10.150 per dolar AS.

Posisi net sell (jual netto) investor asing pada hari ini mencapai Rp585,500 miliar, dengan volume 547,437 juta lembar saham senilai Rp1,407 triliun, yang dihasilkan dari 15.208 kali transaksi.

Ini berbeda dengan transaksi beli asing yang hanya 9.679 kali yang melibatkan 423,041 juta saham dengan nilai Rp821,928 miliar.

Alfian juga mengatakan bahwa pelemahan indeks ini paling besar dikontribusi oleh saham-saham berbasis pertambangan dan perkebunan.

"Melemahnya saham-saham berbasis komoditas ini mengikuti pelemahan harga komoditas di pasar global terkait turunnya harga minyak dunia," katanya.

Harga minyak dunia turun, dengan kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman oktober turun 20 sen menjadi 71,23 dolar per barel, sedangkan minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman oktober turun 39 sen menjadi 71,26 dolar per barel.

Dua kontrak tersebut telah ditutup lebih rendah pada Rabu setelah data mingguan dari Departemen Energi AS (DoE) menunjukkan kenaikan dalam cadangan minyak mentah negara itu.

Penurunan harga minyak ini telah menekan harga saham berbasis komoditas, diantaranya saham Bumi Resources Rp125 menjadi Rp2.975, Inco terkoreksi Rp350 ke level Rp4.450, Gas Negara melorot Rp75 ke harga Rp3.275, Antam turun Rp100 ke Rp2.375 dan Adaro Energi terkikis Rp40 ke level Rp1.350.

Melemahnya saham berbasis komoditas ini membuat perdagangan saham di BEI didominasi saham yang turun sebanyak 136 dibanding yang naik 58 dan 70 tak berubah harganya.

Transaksi yang terjadi sebanyak 107.081 kali dengan jumlah saham yang berpindah tangan mencapai 6,147 miliar lembar senilai Rp4,365 triliun.
(*)