Kabul (ANTARA News/AFP) - Konflik yang meningkat di Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 warga sipil dalam enam bulan pertama 2009, peningkatan hampir seperempat pada periode yang sama tahun lalu, PBB mengatakan, Jumat.

Tahun ini telah menjadi yang paling berdarah dalam perlawanan pimpinan Taliban yang sudah menarik ribuan balabantuan militer internasional, sebagian besar dari mereka dikerahkan ke wilayah-wilayah tempat kehadiran kuat gerilyawan dapat mencegah pemilihan 20 Agustus.

Penambahan dalam jumlah tentara -- sekarang kira-kira 90.000 personil -- adalah satu alasan bagi korban yang lebih besar yakni 1.013 warga sipil tewas, menurut Unit Hak Asasi Manusia Misi Bantuan PBB d Afghanistan (UNAMA).

Hampir 60 persen kematian warga sipil itu sejauh ini tahun ini diakibatkan oleh gerilyawan, 30 persen oleh pasukan militer pro-pemerintah dan sisanya tidak diakibatkan oleh satu pihak dalam konflik itu.

Periode sama tahun lalu melihat 818 warga sipil tewas dalam kekerasan terkait-gerilya. Dalam eam bulan pertama 2007, 684 orang tewas -- 41 persen oleh pasukan keamanan dan 46 persen akibat gerilyawan, unit tersebut mengatakan dalam satu laporan.

"Konflik bersenjata meningkat secara signifikan di seluruh Afghanistan pada 2008 dan dalam enam bulan pertama 2009, dengan peningkatan yang sesuai dalam korban warga sipil dan penurunan berarti ruang kemanusiaan," kata unit itu.

Alasan bagi meningkatnya kekerasan adalah meningkatnya operasi militer di sejumlah daerah, serangan gerilyawan yang lebih kompleks dan tindakan keras terhadap ekstrimis di negara tetangga Pakistan yang memaksa gerilyawan masuk ke Afghanistan.

Aktivitas gerilyawan juga berlarut-larut pada musim dingin ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ketika ada ketenangan dalam pertempuran, katanya.

"Selain peningkatan cepat dalam kematian warga sipil, kelompok-kelompok yang rentan juga menderita sehubungan dengan penghancuran infrastruktur penting, berkurangnya pendapatan dan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, serta memburuknya akses ke layanan penting.

Kebanyakan warga sipil tewas akibat bom gerilyawan, bom rakitan dan serangan bunuh diri, kata laporan itu.

Meluasnya penggunaan bom rakitan "menyumbang pada iklim ketakutan dan intimidasi yang memiliki akibat yang signifikan pada warga sipil Afghanistan, termasuk khususnya yang berkaitan dengan hilangnya jiwa dan mata pencaharian," katanya.

Gerilyawan sering menyerang pasukan keamanan tapi dengan tidak melihat pada dampak operasi mereka pada warga sipil, kata laporan itu.

Unit itu juga mengatakan bahwa gerilyawan menempatkan diri mereka di tempat warga sipil sebagai bagian dari "kebijakan aktif yang ditujukan untuk menarik balasan militer ke daerah-daerah tempat ada kemungkinan besar bahwa warga sipil akan tewas atau terluka".

Kecenderungan baru itu adalah penggunaan bom yang dapat secara magnetis dilekatkan ke kendaraan. Sekolah, khususnya untuk anak-anak perempuan, mendapat serangan yang meningkat dengan 16 ledakan bom rakitan tahun ini.

Serangan udara internasional menewaskan sedikit di atas 64 persen dari warga sipil yang tewas dalam aksi militer dan 20 persen dari semua kematian warga sipil dari Januari hingga Juni, kata laporan itu.

Jumlah itu menurun sedikit dan menyusul upaya untuk meminimalkan dampak operasi militer pada warga sipil.

Pembunuhan seperti itu oleh pasukan pro-pemerintah telah menimbulkan "perasaan amarah yang kuat dan kekecewaan di antara masyarakat umum Afghanistan", yang merusak dukungan mereka pada masyarakat internasional pada umumnya, katanya.

Lebih banyak hal yang harus dilakukan oleh semua pihak, khususnya oposisi bersenjata, untuk mengurangi dampak operasi dan aktivitas pada warga sipil, laporan itu menyimpulkan.(*)