Jakarta (ANTARA News) - Mabes TNI akan mengkaji ulang pengiriman tambahan pasukan untuk bergabung dalam misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo, menyusul perkembangan situasi keamanan di wilayah tersebut.

Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal MUda TNI Sagom Tamboen ketika dikorfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu, mengatakan, situasi keamanan di wilayah Kongo hingga kini jauh dari kondusif.

"Sebagai bagian dari misi perdamaian PBB, tentu pasukan kita bukan disiapkan untuk bertempur melawan milisi. Melainkan untuk mewujudkan dan menjaga perdamaian di wilayah itu. Jadi, ini yang menjadi pertimbangan kami," katanya.

Tentang keberadaan sejumlah personel TNI yang telah dipersiapkan untuk diberangkatkan ke Kongo, Sagom mengatakan, kemungkinan akan dialihkan untuk misi PBB di wilayah lain di dunia.

"Di Lebanon misalnya, para prajurit TNI di sana kan sudah saatnya di rotasi. Jadi, bisa saja kita kirim ke sana pasukan yang sudah disiapkan tersebut, atau ke wilayah lain yang menjadi bagian dari misi perdamaian PBB, tuturnya.

Sebelumnya, TNI telah menyiapkan kembali pasukannya ke Kongo untuk bergabung dalam Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di wilayah itu (Monuc).

Kontingen TNI yang akan dikirim ke Kongo itu tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Zeni TNI Konga XX-G/Monuc 2009, pimpinan Dansatgas Letkol Czi Arnold A.P. Ritiauw, menggantikan Satgas Zeni TNI Konga XX-F/Monuc di Republik Demokrasi Kongo, yang akan berakhir masa tugasnya.

Penyiapan kontingen TNI ke Kongo itu antara lain dengan diadakannya latihan pratugas di Pusat Pendidikan Zeni, di Bogor, Jawa Barat.

Latihan Pratugas, dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama latihan teknis dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan dril teknis serta dril taktis, dilaksanakan mulai 14 Agustus sampai 3 September 2009.

Sedangkan tahap kedua, latihan taktis dengan pasukan yang menggunakan metode dril tempur, dilaksanakan mulai 4 sampai 10 September 2009.

Pasukan penjaga perdamaian PBB di Republik Demokrasi Kongo, MONUC akan mendapat tambahan 3.000 personil militernya pada akhir Oktober, demikian seperti dikutip Kantor Berita Prancis AFP.

Penambahan kekuatan yang akan berlangsung hampir setahun setelah revolusi, disetujui oleh Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari 2.785 prajurit dan 300 petugas kepolisian.

Kedatangan pasukan baru tersebut akan menyertakan satu batalyon infanteri dan satu kompi pasukan khusus dari Mesir, satu batalyon infanteri dan satu kompi dari Bangladesh, dan satu kompi pasukan khusus dari Yordania.

Kebanyakan dari pasukan tersebut akan dikirim daerah yang sedang bergolak di timur dan timur laut RD Kongo, tempat sekitar 500 anggota gerilyawan Ugandan Lord`s Resistance Army (LRA) masih membuat kekacauan terhadap penduduk setempat.

Hingga 6.000 gerilyawan Hutu Rwanda (FDLR) masih bergerak di wilayah tersebut, meski pasukan RD Kongo dan Rwanda telah berupaya menyerang tempat persembunyian mereka.

Pasukan pertama akan tiba pada akhir Agustus dan sisa anggota pasukan lainnya pada akhir Oktober, kata juru bicara MONUC Letnan Kolonel Jean-Paul Dietrich kepada AFP.

Pasukan baru tersebut akan memperkuat pasukan yang telah bertugas di negara tersebut sebanyak 17.000 pasukan penjaga perdamaian, 700 pengamat kemiliteran dan lebih dari 1.000 petugas kepolisian yang bekerja sama dengan pasukan militer Kongo dalam operasi menumpas dua kelompok gerilyawan tersebut.

MONUC yang telah berdiri 2001 merupakan pasukan penjaga perdamaian terbesar tersendiri yang diutus PBB dengan anggaran tahunan sebesar 1,35 milyar dolar AS (950 juta euro).(*)