Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, harga gas Senoro di mulut sumur (well head) sebesar 6,16 dolar AS per MMBTU (one million British thermal unit) sudah tidak bisa ditawar lagi.

"No negosiasi lagi. Kalau di bawah (6,16 dolar AS/MMBTU) itu, maka saya tidak bisa kembangkan lapangan gasnya," kata Dirut Pertamina, Karen Agustiawan di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, harga gas 6,16 dolar AS per MMBTU dengan patokan harga minyak mengacu pada Japan Cocktail Crude (JCC) sebesar 70 dolar AS per dolar AS.

Karen menambahkan, meski satu dari dua calon pembeli asal Jepang yakni Kansai Electric sudah menarik diri, namun pembeli satunya lagi yakni Chubu menyatakan tetap berminat.

"Bahkan, Chubu berniat menambah volume pembeliannya," katanya.

Namun, ia mengaku belum mengetahui volume tambahan yang diinginkan Chubu tersebut.

Sebelumnya telah dilakukan rapat antara produsen Senoro yakni PT Pertamina EP dan PT Medco EP Indonesia serta calon konsumen domestik yakni PT PLN, PT PGN Tbk, dan sejumlah pabrik pupuk yang dipimpin Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Rapat dihadiri pula antara lain Dirjen Migas Departemen ESDM Evita Legowo, Dirjen Agro Industri dan Kimia Deperin Benny Wahyudi, dan Kepala BP Migas R Priyono.

Pertemuan tersebut sebagai tindak lanjut hasil dari rapat kabinet terbatas yang dipimpin Wapres Jusuf Kalla pada 3 Juni 2009 yang memutuskan seluruh gas Senoro buat domestik.

Rapat memutuskan, selama dua minggu ke depan, konsumen diminta sudah memberi proposal kesanggupan membeli gas Senoro, sebelum hasilnya disampaikan Purnomo ke presiden dan wakil presiden.

Sudah pula ditunjuk sebagai fasilitator keinginan produsen dan konsumen adalah Evita dan Benny.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro juga mengungkapkan, harga keekonomian gas Senoro jika sampai ke konsumen di Jawa menjadi 12 dolar per MMBTU.

"Harga gas di mulut sumur di Senoro memang hanya sekitar enam dolar AS per MMBTU," katanya.

Namun, jika ditambah proses produksi menjadi gas alam cair (LNG) sebesar tiga dolar AS per MMBTU, ongkos angkut ke Jawa dua dolar AS per MMBTU dan regasifikasi yakni proses pengubahan LNG menjadi gas satu dolar AS per MMBTU, maka harga gas Senoro sampai ke konsumen di Jawa mencapai 12 dolar AS per MMBTU, ujarnya.

Selain harga gas, Purnomo mengatakan, permasalahan lainnya kalau gas Senoro buat domestik adalah pembiayaan proyek Senoro dari hulu hingga ke hilir yang membutuhkan 3,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp37 triliun.

Proyek senilai 3,7 miliar dolar AS itu terdiri dari dua miliar dolar AS berupa pembangunan kilang LNG dan 1,7 miliar dolar AS buat kegiatan hulu yakni pengeboran gasnya.

"Sebab, Jepang melalui JBIC (Japan Bank for International Cooperation) tidak mau membiayai kalau buat domestik. Jadi, mesti dicari skema pembiayaan lain," katanya.

Karena itu, ia meminta konsumen yang siap membeli juga memberikan perhitungan jelas termasuk pembiayaan proyek senilai Rp37 triliun.

Purnomo menambahkan, meski sudah diputuskan buat domestik, namun kalau memang tidak tercapai keekonomiannya, maka proyek bisa saja tidak akan jalan.
(*)