Nelayan NTT berhenti beroperasi akibat gelombang laut
26 Mei 2020 11:18 WIB
Ratusan kapal nelayan sedang lego jangkar di Pelabuhan Oeba Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (ANTARA/Bernadus Tokan)
Kupang (ANTARA) - Para nelayan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), selama lebih dari dua pekan terakhir ini berhenti melakukan aktivitas penangkapan ikan, akibat gelombang laut yang tidak bersahabat.
"Kami tidak melaut bukan karena hari raya Lebaran, tetapi karena cuaca di perairan tidak bersahabat," kata Wahab Sidi, seorang nelayan di Kota Kupang, Selasa.
Ia mengatakan, saat ini gelombang di perairan laut NTT sangat tinggi sehingga kapal-kapal besar seperti Feri milik ASDP saja tidak diizinkan untuk berlayar ke berbagai lintasan di NTT.
"Kapal besar saja tidak diizinkan, apalagi dengan nelayan yang hanya menggunakan kapal berbobot 3GT," katanya.
Baca juga: Nelayan di Gunung Kidul diimbau tidak melaut karena gelombang tinggi
Baca juga: Gelombang tinggi, nelayan Mataram tidak melaut
Dia mengakui ada beberapa nelayan yang tetap melaut tetapi hanya mereka-mereka yang menggunakan kapal lampara berkapasitas di
atas 10 GT.
Itu pun para nelayan ini tidak berani mencari ikan hingga ke perairan laut lepas.
"Para nelayan hanya berani mencari ikan pada posisi yang tidak terlalu jauh dari pesisir pantai, sehingga jika kondisi cuaca tidak memungkinkan, mereka bisa lebih mudah mencari perlindungan," katanya.
Dia menambahkan, karena aktivitas nelayan dihentikan sementara maka pasokan ikan segar ke pasaran juga berkurang, sehingga tentu berdampak pada kenaikan harga ikan di pasaran.
"Kalau kondisi seperti ini maka ikan segar yang dijual pasti mahal karena pasokan ikan berkurang," katanya.
Selain harganya mahal, ikan juga susah didapat di pasaran karena pasokan berkurang dari nelayan, katanya.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau, Ota Welly Jenni Thalo secara terpisah mengatakan, gelombang tinggi yang terjadi di wilayah perairan NTT saat ini dipicu siklon tropis 'Mangga' yang terdapat di Samudra Hindia barat daya Bengkulu.
"Kami tidak melaut bukan karena hari raya Lebaran, tetapi karena cuaca di perairan tidak bersahabat," kata Wahab Sidi, seorang nelayan di Kota Kupang, Selasa.
Ia mengatakan, saat ini gelombang di perairan laut NTT sangat tinggi sehingga kapal-kapal besar seperti Feri milik ASDP saja tidak diizinkan untuk berlayar ke berbagai lintasan di NTT.
"Kapal besar saja tidak diizinkan, apalagi dengan nelayan yang hanya menggunakan kapal berbobot 3GT," katanya.
Baca juga: Nelayan di Gunung Kidul diimbau tidak melaut karena gelombang tinggi
Baca juga: Gelombang tinggi, nelayan Mataram tidak melaut
Dia mengakui ada beberapa nelayan yang tetap melaut tetapi hanya mereka-mereka yang menggunakan kapal lampara berkapasitas di
atas 10 GT.
Itu pun para nelayan ini tidak berani mencari ikan hingga ke perairan laut lepas.
"Para nelayan hanya berani mencari ikan pada posisi yang tidak terlalu jauh dari pesisir pantai, sehingga jika kondisi cuaca tidak memungkinkan, mereka bisa lebih mudah mencari perlindungan," katanya.
Dia menambahkan, karena aktivitas nelayan dihentikan sementara maka pasokan ikan segar ke pasaran juga berkurang, sehingga tentu berdampak pada kenaikan harga ikan di pasaran.
"Kalau kondisi seperti ini maka ikan segar yang dijual pasti mahal karena pasokan ikan berkurang," katanya.
Selain harganya mahal, ikan juga susah didapat di pasaran karena pasokan berkurang dari nelayan, katanya.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau, Ota Welly Jenni Thalo secara terpisah mengatakan, gelombang tinggi yang terjadi di wilayah perairan NTT saat ini dipicu siklon tropis 'Mangga' yang terdapat di Samudra Hindia barat daya Bengkulu.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: