Kemendikbud sebut dunia kerja terdisrupsi akibat transformasi
19 Mei 2020 20:34 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan Program dan Kebijakan Pendidikan Tinggi bertajuk Merdeka Belajar : Kampus Belajar di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Program dan kebijakan tersebut terdiri atas empat pokok yakni Pembukaan Program Strudi Baru, Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, dan Hak belajar tiga semester di luar Program Studi. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam mengatakan dunia kerja terdisrupsi dengan cepat akibat transformasi dunia.
"Dampak dari transformasi yang sangat cepat ini dunia kerja terdisrupsi dengan sangat signifikan. Banyak lapangan kerja yang hilang dan baru lahir. Di dalam Revolusi Industri keempat ini setiap manusia itu dimungkinkan atau diberdayakan oleh teknologi," ujar Nizam dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Dia menambahkan dengan teknologi, akses pengetahuan bertambah dan bisa berkomunikasi secara global. Mesin cerdas bisa jadi akan menggantikan peran manusia.
"Bagaimana kita mendidik dan menyiapkan mahasiswa ketika mereka nanti lulus dan menjadi tantangan berat bagi perguruan tinggi karena harus sesuai dengan tantangan zaman. Hal ini pula yang mendasari lahirnya kebijakan Kampus Merdeka, agar sesuai dengan era 4.0 dan mahasiswanya lahir sebagai insan yang sesuai zaman," kata Nizam.
Baca juga: Kemendikbud luncurkan Merdeka Belajar episode IV
Baca juga: Pengamat : Organisasi Penggerak efektif tingkatkan kapasitas guru
Nizam juga menyampaikan untuk bidang pendidikan sendiri oleh pemerintah dituangkan dalam RPJMN pada tahun 2020-2024, antara lain melalui pengembangan anak usia dini, mengatasi kesenjangan pendidikan antara kota dan desa yang masih sangat lebar, sarana dan prasarana pendidikan, kualitas serta pengelolaan guru.
Dalam kesempatan itu, Nizam memaparkan bahwa bagaimana peran perguruan tinggi sebagai mata air, pusat untuk memproduksi ilmuwan teknologi dan inovasi, melakukan kerja sama antara industri, serta meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi agar menjadi generasi unggul dan relevan dengan kebutuhan.
Arah kebijakan dan strategi, kata dia, untuk menguatkan pendidikan tinggi berkualitas adalah dengan penguatan kelembagaan perguruan tinggi, perwujudan diferensiasi misi, perguruan tinggi sebagai produsen iptek inovasi dan pusat keunggulan, serta kerja sama antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah.
"Inti dasar capaian pendidikan yaitu akhlak mulia, visi iptek, Merdeka Belajar dengan spiritualitas nilai-nilai kehidupan dan pengetahuan serta keterampilan, sikap mental dan etika profesi," imbuh Nizam.
Terkait dengan Merdeka Belajar dan Bela Negara, Nizam sampaikan hal tersebut dapat terintegrasi dalam kurikulum dan melalui kegiatan kemanusiaan seperti melalui membangun desa atau sukarelawan.
Nizam juga menyampaikan Indonesia akan menyongsong bonus demografi. Bonus demografi jika dimanfaatkan dengan baik akan membawa kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa dengan contoh Jepang yang tumbuh menjadi kekuatan ekonomi Asia pada tahun 70-an seiring dengan proses demografi yang terjadi di negara itu. Kemudian Korea Selatan dan Tiongkok pada tahun 1990-an.
"Indonesia dalam jangka waktu 20 tahun ke depan ini memasuki proses demografi tersebut dan ini menjadi peluang serta tantangan dunia pendidikan," terang dia.
Baca juga: Kemendikbud lakukan transformasi digital layanan pendidikan
"Dampak dari transformasi yang sangat cepat ini dunia kerja terdisrupsi dengan sangat signifikan. Banyak lapangan kerja yang hilang dan baru lahir. Di dalam Revolusi Industri keempat ini setiap manusia itu dimungkinkan atau diberdayakan oleh teknologi," ujar Nizam dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Dia menambahkan dengan teknologi, akses pengetahuan bertambah dan bisa berkomunikasi secara global. Mesin cerdas bisa jadi akan menggantikan peran manusia.
"Bagaimana kita mendidik dan menyiapkan mahasiswa ketika mereka nanti lulus dan menjadi tantangan berat bagi perguruan tinggi karena harus sesuai dengan tantangan zaman. Hal ini pula yang mendasari lahirnya kebijakan Kampus Merdeka, agar sesuai dengan era 4.0 dan mahasiswanya lahir sebagai insan yang sesuai zaman," kata Nizam.
Baca juga: Kemendikbud luncurkan Merdeka Belajar episode IV
Baca juga: Pengamat : Organisasi Penggerak efektif tingkatkan kapasitas guru
Nizam juga menyampaikan untuk bidang pendidikan sendiri oleh pemerintah dituangkan dalam RPJMN pada tahun 2020-2024, antara lain melalui pengembangan anak usia dini, mengatasi kesenjangan pendidikan antara kota dan desa yang masih sangat lebar, sarana dan prasarana pendidikan, kualitas serta pengelolaan guru.
Dalam kesempatan itu, Nizam memaparkan bahwa bagaimana peran perguruan tinggi sebagai mata air, pusat untuk memproduksi ilmuwan teknologi dan inovasi, melakukan kerja sama antara industri, serta meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi agar menjadi generasi unggul dan relevan dengan kebutuhan.
Arah kebijakan dan strategi, kata dia, untuk menguatkan pendidikan tinggi berkualitas adalah dengan penguatan kelembagaan perguruan tinggi, perwujudan diferensiasi misi, perguruan tinggi sebagai produsen iptek inovasi dan pusat keunggulan, serta kerja sama antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah.
"Inti dasar capaian pendidikan yaitu akhlak mulia, visi iptek, Merdeka Belajar dengan spiritualitas nilai-nilai kehidupan dan pengetahuan serta keterampilan, sikap mental dan etika profesi," imbuh Nizam.
Terkait dengan Merdeka Belajar dan Bela Negara, Nizam sampaikan hal tersebut dapat terintegrasi dalam kurikulum dan melalui kegiatan kemanusiaan seperti melalui membangun desa atau sukarelawan.
Nizam juga menyampaikan Indonesia akan menyongsong bonus demografi. Bonus demografi jika dimanfaatkan dengan baik akan membawa kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa dengan contoh Jepang yang tumbuh menjadi kekuatan ekonomi Asia pada tahun 70-an seiring dengan proses demografi yang terjadi di negara itu. Kemudian Korea Selatan dan Tiongkok pada tahun 1990-an.
"Indonesia dalam jangka waktu 20 tahun ke depan ini memasuki proses demografi tersebut dan ini menjadi peluang serta tantangan dunia pendidikan," terang dia.
Baca juga: Kemendikbud lakukan transformasi digital layanan pendidikan
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: