Manado (ANTARA News) - Sejumlah warga di Manado bertanya-tanya, akankah kasus peledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton, 17 Juli 2009 bisa terjadi di Sulawesi Utara (Sulut), seiring pelaksanaan Sail Bunaken 12-20 Agustus 2009, yang melibatkan peserta berbagai negara.

"Sasaran para terorisme itukan warga asing, seperti Amerika Serikat, Australia dan Eropa, sementara mereka sekarang sudah berada di daerah kita," ujar Ny Lusy, dengan nada polos memperhatikan kehadiran sejumlah peserta Sail Bunaken.

Sejauh mana pengamanan yang diberikan pihak kepolisian dan TNI pada "event" maritim terbesar di abad ke-21 itu, karena ancaman terorisme bisa dilakukan secara tiba-tiba.

Bahkan ibu dua anak itu, mengaku khawatir untuk menyaksikan dari dekat berbagai agenda kegiatan Sail Bunaken di perairan Manado dan Bitung, karena pemberitaan perburuan terorisme terus gencar dipublikasikan sejumlah TV nasional.

"Sail Bunaken merupakan kegiatan internasional terbesar di gelar di Sulut, namun pengamanan harus terus ditingkatkan," sambung Henly Tuela, warga Manado lainnya.

Sementara salah satu langkah pengamanan yang digalakan pada kegiatan internasional itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut bersama jajaran TNI dan Polri, terus memperketat keamanan, dengan melakukan razia kartu identitas warga setempat dan pendatang.

"Razia kartu identitas, seperti KTP/SIM dan sebagainya terus digalakkan di daerah, agar bisa meminimalisir upaya oknum-oknum yang berniat mengganggu keamanan dan ketertiban saat Sail Bunaken digelar," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sulut, Arnold Poli.

Pemprov Sulut bersama TN dan Polri, telah memberlakukan status siaga di daerah, seiring banyaknya peserta dari 30 negara peserta Sail Bunaken mulai berdatangan ke Manado.

Koordinasi juga telah dilakukan hingga ke pemerintah kabupaten dan kota, untuk melakukan razia identitas warga, baik di tempat-tempat umum, dan rumah-rumah kontrakan.

Menurut dia, pelaksanaan Sail Bunaken tersebut akan mempertemukan 7.000 hingga 8.000 awak kapal dari seluruh dunia.

Sementara itu, Kapolda Sulut, Brigjen Bekto Suprapto mengaku optimis pengamanan Sail Bunaken akan ketat dan selektif, terutama mengantisipasi aksi terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Ada sebanyak 3000 personil kepolisian diturunkan dilokasi-lokasi strategis serta berpotensi menimbulkan kerawanan, untuk dijaga ketat," katanya.

Sasaran pengamanan antara lain, Bandara Sam Ratulangi Manado, Pelabuhan Laut Manado dan Bitung, sejumlah hotel berbintang, Gereja dan Mesjid, pusat perbelanjaan dan mal, serta beberapa lokasi penting pelaksanaan Sail Bunaken.


Pemulihan Citra

Pelaksanaan Sail Bunaken merupakan momentum untuk mengembalikan citra Indonesia, pasca ledakan bom di Jakarta, 17 Juli 2009 lalu.

"Sail Bunaken yang menghadirkan ribuan peserta dari berbagai negara, akan menjadi media promosi bagi bangsa Indonesia di mata dunia bahwa negara kita aman dan tentram," kata Kepala Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi dan Informatika(Depkominfo), Suprawoto.

Ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton bukan menjadi alasan bahwa bangsa Indonesia tidak aman lagi, karena ibukota Jakarta hingga kini masih kondusif.

Menurut dia, mata internasional hanya mengenal Indonesia lewat Jakarta dan Bali, tetapi masih banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam dan lokasi wisata yang tersebar di daerah lain, termasuk Sulut.

Pemerintah pusat memilih Sulut sebagai lokasi Sail Bunaken karena dua alasan. Alasan pertama, Sulut memiliki wisata maritim yang dikenal dunia, yakni Taman Nasional laut Bunaken dengan keindahan sejuta biota dan jarang dijumpai di daerah lain.

Alasan kedua, Provoinsi Sulut sudah lama dikenal dengan keamanannya, karena terbukti sukses menggelar "World Ocean Conference (WOC)" pada 11-15 Mei 2009, dengan menghadirkan 75 negara dan sejumlah lembaga dunia.

Gubernur Sulut, SH Sarundajang juga mengatakan, Sail Bunaken akan menjadi hajatan terbesar di dunia untuk memperkenalkan Indonesia masih dalam keadaan aman dan kondusif.

"Indonesia tidak hanya Jakarta dan Bali, masih banyak daerah yang layak dikunjungi dengan tingkat keamanan yang terjamin serta memiliki potensi alam sangat baik," kata mantan Irjen Depdagri itu.


Parade Kapal Perang

Sementara Sail Bunaken yang digelar di perairan Manado dan Bitung itu, nantinya ada parade kapal perang terbaik se-dunia (fleet review), lintas layar (sail pass), tall ship (kapal layar tiang tinggi), yacht rally Darwin (Australia) ke Manado, lintas terbang (fly pass), kirab kota dan bakti sosial.

"Ada salah satu kapal induk terbesar milik Amerika Serikat, USS George Washington. Mereka datang pertama kali di Pelabuhan Manado, karena merupakan pelabuhan alam luar biasa," kata Gubernur Sulut.

Bahkan sejumlah kapal perang dan yacht beberapa negara, sudah merapat di perairan Sulut, terutama di Pelabuhan Bitung dan telah mengikuti "openship" yang dipimpin langsung Menteri kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi pada 12 Agustus 2009 lalu.

Sementara ini sudah enam kapal perang merapat di Sulut, terdiri dari dua kapal Thailand masing-masing, Phuttaloetia Naphalai FF 461, Rattanakosin FS 441, dua kapal Malaysia, KD Kedah 171 dan KD Tunas Samudera.

Serta satu kapal Filipina yakni Manuel L Quezon PS 70, dan sebuah kapal Inggris, HMS Echo H87, sementara kapal lainnya masih dalam perjalanan.

Pada Sail Bunaken tersebut, dipastikan diikuti sekitar 28 kapal perang dari 14 negara, sementara 15 negara lainnya hanya mengirimkan delegasi.

Saat ini terdapat sekitar 19 KRI telah berada di Pelabuhan Bitung diantaranya KRI Surabaya, KRI Sultan Iskandar Muda, KRI Fatihilah, KRI Arung Samudera dan KRI Patola.

Selain itu sebanyak 55 yacht dari 163 yacht yang dilepas dari Darwin, Australia, telah berada di Pelabuhan Bitung untuk mengikuti Sail Bunaken tersebut.

Sejumlah negara yang akan ikut Sail Bunaken lengkap dengan Kepala Staf Angkatan Laut, yakni Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Brunei, India, Kamboja, Malaysia, Nigeria, Selandia Baru, Pakistan dan Portugal, China, Thailand, Singapora, dan Timor Leste.

Sementara negara hanya dengan mewakili delegasi Staf Angkatan Laut yakni, Brasil, Rusia, Perancis, Korea Selatan, Inggris, Jepang, Filipina, Turki, Cili, Bangladesh, Canada, Belanda, Arab Saudi, Iran, Italia, Peru, Suriah serta Papua Nugini

Kegiatan itu akan disemarakan dengan pemecahan rekor selam diikuti sekitar 2.500 peserta di Pantai Malalayang Manado, disaat peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-64, 17 Agustus 2009.

"Pihak panitia telah melakukan survei khusus lokasi pelaksanaan selam yang akan diikuti peserta dari dalam dan luar negeri itu. Pantai Malalayang dinyatakan bebas dari terumbu karang," kata Wakasal, Laksdya Mukhlas Sidiq.

Jarak daerah penyelaman pun dilakukan sekitar 500 meter, dengan melakukan gladi pertama dan kedua pada tanggal 15-16 Agustus 2009.
Penyelaman akan dilakukan saat detik-detik proklamasi pada kedalaman 15-20 meter sesuai permintaan "Guinness Book of Records", dengan durasi dalam air minimal 12 menit.

"Kegiatan pemecahan rekor selam itu akan disaksikan langsung ofisial dari `Guinness Book of Records`, yang berkedudukan di London, Inggris," ujarnya.(*)