Harga minyak naik ditopang pengetatan pasokan dan harapan permintaan
22 Mei 2020 07:35 WIB
Ilustrasi sebuah miniatur pompa minyak hasil cetak 3D dan layar monitor grafik bursa bertuliskan "$0 Barrel". ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/aa.
New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang kenaikan baru-baru ini didukung oleh penurunan persediaan AS, pemangkasan pasokan yang dipimpin OPEC, dan pemulihan permintaan ketika pemerintah melonggarkan pembatasan virus corona pada pergerakan manusia.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 0,43 dolar AS atau 1,28 persen menjadi menetap pada 33,92 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Penyelesaian ini adalah yang tertinggi sejak 10 Maret, berdasarkan pada kontrak bulan depan, menurut Dow Jones Market Data.
Sementara itu, acuan global minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 0,31 dolar AS atau 1,00 persen menjadi ditutup pada 36,06 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Kekhawatiran atas kelebihan pasokan mereda setelah pemotongan produksi yang dipimpin OPEC dan persediaan minyak mentah AS lebih rendah.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni.
Sejauh ini pada Mei, OPEC+ telah memotong ekspor minyak sekitar enam juta barel per hari, menurut perusahaan yang melacak pengiriman, menunjukkan awal yang kuat dalam mematuhi kesepakatan. OPEC mengklaim pasar telah merespon dengan baik.
Persediaan minyak mentah AS turun lima juta barel selama pekan yang berakhir 15 Mei, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu (20/5/2020). Para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts memperkirakan kenaikan 2,4 juta barel.
"Reli minyak mentah berjangka mulai mendekati level di mana penurunan produksi serpih AS akan mulai melambat dan mungkin berbalik ketika produsen berbiaya rendah berusaha untuk menghasilkan pendapatan," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, seperti dikutip oleh Reuters.
Pada saat yang sama, ada bukti pulihnya penggunaan bahan bakar. Para investor juga menjadi berharap penuh atas pemulihan permintaan karena lebih banyak ekonomi mulai melonggarkan pembatasan penguncian mereka terkait virus corona.
Baca juga: Harga minyak kembali naik, Pertamina pilih jaga stabilitas harga BBM
Baca juga: Harga minyak naik karena stok AS turun dan permintaan lebih kuat
Baca juga: Minyak mentah AS menguat didukung perluasan langkah stimulus tertentu
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 0,43 dolar AS atau 1,28 persen menjadi menetap pada 33,92 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Penyelesaian ini adalah yang tertinggi sejak 10 Maret, berdasarkan pada kontrak bulan depan, menurut Dow Jones Market Data.
Sementara itu, acuan global minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 0,31 dolar AS atau 1,00 persen menjadi ditutup pada 36,06 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Kekhawatiran atas kelebihan pasokan mereda setelah pemotongan produksi yang dipimpin OPEC dan persediaan minyak mentah AS lebih rendah.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni.
Sejauh ini pada Mei, OPEC+ telah memotong ekspor minyak sekitar enam juta barel per hari, menurut perusahaan yang melacak pengiriman, menunjukkan awal yang kuat dalam mematuhi kesepakatan. OPEC mengklaim pasar telah merespon dengan baik.
Persediaan minyak mentah AS turun lima juta barel selama pekan yang berakhir 15 Mei, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu (20/5/2020). Para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts memperkirakan kenaikan 2,4 juta barel.
"Reli minyak mentah berjangka mulai mendekati level di mana penurunan produksi serpih AS akan mulai melambat dan mungkin berbalik ketika produsen berbiaya rendah berusaha untuk menghasilkan pendapatan," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, seperti dikutip oleh Reuters.
Pada saat yang sama, ada bukti pulihnya penggunaan bahan bakar. Para investor juga menjadi berharap penuh atas pemulihan permintaan karena lebih banyak ekonomi mulai melonggarkan pembatasan penguncian mereka terkait virus corona.
Baca juga: Harga minyak kembali naik, Pertamina pilih jaga stabilitas harga BBM
Baca juga: Harga minyak naik karena stok AS turun dan permintaan lebih kuat
Baca juga: Minyak mentah AS menguat didukung perluasan langkah stimulus tertentu
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: