Jakarta (ANTARA) - Bursa transfer pebalap Formula 1 memanas ketika Sebastian Vettel pada Selasa memastikan diri tak memperkuat Ferrari tahun depan.

Sebagai pebalap yang telah terbukti bisa memenangi grand prix, populer dan berdarah Italia, Daniel Ricciardo mengincar kursi untuk menjadi rekan satu tim Charles Leclerc selanjutnya.

Namun, kurang dari 48 jam, Ferrari mengumumkan bahwa mereka telah memilih Carlos Sainzuntuk menggantikan sang juara dunia empat kali asal Jerman itu dan Ricciardo akhirnya menempati posisi yang ditinggalkan Sainz di McLaren.

Lantas kenapa Ricciardo mengambil resiko pindah ke Woking ketimbang bertahan di Renault, yang notabene tim pabrikan yang memiliki bujet besar dan fasilitas yang impresif?

Baca juga: Apa alasan Ferrari memilih Sainz?

Baca juga: Gantikan Sainz, Ricciardo gabung McLaren pada 2021


Ricciardo mengejutkan semua pihak ketika dia memilih meninggalkan Red Bull ke Renault untuk musim 2019 dengan mengantongi kontrak selama dua musim.

Namun tahun pertamanya bersama Renault tak bisa dibilang memuaskan. Sang pebalap asal Australia mengakhiri musim 2019 pada peringkat sembilan, hasil terburuknya sejak 2013, dengan hanya delapan kali mencetak poin, tanpa finis podium sekalipun.

Isu reliabilitas mungkin yang membuat kesal Ricciardo, dan pantas saja di tiga musim terakhirnya, masalah mesin merusak momentum yang telah dia bangun setelah menjalani debut yang kuat bersama Red Bull.
Pebalap F1 Red Bull Daniel Ricciardo melompat ke kolam renang saat ia merayakan kemenangannya di F1 Monaco Grand Prix di Circuit de Monaco, Monte Carlo, Monako, Minggu (27/5/2018). (REUTERS/Benoit Tessier)


Ricciardo sadar bahwa dia cepat, meskipun dengan mobil yang bukan tercepat di grid. Seperti yang ia buktikan pada Grand Prix Monako 2018.

"Itu luar biasa," kata bos Red Bull Christian Horner, seperti dikutip AFP, setelah Ricciardo naik podium teratas di Monako kendati kehilangan seperempat kekuatan mesin mobilnya.

Baca juga: 70 tahun silam di Silverstone, perjalanan panjang Formula 1 dimulai

Baca juga: Schumacher orang paling berpengaruh di Formula 1 menurut voting


Ketika musim F1 tahun ini tertunda karena pandemi virus corona, dan pada tahun keduanya bersama Renault, Ricciardo dihadapkan dengan pilihan: menunggu balapan mulai kembali dan melihat apakah Renault menunjukkan perbaikan, atau pindah ke tim yang menginginkannya dan benar-benar menunjukkan peningkatan.

Pada akhirnya, Ricciardo tak mau mengambil risiko bersama Renault, kendati tes pramusim di Barcelona awal tahun ini memberi secercah harapan.

Tapi McLaren sudah membuktikan diri sebagai yang terbaik di papan tengah tahun lalu, meski menggunakan mesin yang sama dengan Renault.

Apalagi tahun 2021, tim bermarkas di Woking itu akan beralih ke mesin Mercedes, dapur pacu yang telah mempersembahkan gelar juara dunia baginya di masa lalu.

Mercedes tak diragukan lagi menjadi salah satu mesin terkuat dan paling bisa diandalkan di grid.

Ricciardo dengan demikian akan menjadi benchmark bagi Lando Norris, pebalap muda yang dipertahankan Mclaren untuk tahun ketiganya.

Namun, Ricciardo masih memiliki urusan yang belum selesai dengan Renault tahun ini.

"Kami belum selesai dan saya tak sabar lagi kembali ke grid tahun ini. Babak selanjutnya bagi saya belum tiba, jadi ayo kita selesaikan yang satu ini dengan kuat," cuit Ricciardo.

Baca juga: Hamilton mensyukuri berkah "cuti panjang" Formula 1

Baca juga: Ross Brawn jelaskan kenapa Austria pas sebagai seri pembuka musim 2020