Yogyakarta berupaya cegah potensi gelombang kedua penularan COVID-19
25 Mei 2020 17:03 WIB
Dokumentasi - Kendaraan melintas di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta, DI Yogyakarta, Sabtu (18/4/2020). Selama masa pandemi COVID-19, sejumlah ruas jalan di Yogyakarta kembali ramai oleh aktivitas warga di luar ruang yang dapat menghambat upaya penanganan penyebaran virus Corona (COVID-19). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj.
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta tetap melakukan berbagai upaya untuk bisa mengendalikan sebaran penularan virus corona dari klaster-klaster yang sudah muncul, sekaligus untuk mencegah potensi munculnya gelombang kedua COVID-19 di kota tersebut.
“Salah satunya adalah menyiapkan protokol baru untuk seluruh aktivitas masyarakat. Dengan bertambahnya aktivitas, maka perlu disertai dengan penerapan aturan yang lebih ketat supaya tidak muncul penularan baru yang menyebabkan kasus naik,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, saat ini sudah banyak aktivitas sosial, ekonomi, dan profesional yang dilakukan dengan cara yang berbeda sebagai jalan keluar adanya penerapan aturan jaga jarak untuk mencegah penularan virus corona, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat.
“Masyarakat banyak menerapkan hal-hal baru yang sebelumnya tidak mereka lakukan. Dan aktivitas tersebut menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di masa pandemi. Tetapi apakah hal ini menjadi kebiasaan baru atau hanya terjadi saat pandemi saja,” katanya.
Untuk saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta telah meminta seluruh organisasi perangkat daerah untuk menyiapkan aturan atau protokol baru dalam melaksanakan berbagai aktivitas di masyarakat, misalnya protokol di sekolah, tempat usaha, tempat publik, hingga tempat kerja.
Selain itu, guna mengetahui secara pasti mengenai kondisi penularan virus corona di tengah masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat tetap melakukan tracing terhadap klaster-klaster yang sudah ada, baik di Yogyakarta maupun di DIY. Klaster tersebut meliputi klaster jamaah tabligh, gereja dan swalayan Indogrosir.
“Setelah tes cepat untuk pengunjung Indogrosir, akan dilanjutkan dengan tes cepat acak di tempat publik. Ini untuk memberikan gambaran dan keyakinan bagaimana sebenarnya persebaran COVID-19 di Yogyakarta,” kata Heroe.
Oleh karena itu, lanjut dia, belum dapat diramalkan kapan kasus COVID-19 di Yogyakarta berada di kurva yang landai dan cenderung turun.
Secara umum, Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta menyebut bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki lima tahap penanganan COVID-19, yaitu penanganan kasus dari sisi kesehatan, pemulihan, jaring pengamanan sosial, kebangkitan, dan penyelesaian proyek strategis sesuai rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
Hingga Senin (25/5) pukul 16.00 WIB, jumlah pasien positif COVID-19 di Yogyakarta yang masih menjalani perawatan sebanyak 11 orang, 13 pasien dinyatakan sudah sembuh dan satu meninggal dunia. Sedangkan pasien dalam pengawasan yang masih menjalani perawatan 22 orang.
“Salah satunya adalah menyiapkan protokol baru untuk seluruh aktivitas masyarakat. Dengan bertambahnya aktivitas, maka perlu disertai dengan penerapan aturan yang lebih ketat supaya tidak muncul penularan baru yang menyebabkan kasus naik,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, saat ini sudah banyak aktivitas sosial, ekonomi, dan profesional yang dilakukan dengan cara yang berbeda sebagai jalan keluar adanya penerapan aturan jaga jarak untuk mencegah penularan virus corona, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat.
“Masyarakat banyak menerapkan hal-hal baru yang sebelumnya tidak mereka lakukan. Dan aktivitas tersebut menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di masa pandemi. Tetapi apakah hal ini menjadi kebiasaan baru atau hanya terjadi saat pandemi saja,” katanya.
Untuk saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta telah meminta seluruh organisasi perangkat daerah untuk menyiapkan aturan atau protokol baru dalam melaksanakan berbagai aktivitas di masyarakat, misalnya protokol di sekolah, tempat usaha, tempat publik, hingga tempat kerja.
Selain itu, guna mengetahui secara pasti mengenai kondisi penularan virus corona di tengah masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat tetap melakukan tracing terhadap klaster-klaster yang sudah ada, baik di Yogyakarta maupun di DIY. Klaster tersebut meliputi klaster jamaah tabligh, gereja dan swalayan Indogrosir.
“Setelah tes cepat untuk pengunjung Indogrosir, akan dilanjutkan dengan tes cepat acak di tempat publik. Ini untuk memberikan gambaran dan keyakinan bagaimana sebenarnya persebaran COVID-19 di Yogyakarta,” kata Heroe.
Oleh karena itu, lanjut dia, belum dapat diramalkan kapan kasus COVID-19 di Yogyakarta berada di kurva yang landai dan cenderung turun.
Secara umum, Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta menyebut bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki lima tahap penanganan COVID-19, yaitu penanganan kasus dari sisi kesehatan, pemulihan, jaring pengamanan sosial, kebangkitan, dan penyelesaian proyek strategis sesuai rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
Hingga Senin (25/5) pukul 16.00 WIB, jumlah pasien positif COVID-19 di Yogyakarta yang masih menjalani perawatan sebanyak 11 orang, 13 pasien dinyatakan sudah sembuh dan satu meninggal dunia. Sedangkan pasien dalam pengawasan yang masih menjalani perawatan 22 orang.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020
Tags: