Jakarta (ANTARA) - Momentum hari Kebangkitan Nasional dan Hari Raya Idul Fitri ini patut menjadi semangat bangsa ini untuk meraih kemenangan melewati berbagai persoalan termasuk pandemi virus Corona atau Covid-19, kata tokoh muda Nahdatul Ulama (NU) Dr Adnan Anwar MA.

Menurut dia, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, secara umum Indonesia masih lebih baik, sehingga masyarakat bangsa ini patut bersyukur, karena didukung budaya saling tolong menolong dan bergotong royong untuk membantu antar sesama warga negara.

“Karena itu marilah kita sesama warga bangsa ini untuk saling tolong-menolong, saling membantu. Kita lihat di luar banyak kelompok masyarakat yang mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan baik yang bersifat masif maupun 'particular' terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang rentan terhadap COVID-19 ini. Dan ini sangat luar biasa solidaritas ini,” ujar Adnan.

Baca juga: Pemerintah ubah jadwal cuti bersama Idul Fitri jadi akhir tahun

Adnan menyampaikan bahwa ini semua adalah bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ‘terlatih’ menghadapi bencana dan tidak cengeng.

Mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar NU tersebut menyampaikan, solidaritas sesama warga negara masih ada dan masih cukup kuat.

"Sehingga kita masih optimis bahwa bangsa kita masih punya social capital yang kuat, terutama untuk menolong sesama tanpa memandang suku, agama, ras dan adatnya,” kata​​​​​nya.​

Adnan mengatakan bahwa pandemi yang terjadi pada momen puasa Ramadhan, hari Kebangkitan Nasional dan Hari Raya Idul Fitri ini pada hakekatnya adalah kembali kepada keluarga inti, yakni pada orang tua maupun anak kita, yang mana mungkin setelah sekian tahun yang lalu banyak dilupakan.

Baca juga: Wapres: Manfaatkan teknologi untuk silaturahmi Idul Fitri

“Kekuatan endogen dari keluarga inti, yakni keluarga yang menyatu kembali seperti jaman-jaman dahulu. Keluarga yang kokoh itu menjadi pilar dari kokohnya agama dan kokohnya negara. Ini yang saya lihat dari peristiwa COVID-19 ini dengan tiga peristiwa itu memiliki efek yang sangat luar biasa. Bahwa kerekatan keluarga itu telah terjadi lagi, setelah cukup lama agak renggang karena mengalami problem modernisasi dan globalisasi,” tutur Adnan.

Selain itu, pria yang juga menjadi Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 ini telah menjadi pembelajaran yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Pembelajarannya itu sendiri ada dua, artirnya dari aspek negara dan pemerintah.

“Dimana hal-hal pokok yang sifatnya pondasi saya kira tidak boleh ditinggalkan oleh pemerintah. Contohnya soal ketahanan pangan, kemudian manufaktur industri dalam negeri tentunya ini menjadi hal yang harus dipikirkan, karena ini merupakan bagian dari pondasi kita,” terang pria yang pernah menjadi peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) itu.

Baca juga: Din Syamsuddin: Jika umat merasa aman jangan halangi shalat Id mereka

Adnan juga mengatakan pemerintah saat ini telah merespon hal itu dengan membuat kebijakan diversifikasi pangan yang telah dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres)-nya.

“Untungnya pemerintah sudah meresponnya termasuk kebijakan soal diversifikasi pangan, di mana pangan itu tidak sekedar padi saja tetapi bermacam-macam seperti ubi yang sudah keluar Perpresnya yang saya kira sangat bagus itu untuk bangsa kita,” ucapnya.