Washington (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat sangat prihatin atas penutupan sejumlah kantor berita oleh pemerintah Venezuela, yang dinilai sebagai ancaman kebebasan berpendapat publik, kata seorang pejabat AS, Senin.
Tiga puluh dua stasiun radio dan dua stasiun televisi dibekukan penyiarannya di Venezuela tidak lama setelah Presiden Hugo Chavez berdalih bahwa media pers tersebut telah menyalahgunakan kebebasan penyiaran mereka.
"Kami sangat prihatin dengan tindakan pemerintah Venezuela yang menutup kantor media tersebut," ujar pejabat AS yang meminta namanya tidak disebutkan tersebut.
"Kini, kami terus memantau perkembangan terakhir pembekuan tersebut dan akan menyampaikan tanggapan kami," kata pejabat tersebut kepada AFP, tanpa mengatakan apakah pejabat AS akan membawa kasus tersebut kepada Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) serta lembaga terkait lainnya.
Pejabat tersebut mengatakan, dalam pertemuan tertutup bersama jaringan televisi Venezuela, Globovision pada 8 Juli, Menlu AS Clinton menegaskan dukungan bagi kebebasan menyampaikan pendapat di seluruh negara-negara Amerika sebagai satu elemen dasar bagi demokrasi.
Pada 12 Juni lalu, AS telah mendesak pemerintah nasional dan daerah Venezuela untuk menghentikan intimidasi terhadap media pemberitaan dan mengambil tindakan untuk menegakkan kebebasan jurnalistik sebagaimana termaktub dalam Piagam Demokrasi Antar Negara-negara Amerika.
AS mengingatkan kembali bahwa piagam yang diterapkan oleh ke-34 negara anggota OAS pada tahun 2001 tersebut, menunjukkan pentingnya penghargaan terhadap kebebasan pers.
Pada Juni lalu, badan pengawas telekomunikasi Venezuela, Conatel melangsungkan survei terhadap kantor penyiaran radio, dan meminta stasiun-stasiun radio tersebut untuk menunjukkan izin penyiaran mereka yang sah.
Diperkirakan negara yang memiliki 240 stasiun radio tersebut, serta kantor media-media lainnya, selalu berada dalam tekanan pemerintahan Chavez.(*)
AS Prihatin Atas Penutupan Kantor Berita Venezuela
4 Agustus 2009 10:04 WIB
(ANTARA/REUTERS-Jorge Silva)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Tags: