Malang (ANTARA News) - Menteri Agama (Menag) Muhammad Maftuh Basyuni dan
mantan Menag Prof KH Tolhah Hassan, Rabu malam, membicarakan persoalan materi
pendidikan di lingkungan madrasah yang dirasakan belakangan ini
mengalami degradasi, khususnya bidang akhlak.
Pembicaraan
tersebut berlangsung tanpa disengaja, karena Maftuh mendatangi kediaman
mantan menteri agama Tolhah Hassan, di Malang, Jatim, awalnya dengan maksud
membesuk rekannya itu yang dikabarkan tengah sakit.
Tolhah memang tengah demam karena kelelahan bepergian beberapa hari
terakhir mengunjungi berbagai tempat kegiatan ibadah dan sosial. Namun
ia nampak segar dan menyambut Maftuh yang didampingi Irjen Depag,
Suparta dan wartawan Antara, Edy Supriatna Sjafei.
Awalnya pembicaraan kedua orang tersebut berjalan santai. Namun ketika
Maftuh bercerita tentang berbagai program kerja Depag, seperti
persoalan KKN, kerukunan agama, haji dan pendidikan, Tolhah antusias
memperhatikan dan memberi komentar.
Tampil berpakaian safari biru, kain sarung, topi putih dan sorban
melingkar di leher, nampaknya Tolhah lebih tertarik pada bidang
pendidikan.
Hal itu nampak terlihat dari komentarnya yang kerap diwarnai ungkapan
keprihatinannya terhadap materi pendidikan dewasa ini. Kini jerih payah
para tenaga didik belum membuahkan hasil maksimal, katanya.
Maftuh juga melontarkan ungkapan yang hampir sama. Namun keduanya
sepakat bahwa hal itu juga dapat terjadi disebabkan tak adanya
keteladanan di lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri.
Sebagai misal, salah satu penyebabnya, para kyai yang selama ini jadi
teladan di pondok pesantren sudah makin kurang karena kyaiyang
bersangkutan memilih menjadi anggota legislatif, kata Maftuh.
Seperti juga pernah diungkapkan di berbagai tempat, kyai dan ulama di
tanah air sekarang makin langka. Negeri ini mengalami krisis ulama,
katanya.
Menurut Tolhah, bukan itu saja, kurikulum di madrasah pun harus
dibenahi. Namun ketika hal itu dilakukan, yang terjadi adalah kebutuhan
anggaran yang besar. Akibatnya, anak kurang mampu tak mungkin dapat
mengikuti kurikulum yang diterapkan.
Atau solusinya, melakukan subsidi silang sehingga anak berpestasi
kendati orang tuanya tak mampu bisa ikut pendidikan bersangkutan,
katanya.
Yang jelas, kata Tolhah, dewasa ini telah terjadi degradasi moral
karena pendidikan lebih mengedepankan aspek fisik ketimbang moralitas
dan religius.
Karena itu, baik menag dan Tolhah Hassan sepakat bahwa kurikulum
pendidikan perlu ditinjau ulang. Meski nanti dalam penerapannya akan
menimbulkan biaya tinggi, hal itu harus dilakukan jika bangsa Indonesia
tak ingin ketinggalan dengan bangsa lain.(*)
Menag dan Mantan Menag Bahas Masalah Pendidikan
29 Juli 2009 22:15 WIB
Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basyuni (ANTARA/Humas Depag)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Tags: