McKinsey: Konsumen Indonesia optimistis hadapi pemulihan ekonomi
18 Mei 2020 16:34 WIB
Konsumen berbelanja kebutuhan pangan di Carefour Lebak Bulus, Jakarta, Minggu (17/5/2020). Pemerintah akan menggelontorkan stimulus demi mendongkrak konsumsi rumah tangga, dimana sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2020 hanya tumbuh 2,84 persen secara year-on-year (yoy). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww. (ANTARAFOTO/PUSPA PERWITASARI)
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan konsultan dan manajemen global McKinsey and Company menyatakan bahwa konsumen Indonesia relatif optimistis dalam menghadapi pemulihan ekonomi akibat COVID-19.
“Terdapat enam wawasan tentang perilaku konsumen Indonesia selama wabah COVID-19. Pertama adalah tentang sentimen konsumen umum yang menunjukkan bahwa konsumen Indonesia relatif optimistis meskipun harus waspada,” kata Partner and Co-Leader of Consumer Packages Goods and Retail Practices in Southeast Asia McKinsey and Company Ali Potia saat mengikuti webinar, Senin.
Tingkat optimisme Indonesia menduduki peringkat ketiga, di bawah China dan India, di mana China menjadi negara paling optimistis melakukan pemulihan ekonomi akibat COVID-19.
Baca juga: Analis catat perubahan perilaku konsumen karena COVID-19
Dengan tingkat negara optimistis, artinya perekonomian suatu negara yang terdampak COVID-19 akan pulih dalam waktu dua hingga tiga bulan dan tumbuh kuat bahkan lebih kuat dibandingkan sebelum pandemi terjadi.
Pada tingkat di bawah optimistis adalah negara tidak yakin, di mana perekonomian suatu negara akan terpengaruh selama 6-12 bulan atau lebih dan akan mengalami stagnasi atau menunjukkan pertumbuhan yang lambat sesudahnya.
Tingkatan terbawah yakni pesimistis, yaitu COVID-19 akan memiliki dampak jangka panjang pada perekonomian dan menunjukkan regresi atau jatuh ke dalam resesi panjang.
Di bawah Indonesia, terdapat Amerika Serikat, Mexico, Brazil, dan Jerman. Kemudian, Afrika Selatan, London, dan Perancis.
Baca juga: Ekonom sarankan UMKM fokus pada kebutuhan konsumen saat pandemi
Ali memaparkan, COVID-19 adalah tantangan kemanusiaan utama, di mana ribuan profesional kesehatan berjuang melawan virus yang membahayakan nyawa mereka sendiri.
Ia menambahkan, sistem kesehatan demikian memerlukan waktu dan bantuan untuk kembali ke keadaan normal.
“Menyelesaikan tantangan kemanusiaan, tentu saja menjadi prioritas utama,” ujar Ali.
Menurut Ali, masih banyak yang harus dilakukan secara global untuk merespon dan memulihkan keadaan, mulai dari menghitung biaya kemanusiaan akibat virus, memberikan dukungan untuk para korban dan keluarga, hingga menemukan vaksin.
“Dokumen ini dimaksudkan untuk membantu dengan tujuan memberikan wawasan terkait konsumen selama situasi COVID-19 saat ini,” ujar Ali.
Ali menambahkan, selain tantangan kemanusiaan, terdapat implikasi ekonomi yang, bisnis, dan lapangan kerja yang lebih luas.
“Dokumen ini mencakup wawasan konsumen dari survei yang dilakukan antara 25 April dan 26 April di Indonesia,” pungkas Ali.
“Terdapat enam wawasan tentang perilaku konsumen Indonesia selama wabah COVID-19. Pertama adalah tentang sentimen konsumen umum yang menunjukkan bahwa konsumen Indonesia relatif optimistis meskipun harus waspada,” kata Partner and Co-Leader of Consumer Packages Goods and Retail Practices in Southeast Asia McKinsey and Company Ali Potia saat mengikuti webinar, Senin.
Tingkat optimisme Indonesia menduduki peringkat ketiga, di bawah China dan India, di mana China menjadi negara paling optimistis melakukan pemulihan ekonomi akibat COVID-19.
Baca juga: Analis catat perubahan perilaku konsumen karena COVID-19
Dengan tingkat negara optimistis, artinya perekonomian suatu negara yang terdampak COVID-19 akan pulih dalam waktu dua hingga tiga bulan dan tumbuh kuat bahkan lebih kuat dibandingkan sebelum pandemi terjadi.
Pada tingkat di bawah optimistis adalah negara tidak yakin, di mana perekonomian suatu negara akan terpengaruh selama 6-12 bulan atau lebih dan akan mengalami stagnasi atau menunjukkan pertumbuhan yang lambat sesudahnya.
Tingkatan terbawah yakni pesimistis, yaitu COVID-19 akan memiliki dampak jangka panjang pada perekonomian dan menunjukkan regresi atau jatuh ke dalam resesi panjang.
Di bawah Indonesia, terdapat Amerika Serikat, Mexico, Brazil, dan Jerman. Kemudian, Afrika Selatan, London, dan Perancis.
Baca juga: Ekonom sarankan UMKM fokus pada kebutuhan konsumen saat pandemi
Ali memaparkan, COVID-19 adalah tantangan kemanusiaan utama, di mana ribuan profesional kesehatan berjuang melawan virus yang membahayakan nyawa mereka sendiri.
Ia menambahkan, sistem kesehatan demikian memerlukan waktu dan bantuan untuk kembali ke keadaan normal.
“Menyelesaikan tantangan kemanusiaan, tentu saja menjadi prioritas utama,” ujar Ali.
Menurut Ali, masih banyak yang harus dilakukan secara global untuk merespon dan memulihkan keadaan, mulai dari menghitung biaya kemanusiaan akibat virus, memberikan dukungan untuk para korban dan keluarga, hingga menemukan vaksin.
“Dokumen ini dimaksudkan untuk membantu dengan tujuan memberikan wawasan terkait konsumen selama situasi COVID-19 saat ini,” ujar Ali.
Ali menambahkan, selain tantangan kemanusiaan, terdapat implikasi ekonomi yang, bisnis, dan lapangan kerja yang lebih luas.
“Dokumen ini mencakup wawasan konsumen dari survei yang dilakukan antara 25 April dan 26 April di Indonesia,” pungkas Ali.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: