Rujak daun, makanan khas berbuka puasa warga Muslim di Aceh
19 Mei 2020 02:07 WIB
Seorang pedagang mengiris aneka dedaunan untuk membuat makanan khas Ramadhan khas Aceh, Seunicah Oen (Rujak Daun) yang dijual hanya pada bulan suci Ramadhan di kawasan pusat pasar Jeuram, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, Senin (18/5/2020). (ANTARA/Teuku Dedi Iskandar)
Suka Makmue (ANTARA) - Masyarakat Muslim di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, memiliki makanan khas yang biasa disantap saat berbuka puasa di Bulan Suci Ramadhan, yakni "seunicah oen" atau dalam Bahasa Indonesia disebut rujak daun.
“Makanan seunicah oen (rujak daun) ini hanya dijual khusus selama bulan suci Ramadhan, tidak dijual saat hari biasa,” kata Afrizal (35), seorang pedagang di Kompleks Pasar Bina Usaha Jeuram, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Senin (18/5).
Ia menjelaskan komposisi makanan khas di bulan puasa tersebut, terdiri dari aneka dedaunan yang diperoleh dari kebun dan kawasan hutan, lalu digabung dalam satu ikatan, kemudian diiris tipis.
Agar menimbulkan citarasa yang memikat, kata Afrizal, dedaunan yang sudah dipotong dan diiris tipis tersebut dicampur dengan bumbu khas yang terbuat dari serai, cabai, bawang, serta aneka rempah lainnya.
Selain bumbu yang membuat makanan khas itu gurih, kemudian ditaburi kelapa yang sudah disangrai di atas dedaunan agar citarasanya semakin nikmat.
“Makanan khas bulan suci Ramadhan ini juga diyakini dapat mengeluarkan angin dari dalam tubuh, dan berkhasiat menghilangkan bau mulut saat berpuasa seharian,” katanya menambahkan.
Warga yang sudah menggeluti bisnis tersebut sejak lima tahun lalu itu mengaku omzet yang didapatkan dari menjual rujak daun mencapai Rp300 ribu setiap harinya.
Untuk harga per bungkus, ia menjualnya Rp5 ribu saja. Rujak itu dibungkus dengan daun pisang.
Ia mengaku dengan menjual makanan khas tersebut, dirinya dapat memenuhi kebutuhan keluarga saat Hari Raya Idul Fitri tiba setiap tahunnya.
“Makanan seunicah oen (rujak daun) ini hanya dijual khusus selama bulan suci Ramadhan, tidak dijual saat hari biasa,” kata Afrizal (35), seorang pedagang di Kompleks Pasar Bina Usaha Jeuram, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Senin (18/5).
Ia menjelaskan komposisi makanan khas di bulan puasa tersebut, terdiri dari aneka dedaunan yang diperoleh dari kebun dan kawasan hutan, lalu digabung dalam satu ikatan, kemudian diiris tipis.
Agar menimbulkan citarasa yang memikat, kata Afrizal, dedaunan yang sudah dipotong dan diiris tipis tersebut dicampur dengan bumbu khas yang terbuat dari serai, cabai, bawang, serta aneka rempah lainnya.
Selain bumbu yang membuat makanan khas itu gurih, kemudian ditaburi kelapa yang sudah disangrai di atas dedaunan agar citarasanya semakin nikmat.
“Makanan khas bulan suci Ramadhan ini juga diyakini dapat mengeluarkan angin dari dalam tubuh, dan berkhasiat menghilangkan bau mulut saat berpuasa seharian,” katanya menambahkan.
Warga yang sudah menggeluti bisnis tersebut sejak lima tahun lalu itu mengaku omzet yang didapatkan dari menjual rujak daun mencapai Rp300 ribu setiap harinya.
Untuk harga per bungkus, ia menjualnya Rp5 ribu saja. Rujak itu dibungkus dengan daun pisang.
Ia mengaku dengan menjual makanan khas tersebut, dirinya dapat memenuhi kebutuhan keluarga saat Hari Raya Idul Fitri tiba setiap tahunnya.
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: