Kabul (ANTARA News/AFP) - Satu tentara Inggris tewas akibat ledakan bom pejuang di Afghanistan selatan, kata tentara pada Minggu, saat pasukan keamanan siaga untuk pemilihan umum pada 20 Agustus.

Tentara Inggris itu, yang bertugas di Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, tewas akibat peledak rakitan (IED) pada Sabtu, kata pernyataan ISAF.

Pejabat pertahanan di London menyatakan, serangan itu terjadi di provinsi Helmand, benteng utama Taliban tempat pasukan Inggris dan Amerika Serikat mencoba mengusir pejuang agar rakyat Afghanistan dapat memberikan suara pada bulan ini.

Bom buatan seperti itu merupakan senjata utama pejuang Taliban dalam melawan pasukan keamanan.

Duapuluh tujuh tentara Inggris tewas sejak awal Juli dan peningkatan kematian menghidupkan kembali perbantahan di Inggris tentang keterlibatan negara itu di Afghanistan dan tingkat perlengkapan untuk melindungi tentaranya.

Taliban secara langsung tidak mengancam menyerang pemilihan umum pada 20 Agustus itu, tapi menyatakan akan merintangi jalan untuk mencegah pemungutan suara.

Puluhribuan tentara Afghanistan dan asing menyisir wilayah pejuang menjelang hari pemungutan suara itu, tapi kementerian dalam negeri menyatakan sembilan daerah belum bersih.

Afghanistan akan memilih presiden mereka untuk kali kedua dalam sejarah berisi sengketa mereka dan ada ketakutan bahwa ancaman serangan dapat mencegah rakyat memberikan suara, meremehkan kesahihan pemilihan umum tersebut.

Pemerintah menyatakan seluruh pasukan keamanan asing dan Afghanistan akan disebarkan pada hari pemungutan suara tersebut.

Terdapat sekitar 95.000 tentara Afganistan memerangi pejuang Taliban bersama lebih dari 100.000 tentara asing, hampir duapertiga di antara mereka di ketentaraan Amerika Serikat dengan pasukan Inggris dan Kanada juga berperan di selatan.

Dengan mengabaikan kematian terahir NATO itu, 19 tentara asing tewas di Afghanistan pada bulan ini, kata laman icasualties.org, yang menyusun daftar korban.

Juli adalah bulan paling mematikan bagi tentara asing sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, dengan 76 orang tewas, kata laman itu. Kebanyakan dari kematian itu akibat serangan IED.

Inggris akan memainkan beberapa peranan di Afghanistan sampai 2050, kata pemimpin mendatang tentara Inggris dalam wawancara diterbitkan pada ahir pekan lalu.

Kepala Staf Jenderal Sir David Richards menyatakan tentara Inggris terlibat untuk membantu pemerintahan negara terkoyak perang itu.

"Saya percaya bahwa Inggris akan mengikat diri pada Afghanistan dalam beberapa hal, termasuk pembangunan, pemerintahan, perubahan unsur keamanan, untuk 30 sampai 40 tahun ke depan," katanya seperti dikutip suratkabar "Times".

"Kami membuat kesalahan ini. Kami menentang dan kami harus membuktikan mereka salah," katanya.

Inggris menempatkan sekitar 9.000 tentara di Afghanistan, satuan kedua terbesar setelah Amerika Serikat. Gagasan menempatkan pasukan Inggris beberapa tahun tersebut diduga akan sulit dijual kepada umum.

Jajak pendapat oleh "Times" pada bulan lalu mengisyaratkan bahwa duapertiga dari petanggap ingin tentara ditarik dalam setahun mendatang.

Tekanan politik atas Perdana Menteri Gordon Brown meningkat setelah 22 tentara Inggris tewas pada Juli, yang merupakan jumlah terbanyak sejak Inggris bergabung dengan serangan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 itu.(*)