Jakarta (ANTARA) - Pemimpin Agung Republik Islam Iran Ayatullah Seyed Ali Khamenei pada peringatan Hari Quds Internasional, Jumat, mengatakan masalah yang dihadapi Palestina merupakan isu kemanusiaan sehingga ia menyerukan solidaritas dunia untuk terlibat aktif mendorong perdamaian di wilayah tersebut.

"Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan. Pengusiran terhadap jutaan orang dari rumah mereka, lahan pertanian serta tempat tinggal dan mata pencahariannya yang dilakukan dengan pembunuhan dan kejahatan, pasti akan menyakiti setiap hati nurani manusia," kata Ayatullah Khamenei dalam pidato politiknya, sebagaimana dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia oleh Kedutaan Besar Iran di Jakarta.

"Oleh karena itu, membatasi masalah ini hanya pada isu Palestina semata, ataupun masalah Arab, tentu saja merupakan kesalahan besar," tambah dia.

Dalam pidato setebal tujuh halaman itu, Khamenei menyerukan tujuh poin kepada para pendukung perjuangan rakyat Palestina. Salah satu poin itu mengajak warga dunia untuk membantu membebaskan seluruh wilayah sengketa dari kekuasaan Israel dan mengembalikannya ke rakyat Palestina.

"Tujuan dari perjuangan ini adalah pembebasan seluruh wilayah Palestina, dari laut ke sungai, dan kembalinya semua warga Palestina ke tanah air mereka," kata Khamenei seraya menyebut pembentukan pemerintahan otonom di wilayah sengketa bukan tindakan yang tepat.

Dalam peringatan Hari Quds itu, Khamenei juga mendukung adanya referendum yang melibatkan seluruh agama dan etnis di Palestina untuk menentukan masa depan negara mereka.

"Palestina adalah milik orang-orang Palestina dan harus diatur oleh kehendak mereka sendiri. Prakarsa referendum yang melibatkan semua agama dan etnis Palestina, yang tela kami sampaikan hampir dua dekade lalu adalah satu-satunya kesimpulan yang perlu diambil untuk menghadapi tantangan Palestina saat ini dan esok," ujar dia.

Dukungan terhadap referedum, menurut Khamenei, merupakan upaya menanggapi tudingan anti-semit yang dituduhkan negara-negara barat ke Iran dan Palestina. "Sesuai rencana ini, orang-orang Palestina, baik Yahudi, Kristen, maupun muslim bersama-sama mengikuti referendum untuk menentukan sistem politik negara Palestina," kata dia.

Lewat pidato politiknya, Khamenei mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa karena dinilai tidak membantu penyelesaian konflik di Palestina. Ia juga menuding negara-negara barat bertanggung jawab atas aksi penjarahan dan penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Ia juga mengkritik negara-negara di kawasan Arab yang tidak banyak membantu penyelesaian konflik di Palestina.

"Setelah kedatangan Amerika Serikat sebagai penjaga kepentingan ini, mereka telah melupakan tugas-tugas kemanusiaan, Islam, dan politik serta semangat dan kebanggaan Arabnya dengan harapan palsu, [...] di mana perjanjian Camp David contoh nyata dari fakta pahit tersebut," kata Khamenei.

"Camp David Accords" atau Perjanjian Kamp David merupakan kesepakatan politik yang ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat, Perdana Menteri Israel Menachem pada 17 September 1978, setelah rampungnya perundingan rahasia selama 12 hari di Kamp David di Maryland, AS. Perjanjian itu berisi kesepakatan damai mengenai pengelolaan dan pembagian wilayah Palestina tanpa melibatkan rakyat Palestina.

Sementara itu, Hari Internasional Quds, atau Hari Yerusalem, merupakan hari yang diperingati tiap Jumat terakhir pada bulan suci Ramadhan, diinisiasi pertama kali oleh Iran pada 1970. Hari Internasional Quds diperingati tiap tahun sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina dan bentuk kecaman terhadap Israel.

Baca juga: Perayaan Hari Internasional Al-Quds masif bermakna bagi Palestina
Baca juga: Dukung Palestina, Iran tetapkan "Hari Internasional Al-Quds"
Baca juga: Iran sindir usulan AS untuk perdamaian Israel-Palestina