Pekanbaru (ANTARA News) - Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II di Pekanbaru, Riau, Senin, menutup sementara aktivitas penerbangan karena jarak pandang menurun drastis akibat kabut asap.

"Aktivitas penerbangan di Bandara Pekanbaru ditutup sejak pukul 06.00 WIB karena jarak pandang terganggu kabut sehingga bersisa sekitar 200 meter dan dinilai berbahaya untuk penerbangan," kata Kepala Cabang PT Angkasa Pura II Pekanbaru, Dedi Suryana, di Pekanbaru.

Menurut Dedi Suryana, kabut asap sangat pekat menyelimuti landas pacu Bandara SSK II. Akibat penutupan tersebut, lanjutnya, sebanyak lima penerbangan dari dan menuju Bandara tersebut terpaksa ditunda.

Dua penerbangan dari Pekanbaru tujuan Jakarta yang mengalami penundaan adalah maskapai Mandala Air dan Lion Air. Sedangkan, dua penerbangan dari Jakarta yang tertunda mendarat di Bandara Pekanbaru adalah maskapai Garuda Indonesia dan Air Asia.

"Selain itu, satu penerbangan internasional dari Singapura menuju Pekanbaru juga tertunda mendarat akibat kabut asap," katanya.

Ia mengatakan, penundaan tersebut berlangsung sekitar 2,5 jam. Aktivitas penerbangan mulai dibuka kembali sekitar pukul 08.30 WIB, setelah jarak pandang berada di batas normal keselamatan penerbangan yakni di atas 1.000 meter.

Berdasarkan pantauan terakhir satelit NOAA 18 dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, terdapat sebanyak 94 titik api terdeteksi di Riau.

Jumlah titik api di Riau tercatat paling banyak di seluruh Pulau Sumatra, yang berdasarkan BMKG mencapai 318 titik. Riau menjadi penyumbang terbanyak titik api terbanyak di Sumatra yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan masih terus terjadi.

Selain Riau, titik api juga banyak terpantau di Provinsi Sumatra Selatan yakni sebanyak 90 titik dan Jambi sebanyak 63 titik api. BMKG memprakirakan kabut asap masih akan menyelimuti wilayah Riau karena potensi kebakaran masih tinggi. Sebabnya, tingkat kekeringan masih cukup tinggi karena curah hujan masih minim dan hanya bersifat hujan lokal.

Selain itu, kabut asap yang berasal dari provinsi tetangga juga berpotensi terjadi karena terbawa angin, seperti asap kebakaran dari Jambi dan Sumatra Selatan. (*)