Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta, Senin sore, ditransaksikan pada kisaran 9.990/10.000 per dolar AS, menguat 55 poin dari posisi penutupan akhir pekan lalu 10.045/10.055 per dolar AS.

Analis valas Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, menyatakan, kurangnya faktor penggerak dari dalam negeri membuat rupiah bergerak lamban dan aksi beli terhadap rupiah tidak begitu gencar.

Sentimen positif pasar terjadi hanya dari luar pasar seperti kenaikan bursa Wall Street yang sangat berarti, katanya.

Faktor lain yang menghambat penguatan rupiah adalah menguatnya dolar dan euro naik terhadap safe haven (tempat berlindung yang aman), yen. Dolar dan euro menguat di pasar Asia karena munculnya harapan bahwa ekonomi AS dan zona Eropa tengah menuju pemulihan, kata para dealer.

Dolar naik menjadi 94,67 yen pada perdagangan pagi 94,35 di New York, Jumat. Euro naik ke 1,4349 dolar dari 1,4328 dan 135,86 yen dari 135,21 yen.

Greenback dan euro naik setelah data ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, serta komentar Ketua Federal Reserve Ben Bernanke, menambah optimisme bahwa resesi global sudah mereda, katanya.

Pasar mengantisipasi lebih positif angka ekonomi AS minggu ini, setelah angka penjualan rumah yang telah ada melompat kuat ke posisi tertinggi dua tahun, mengangkat pasar ekuitas global.

Pedagang juga bereaksi positif terhadap komentar dari Bernanke bahwa prospek untuk pemulihan ekonomi global "muncul baik". Saham Jepang melompat tiga persen dalam perdagangan pagi, mengikuti kenaikan di Wall Street.

Indonesia juga dinilai masih positif bagi pasar asing untuk tetap menempatkan dananya di sana, karena faktor fundamental ekonomi yang cukup bagus.
(*)