SKK Migas antisipasi turunnya serapan gas bumi
17 Mei 2020 18:05 WIB
Pekerja beraktivitas di sumur ekplorasi minyak bumi PT Saka Energi Indonesia di Blok Pangkah, Gresik, Jawa Timur, Jumat (31/8). PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas), menemukan cadangan minyak bumi di sumur eksplorasi TKBY-2 wilayah kerja Pangkah, setelah melakukan pengeboran hingga kedalaman 9.500 kaki di lepas pantai utara Gresik, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Moch Asim/hp.
Ambon (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah melakukan antisipasi atas berkurangnya serapan gas bumi oleh para pembeli, menyusul catatan penurunan pasokan gas di beberapa area akibat lemahnya permintaan pada Mei 2020.
“Di bulan Mei ini total volume gas yang tidak terserap lebih dari 350 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari),” kata Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief S Handoko, dalam siaran pers yang diterima Antara, Minggu.
Area yang mengalami penurunan penyerapan di bulan Mei 2020 di antaranya terjadi di Provinsi Riau sebesar 10 MMSCFD, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, dan Jawa Barat sebesar 267 MMSCFD, serta Jawa Timur sebesar 40 MMSCFD, dan Kalimantan Timur sebanyak 40 MMSCFD.
Beberapa penurunan permintaan pasokan gas oleh konsumen tidak sepenuhnya dikarenakan pandemi COVID-19. Penurunan juga disebabkan perawatan fasilitas yang dilakukan oleh pembeli. Contohnya, permintaan untuk memajukan jadwal perbaikan tahunan (turn around) dari Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk PKT 3 sebanyak 40 MMSCFD pada Mei 2020 dan PKT 1A sebesar 60 MMSCFD pada Juni 2020.
Baca juga: Lifting migas kuartal I capai 90,4 persen dari target
Selain itu pertengahan hingga akhir Mei 2020 adalah periodisasi Hari Raya Lebaran, di mana setiap tahun akan terjadi pengurangan kegiatan pada pabrik-pabrik dan kawasan industri. “Menurunnya aktivitas mereka membuat banyak pembeli juga mengurangi serapan gas. Ini berpengaruh pada realisasi lifting gas bumi,” kata Arief.
Per 15 Mei 2020 SKK Migas mencatat angka serapan gas rata-rata pada Mei 2020 adalah 5.336 MMSCFD atau sekitar 80 persen dari target APBN 2020 yang ditetapkan sebesar 6.670 MMSCFD. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan rata-rata serapan gas periode Januari – Mei 2020 yang sebesar 5.715 MMSCFD atau sekitar 86 persen dari target APBN 2020.
Menghadapi kondisi ini, kata Arief, SKK Migas terus berkoordinasi dengan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang terdampak COVID-19 dan melakukan review atas munculnya klaim keadaan kahar (force majeure) yang diusulkan oleh beberapa pembeli gas bumi. “Kami sedang melakukan analisa atas penurunan serapan ini terhadap kesesuaian kontrak,” katanya.
Dalam rangka melakukan analisa tersebut, pihaknya juga melakukan mitigasi keadaan yang dialami para pembeli, termasuk melihat usaha-usaha yang sudah dilakukan pembeli untuk memitigasi dampak COVID-19 ini, serta melihat kondisi aktual apakah kegiatan usaha pembeli akhir memang menghentikan kegiatan operasi karena adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca juga: SKK Migas sebut penurunan harga gas hemat belanja pemerintah
“Di bulan Mei ini total volume gas yang tidak terserap lebih dari 350 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari),” kata Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief S Handoko, dalam siaran pers yang diterima Antara, Minggu.
Area yang mengalami penurunan penyerapan di bulan Mei 2020 di antaranya terjadi di Provinsi Riau sebesar 10 MMSCFD, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, dan Jawa Barat sebesar 267 MMSCFD, serta Jawa Timur sebesar 40 MMSCFD, dan Kalimantan Timur sebanyak 40 MMSCFD.
Beberapa penurunan permintaan pasokan gas oleh konsumen tidak sepenuhnya dikarenakan pandemi COVID-19. Penurunan juga disebabkan perawatan fasilitas yang dilakukan oleh pembeli. Contohnya, permintaan untuk memajukan jadwal perbaikan tahunan (turn around) dari Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk PKT 3 sebanyak 40 MMSCFD pada Mei 2020 dan PKT 1A sebesar 60 MMSCFD pada Juni 2020.
Baca juga: Lifting migas kuartal I capai 90,4 persen dari target
Selain itu pertengahan hingga akhir Mei 2020 adalah periodisasi Hari Raya Lebaran, di mana setiap tahun akan terjadi pengurangan kegiatan pada pabrik-pabrik dan kawasan industri. “Menurunnya aktivitas mereka membuat banyak pembeli juga mengurangi serapan gas. Ini berpengaruh pada realisasi lifting gas bumi,” kata Arief.
Per 15 Mei 2020 SKK Migas mencatat angka serapan gas rata-rata pada Mei 2020 adalah 5.336 MMSCFD atau sekitar 80 persen dari target APBN 2020 yang ditetapkan sebesar 6.670 MMSCFD. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan rata-rata serapan gas periode Januari – Mei 2020 yang sebesar 5.715 MMSCFD atau sekitar 86 persen dari target APBN 2020.
Menghadapi kondisi ini, kata Arief, SKK Migas terus berkoordinasi dengan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang terdampak COVID-19 dan melakukan review atas munculnya klaim keadaan kahar (force majeure) yang diusulkan oleh beberapa pembeli gas bumi. “Kami sedang melakukan analisa atas penurunan serapan ini terhadap kesesuaian kontrak,” katanya.
Dalam rangka melakukan analisa tersebut, pihaknya juga melakukan mitigasi keadaan yang dialami para pembeli, termasuk melihat usaha-usaha yang sudah dilakukan pembeli untuk memitigasi dampak COVID-19 ini, serta melihat kondisi aktual apakah kegiatan usaha pembeli akhir memang menghentikan kegiatan operasi karena adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca juga: SKK Migas sebut penurunan harga gas hemat belanja pemerintah
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: