Emiten pelayaran BULL optimistis tangkap peluang di masa pandemi
18 Mei 2020 10:23 WIB
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Jakarta (ANTARA) - Emiten yang bergerak di bidang pelayaran PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) optimistis dapat menangkap peluang dan memacu kinerja yang positif di masa pandemi COVID-19.
"Dengan strategi usaha berimbang yang berasal dari kontrak sewa serta pengoperasian melalui pool, kami berada di posisi yang menguntungkan untuk berkembang dan menangkap peluang di tengah wabah COVID-19," kata Direktur Utama BULL Wong Kevin dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Baca juga: BEI realistis jumlah emiten baru tak sebanyak tahun sebelumnya
Saat memasuki 2020, BULL yakin akan prospek usaha yang positif karena perkiraan dinamika permintaan dan pasokan kapal tanker yang ketat.
Hal itu dikarenakan pasokan kapal tanker minyak yang terbatas dimana jumlah pembuatan kapal tanker baru berada pada tingkat terendah dalam lebih dari 20 tahun terakhir dan tiga peraturan baru dari International Maritime Organization (IMO) yang wajib diimplementasikan antara 2020 sampai 2025 yang dapat mengurangi pasokan kapal tanker dunia.
Tiga aturan IMO tersebut antara lain kewajiban pemakaian bahan bakar rendah sulfur mulai tahun 2020, kewajiban instalasi dan penggunaan sistem pengolahan air ballast mulai 2021 sampai 2023, dan pengurangan emisi gas efek rumah kaca sebesar 30 persen mulai 2025 yang berpotensi mengurangi kecepatan kapal di laut.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor itu, BULL telah mengembangkan armadanya dari 17 kapal tanker dengan kapasitas efektif sebesar 850.000 DWT di akhir 2018 menjadi 30 kapal tanker di April 2020 dengan total kapasitas efektif sebesar 1.989.898 DWT.
BULL memperkirakan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA tahun ini akan menjadi 2,25-2,5 kali dari tahun 2019.
Secara bersamaan, laba bersih BULL diperkirakan akan menjadi 3,5-4 kali dari tahun 2019, tidak termasuk pos-pos luar biasa karena seluruh peningkatan EBITDA akan menambah langsung ke laba usaha.
Dengan pencapaian itu, rasio perbandingan harga saham dengan laba bersih per saham (PER) perusahaan menjadi sangat rendah yaitu 2,75 kali dan EV/EBITDA juga mengalami hal yang sama yaitu 3,6 kali, dimana dengan menggunakan metode penilaian apapun akan mengindikasikan nilai perusahaan menjadi sangat rendah, terutama dengan kemampuan perusahaan yang telah terbukti untuk berkembang dan meningkatkan laba usaha selama bertahun-tahun.
BULL berkeyakinan seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan, selisih penilaian perusahaan yang terlalu rendah ini akan semakin mendekati kewajaran karena pasar akan menghargai peningkatan nilai yang diberikan kepada para pemegang saham.
Terjadinya wabah COVID-19 telah meningkatkan potensi kemungkinan pencapaian target BULL.
Wabah tersebut telah menghentikan sebagian besar ekonomi global dan sangat membatasi mobilitas penduduk dan barang di seluruh dunia. Akibatnya, konsumsi minyak jatuh pada titik terendahnya.
Menurut beberapa perkiraan, konsumsi minyak turun sebanyak 35 juta barel per hari di April 2020 dibandingkan dengan akhir 2019.
Bahkan dengan diberikannya kelonggaran karantina wilayah, konsumsi minyak masih diproyeksikan lebih rendah dari tahun lalu sebanyak 25 juta barel per hari di Mei 2020.
Jadi meskipun OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak 9,7 juta barel per hari pada pertengahan April 2020 dan adanya tambahan pengurangan produksi minyak 5 juta barel per hari, produksi minyak masih melampaui permintaan sebesar 10,3 juta barel per hari.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, banyak analis memperkirakan bahwa dunia dapat kehabisan tempat penyimpanan minyak di darat dan akan lebih banyak minyak disimpan di atas kapal tanker minyak berukuran besar, termasuk jenis kapal tanker yang dimiliki oleh BULL, yang mana akan meningkatkan tarif sewa kapal tanker minyak.
Saat ini tarif sewa rata-rata tahun 2020 untuk kapal tanker berjenis Aframax di pasar internasional adalah 44.153 dolar AS per hari, yang mana 123 persen lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu yaitu 19.840 dolar AS per hari untuk periode yang sama dan 156 persen lebih tinggi dari rata-rata tarif sewa di pasar Indonesia yaitu 17.250 dolar AS per hari.
Pendapatan TCE (time charter equivalent) rata-rata satu bulan terakhir berada di tingkat 52.250 dolar AS per hari.
Tingkatkan Harapan
Stimulus pada pasar kapal tanker yang disebutkan itu akan sangat berpengaruh secara positif terhadap BULL sebagai satu-satunya perusahaan kapal tanker di Indonesia yang memiliki porsi yang materiil dari armadanya yang beroperasi di pasar internasional.
Hal itu disebabkan oleh standar keselamatan dan kualitas yang sangat tinggi yang disyaratkan oleh perusahaan-perusahaan minyak besar, sehingga membatasi akses masuk untuk operator-operator yang beroperasi di bawah standar.
Mengingat sejarah panjang BULL yang mengoperasikan kapalnya sesuai dengan standar yang paling ketat, BULL yakin dapat dengan mudah memperoleh tarif sewa yang lebih baik ini.
Menurut Wong, untuk menangkap peluang secara optimal dari kondisi pasar yang menguntungkan ini dan posisi perusahaan yang tangguh, BULL dengan berhati-hati akan menambah armadanya dan mendapatkan kontrak sewa tambahan yang menguntungkan namun stabil dan mencari lebih banyak peluang.
BULL akan tetap mempertahankan strategi usahanya yaitu menjaga sebagian besar pendapatan usaha dari kontrak dan menjaga keseimbangan yang baik antara pasar Indonesia yang stabil dan pasar internasional yang sangat menguntungkan sehingga selalu menjamin kelangsungan usaha perusahaan.
"Karena pasar internasional lebih baik dari yang diperkirakan dan dengan perkembangan armada lebih lanjut, perusahaan memperkirakan akan merevisi proyeksi kinerja keuangan menjadi lebih baik dalam waktu dekat," ujar Wong.
Baca juga: Harga saham "undervalued", saatnya investor koleksi emiten unggulan
"Dengan strategi usaha berimbang yang berasal dari kontrak sewa serta pengoperasian melalui pool, kami berada di posisi yang menguntungkan untuk berkembang dan menangkap peluang di tengah wabah COVID-19," kata Direktur Utama BULL Wong Kevin dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Baca juga: BEI realistis jumlah emiten baru tak sebanyak tahun sebelumnya
Saat memasuki 2020, BULL yakin akan prospek usaha yang positif karena perkiraan dinamika permintaan dan pasokan kapal tanker yang ketat.
Hal itu dikarenakan pasokan kapal tanker minyak yang terbatas dimana jumlah pembuatan kapal tanker baru berada pada tingkat terendah dalam lebih dari 20 tahun terakhir dan tiga peraturan baru dari International Maritime Organization (IMO) yang wajib diimplementasikan antara 2020 sampai 2025 yang dapat mengurangi pasokan kapal tanker dunia.
Tiga aturan IMO tersebut antara lain kewajiban pemakaian bahan bakar rendah sulfur mulai tahun 2020, kewajiban instalasi dan penggunaan sistem pengolahan air ballast mulai 2021 sampai 2023, dan pengurangan emisi gas efek rumah kaca sebesar 30 persen mulai 2025 yang berpotensi mengurangi kecepatan kapal di laut.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor itu, BULL telah mengembangkan armadanya dari 17 kapal tanker dengan kapasitas efektif sebesar 850.000 DWT di akhir 2018 menjadi 30 kapal tanker di April 2020 dengan total kapasitas efektif sebesar 1.989.898 DWT.
BULL memperkirakan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA tahun ini akan menjadi 2,25-2,5 kali dari tahun 2019.
Secara bersamaan, laba bersih BULL diperkirakan akan menjadi 3,5-4 kali dari tahun 2019, tidak termasuk pos-pos luar biasa karena seluruh peningkatan EBITDA akan menambah langsung ke laba usaha.
Dengan pencapaian itu, rasio perbandingan harga saham dengan laba bersih per saham (PER) perusahaan menjadi sangat rendah yaitu 2,75 kali dan EV/EBITDA juga mengalami hal yang sama yaitu 3,6 kali, dimana dengan menggunakan metode penilaian apapun akan mengindikasikan nilai perusahaan menjadi sangat rendah, terutama dengan kemampuan perusahaan yang telah terbukti untuk berkembang dan meningkatkan laba usaha selama bertahun-tahun.
BULL berkeyakinan seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan, selisih penilaian perusahaan yang terlalu rendah ini akan semakin mendekati kewajaran karena pasar akan menghargai peningkatan nilai yang diberikan kepada para pemegang saham.
Terjadinya wabah COVID-19 telah meningkatkan potensi kemungkinan pencapaian target BULL.
Wabah tersebut telah menghentikan sebagian besar ekonomi global dan sangat membatasi mobilitas penduduk dan barang di seluruh dunia. Akibatnya, konsumsi minyak jatuh pada titik terendahnya.
Menurut beberapa perkiraan, konsumsi minyak turun sebanyak 35 juta barel per hari di April 2020 dibandingkan dengan akhir 2019.
Bahkan dengan diberikannya kelonggaran karantina wilayah, konsumsi minyak masih diproyeksikan lebih rendah dari tahun lalu sebanyak 25 juta barel per hari di Mei 2020.
Jadi meskipun OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak 9,7 juta barel per hari pada pertengahan April 2020 dan adanya tambahan pengurangan produksi minyak 5 juta barel per hari, produksi minyak masih melampaui permintaan sebesar 10,3 juta barel per hari.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, banyak analis memperkirakan bahwa dunia dapat kehabisan tempat penyimpanan minyak di darat dan akan lebih banyak minyak disimpan di atas kapal tanker minyak berukuran besar, termasuk jenis kapal tanker yang dimiliki oleh BULL, yang mana akan meningkatkan tarif sewa kapal tanker minyak.
Saat ini tarif sewa rata-rata tahun 2020 untuk kapal tanker berjenis Aframax di pasar internasional adalah 44.153 dolar AS per hari, yang mana 123 persen lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu yaitu 19.840 dolar AS per hari untuk periode yang sama dan 156 persen lebih tinggi dari rata-rata tarif sewa di pasar Indonesia yaitu 17.250 dolar AS per hari.
Pendapatan TCE (time charter equivalent) rata-rata satu bulan terakhir berada di tingkat 52.250 dolar AS per hari.
Tingkatkan Harapan
Stimulus pada pasar kapal tanker yang disebutkan itu akan sangat berpengaruh secara positif terhadap BULL sebagai satu-satunya perusahaan kapal tanker di Indonesia yang memiliki porsi yang materiil dari armadanya yang beroperasi di pasar internasional.
Hal itu disebabkan oleh standar keselamatan dan kualitas yang sangat tinggi yang disyaratkan oleh perusahaan-perusahaan minyak besar, sehingga membatasi akses masuk untuk operator-operator yang beroperasi di bawah standar.
Mengingat sejarah panjang BULL yang mengoperasikan kapalnya sesuai dengan standar yang paling ketat, BULL yakin dapat dengan mudah memperoleh tarif sewa yang lebih baik ini.
Menurut Wong, untuk menangkap peluang secara optimal dari kondisi pasar yang menguntungkan ini dan posisi perusahaan yang tangguh, BULL dengan berhati-hati akan menambah armadanya dan mendapatkan kontrak sewa tambahan yang menguntungkan namun stabil dan mencari lebih banyak peluang.
BULL akan tetap mempertahankan strategi usahanya yaitu menjaga sebagian besar pendapatan usaha dari kontrak dan menjaga keseimbangan yang baik antara pasar Indonesia yang stabil dan pasar internasional yang sangat menguntungkan sehingga selalu menjamin kelangsungan usaha perusahaan.
"Karena pasar internasional lebih baik dari yang diperkirakan dan dengan perkembangan armada lebih lanjut, perusahaan memperkirakan akan merevisi proyeksi kinerja keuangan menjadi lebih baik dalam waktu dekat," ujar Wong.
Baca juga: Harga saham "undervalued", saatnya investor koleksi emiten unggulan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: