Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Rabu sore, melemah tertekan aksi ambil untung setelah pada pekan lalu menguat jauh ke bawah 10.000 per dolar AS.

Beberapa jam menjelang pasar ditutup, rupiah ditansaksikan pada kisaran 9.890/9.900 per dolar, melemah 30 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya yang berada pada 9.860/9.870 per dolar AS.

Analis valas Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta Rabu mengatakan, koreksi pada rupiah itu wajar setelah sebelumnya menguat tajam.

Menurut Rully, tekanan terhadap rupiah tidak akan berlangsung lama karena sejumlah sentimen positif masih memungkinkan rupiah menguat kembali.

Menurut dia, pasar uang masih positif terhadap rupiah karena fundamental ekonomi Indonesia cukup bagus.

Jadi koreksi itu hanya menghambat sementara kenaikan rupiah yang berpeluang pada akhir tahun bisa mencapai 9.500 per dolar, katanya.

Rully Nova mengatakan, makin berkurangnya tekanan krisis keuangan global merupakan faktor yang mendorong rupiah menguat apalagi krisis keuangan itu pada pertengahan tahun 2010 diperkirakan mulai mereda.

"Kami optimis rupiah kedepan akan semakin tumbuh dengan baik melihat investasi asing di pasar domestik terus meningkat," ucapnya.

Para investor asing optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya, bahkan meliwati perkiraan pemerintah yang hanya 4 sampai 4,5 persen.

Asumsi-asumsi makro ekonomi itu menunjukkan pemerintah Indonesia sangat hati-hati dalam menetapkan asumsinya, ujarnya.

Indonesia, lanjut dia harus dapat menggerakkan sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik didukung oleh masuknya investor asing yang masih menempatkan dana di pasar domestik.

Investor asing diperkirakan akan meningkat dana di pasar modal yang akan mendorog ekonomi tumbuh lebih cepat, karena itu potensi pasar di dalam negeri sangat kuatnya, tuturnya.
(*)