Jakarta (ANTARA News) - Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hingga 23 Juli 2009 baru mencapai Rp85,97 triliun atau sebesar 46,25 persen dari target APBN 2009 yang totalnya mencapai Rp185,87 triliun.
"Penerimaan terbesar masih dari PNBP sumber daya alam" kata Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Herry Purnomo, di Jakarta, Selasa.
Penerimaan PNBP per sektor mencakup PNBP dari SDA migas dan non migas sebesar Rp 48,56 triliun,lanjutnya, PNBP dari laba BUMN Rp6,33 triliun, dan penerimaan PNBP lainnya Rp2,2 triliun.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR Olly Dondokambey menilai, secara keseluruhan tahun 2009, realisasi PNBP akan mengalami penurunan karena harga minyak dunia mengalami koreksi ke bawah.
"PNBP kita pastinya turun, karena harga minyak kita terkoreksi, sehingga memang sulit mengejar target penerimaan PNBP. Dan memang sampai saat ini, PNBP sebagian besar disumbang dari penerimaan SDA," kata dia.
Sedangkan dari sumber penerimaan lainnya, lanjut Olly, pemerintah sulit berharap banyak, apalagi, laba dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang sudah diturunkan sehingga diharapkan laba tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas BUMN tersebut.
Menurut dia, dalam APBN 2009 dokumen stimulus, target PNBP dari laba BUMN hanya ditetapkan Rp26,1 triliun.
"Kalau laba BUMN kan sudah diarahkan agar lebih besar peruntukannya ke dalam BUMN sendiri, untuk meningkatkan kinerja, efisiensi," katanya.
Dengan demikian, lanjutnya, penerimaan BUMN meningkat dan BUMN akan mengembalikan kepada negara melalui pembayaran pajak. "Dan jika hendak menambah target penarikan laba BUMN, jumlahnya tidak akan besar," katanya.
Sekretaris Menteri Negara PPN/Sestama Bappenas Syahrial Loetan menuturkan, tingkat penyerapan pajak sebesar 46 persen tidak terlalu mengkhawatirkan.
"Pola penyerapan yang akan lebih cepat, terjadi pada bulan-bulan setelah semester pertama," katanya.(*)
Realisasi PNBP Dibawah 50 Persen
28 Juli 2009 21:16 WIB
Penerimaan Negara Bukan Pajak/ilustrasi (ANTARA/Ari Bowo Sucipto)@
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Tags: