Penjualan gawai merosot karena pandemi virus corona
27 Mei 2020 15:06 WIB
Pekerja ménata ponsel yang siap untuk diperbaiki di Cisauk, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (14/5/2020). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.
Jakarta (ANTARA) - Riset dari lembaga GfK menunjukkan ada penurunan yang signifikan terhadap penjualan barang-barang elektronik di Indonesia selama pandemi virus corona.
"Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia mendorong perubahan yang signifikan terhadap kebiasaan dan gaya hidup konsumen, termasuk penundaan pembelian beberapa barang yang memiliki nilai atau harga yang tinggi," kata Regional Lead, GfK Digital Research, Asia Pasifik & Timur Tengah, Karthik Venkatakrishnan, dalam keterangan pers, dikutip Kamis.
Hasil penelitian Point of Sales dari GfK menunjukkan perangkat elektronik mengalami penurunan lebih dari 60 persen dari nilai penjualan pada awal April 2020, dibandingkan dengan periode yang sama pada April 2019.
Tiga kategori perangkat elektronik yang paling terdampak adalah ponsel pintar, tablet dan televisi.
Riset Consumer Pulse terbaru dari GfK di Indonesia menunjukkan waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas di luar rumah berkurang 80 persen sejak PSBB berlaku. Para responden yang mengaku bekerja dari rumah, work from home, 50 persen melakukan WFH secara penuh.
Sebanyak 14 persen responden menyatakan lebih memilih berbelanja secara online selama PSBB berlangsung, termasuk untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan, produk kebersihan dan perawatan pribadi.
Sebagian besar responden di Indonesia memilih untuk menunda membeli barang elektronik, termasuk ponsel dan komputer, juga peralatan rumah tangga, perawatan mobil dan merenovasi rumah.
44 persen responden merasa optimistis situasi akan membaik dalam 12 bulan mendatang. Menurut GfK, optimisme masyarakat akan mendorong mereka untuk membeli produk-produk yang sebelumnya ditunda.
Permintaan konsumen diperkirakan naik beberapa bulan setelah aturan PSBB dihentikan.
Baca juga: Dampak COVID-19, penjualan ponsel Vivo naik-turun
Baca juga: Vivo, merk ponsel nomor satu di Indonesia saat pandemi
Baca juga: Pasar ponsel Indonesia terdampak pandemi virus corona
"Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia mendorong perubahan yang signifikan terhadap kebiasaan dan gaya hidup konsumen, termasuk penundaan pembelian beberapa barang yang memiliki nilai atau harga yang tinggi," kata Regional Lead, GfK Digital Research, Asia Pasifik & Timur Tengah, Karthik Venkatakrishnan, dalam keterangan pers, dikutip Kamis.
Hasil penelitian Point of Sales dari GfK menunjukkan perangkat elektronik mengalami penurunan lebih dari 60 persen dari nilai penjualan pada awal April 2020, dibandingkan dengan periode yang sama pada April 2019.
Tiga kategori perangkat elektronik yang paling terdampak adalah ponsel pintar, tablet dan televisi.
Riset Consumer Pulse terbaru dari GfK di Indonesia menunjukkan waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas di luar rumah berkurang 80 persen sejak PSBB berlaku. Para responden yang mengaku bekerja dari rumah, work from home, 50 persen melakukan WFH secara penuh.
Sebanyak 14 persen responden menyatakan lebih memilih berbelanja secara online selama PSBB berlangsung, termasuk untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan, produk kebersihan dan perawatan pribadi.
Sebagian besar responden di Indonesia memilih untuk menunda membeli barang elektronik, termasuk ponsel dan komputer, juga peralatan rumah tangga, perawatan mobil dan merenovasi rumah.
44 persen responden merasa optimistis situasi akan membaik dalam 12 bulan mendatang. Menurut GfK, optimisme masyarakat akan mendorong mereka untuk membeli produk-produk yang sebelumnya ditunda.
Permintaan konsumen diperkirakan naik beberapa bulan setelah aturan PSBB dihentikan.
Baca juga: Dampak COVID-19, penjualan ponsel Vivo naik-turun
Baca juga: Vivo, merk ponsel nomor satu di Indonesia saat pandemi
Baca juga: Pasar ponsel Indonesia terdampak pandemi virus corona
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: