Bandung (ANTARA News)- Definisi Film Islami tidak selamanya terkait dengan simbol agama, yang penting bisa mengubah perilaku kru, pemain, dan penonton, menjadi lebih baik dari sebelumnya, kata Pendiri Lingkar Pena (FLP) Muthmainah di Bandung, Minggu.

"Film Islami yang berkualitas masih ditunggu dan disukai, masih banyak segmen-segmen yang belum dibidik dan menjadi ladang dakwah sekaligus ladang industri yang potensial bagi sineas muda," kata Muthmainah dalam "Roadshow Islamic Movie Festival (IMF) II" di Universitas Padjadjaran Bandung, Minggu.

Ia mengatakan, film Islami harus digarap secara optimal agar hasilnya tidak setengah-setengah, karena baik produser atau masyarakat sedang menunggu karya terbaik dari para sineas.

Selain Muthmainnah, acara yang bertemakan menahan diri ini, dihadiri pula oleh Lulu Fachrullah, finalis LA Light Indie Movie 08, sekaligus sutradara terbaik pada IMF I, tahun 2008.

Senada dengan Muthmaiannah, Lulu pun beranggapan bahwa Film Islami masih mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat, asal digarap dengan maksimal.

"Insan-insan film yang idealis tetap bisa mempertahankan prinsipnya asalkan professional dan dapat membahasakan pesan dengan ringan dan dekat dengan keseharian, seperti yang dilakukan Dedi Mizwar," kata Lulu.

Afif Luthfi, ketua penyelenggara IMF 2009 berharap, kegiatan ini dapat membangkitkan potensi remaja muslim sekaligus mewadahi ide dan aspirasi melalui film.

Pertengahan Juli 2009, kata Afif telah dilakukan roadshow di Jakarta dan Yogyakarta, tepatnya di kampus Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM), diharapkan akan lebih banyak insan muda yang berpartisipasi. "Roadshow baru diadakan pada tahun ini," kata Afif.

Puncak dari acara IMF 2009 akan digelar pada 5 September 2009 di Gedung Graha Sanusi, Universitas Padjadjaran, yakni acara penganugrahan bagi para pemenang.

Juri pada acara IMF 2009 merupakan insan perfilman Indonesia yakni, Imam Tantowi, Script Writer Film "Ketika Cinta Bertasbih", Didi Petet, Aktor senior, Muhammad Yulius, Produser "Sang Murabbi", dan Lulu Fahrullah.(*)