Riyadh (ANTARA News) - Negara kuat regional di Timur Tengah, Arab Saudi, takkan mengakui Israel sampai negara Yahudi itu keluar dari tanah Arab yang diduduki dan membuat komitmen ke arah penyelesaian dua negara yang langgeng, kata seorang pejabat senior, hari Rabu, seperti dikutip AFP.

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Osama Nugali juga menyebut kebijakan Israel sebagai sakit jiwa dan mengatakan kebijakan itu membahayakan semua upaya guna menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian Timur Tengah dengan tujuan menciptakan negara Palestina merdeka.

"Posisi kami sudah diketahui. Israel lah yang harus melakukan tindakan sungguh-sungguh ke arah proses perdamaian," kata Nugali.

"... Israel terus melakukan tindakan sepihak dengan mengubah fakta demokrafis dan geografis di lapangan, dengan membuat permukiman dan memperluas permukiman yang ada," katanya.

"Gagasan perdamaian Arab sangat jelas," katanya. Ia merujuk kepada kepada rancangan dasar perdamaian Timur Tengah 2002 yang diilhami Arab Saudi.

"Bahwa Israel mesti mundur dari tanah Arab dan mengakhiri pendudukannya dan menyelesaikan masalah utama konflik," katanya. Ia mengutip masa depan masalah pembagian air, pengungsi Palestina, dan status masa depan Jerusalem sebagai ibukota kedua negara.

Masalah seperti itu harus diselesaikan "guna mencapai perdamaian yang menyeluruh, adil dan langgeng yang dilandasi atas pembentukan negara Palestina yang merdeka dan mampu bertahan", kata Nugali.

"Dalam normalisasi proses perdamaian muncul setelah tercapainya semua tujuan ini, bukan sebelumnya. Jadi, kita tak boleh merusak keteraturan," katanya.

Utusan AS urusan perdamaian Timur Tengah George Mitchell, Selasa, menyeru negara Arab agar melakukan "tindakan berarti" ke arah Israel guna membantu memulai pembicaraan mengenai penyelesaian perdamaian regional menyeluruh, dan mengatakan akhirnya mereka mesti sepenuhnya menormalisasi hubungan dengan negara Yahudi tersebut.

Selain itu, beberapa anggota dewan legislatif AS telah merancang surat buat Raja Arab Saudi Abdullah guna menyeru dia melakukan "langkah dramatis" ke arah Israel sama dengan upaya menembus kebuntuan yang akhirnya mengarah kepada perdamaian dengan Mesir dan Jordania.

Namun para pejabat Arab Saudi memelihara isyarat tersebut belum membuat kemajuan ke arah terciptanya negara Palestina.

Nugali mengatakan perluasan permukiman Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat Sungai Jordan terus menghalangi kemajuan, dan pihak Palestina telah menolak untuk memulai lagi perundingan sampai Israel membekukan pembangunan.

Tetapi Israel telah menolak seruan oleh pemerintah AS agar menghentikan kegiatan permukiman, yang mengarah kepada pertikaian terbuka paling buruk antara kedua sekutu dekat Amerika dalam beberapa tahun.

"Kita telah menyaksikan kebijakan Israel yang menderita sakit jiwa. Di satu sisi, anda berbicara mengenai perdamaian dan kepentingan mereka untuk mencapai perdamaian," katanya.

"Di sisi lain, mereka melakukan tindakan yang bertentangan dengan proses perdamaian yang membuatnya jadi rumit dan membahayakannya," katanya.(*)