Nelangsa permak pakaian menjelang Lebaran
13 Mei 2020 18:10 WIB
Pekerja merombak pakaian pesanan di lantai dasar Plaza Metro Atom, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (13/5/2020). Jumlah pemesan pakaian permak menurun drastis akibat aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan warga berada di rumah guna menekan penyebaran virus corona. (Sugiharto Purnama)
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 entah berakhir kapan. Puluhan kios yang menjajakan jasa permak pakaian di lantai dasar Plaza Metro Atom, Pasar Baru, Jakarta Pusat, tampak sepi menjelang Lebaran.
"Di sini ada sekitar 60 tukang permak, tapi sekarang hanya ada sekitar 5-6 orang saja," kata Imung, seorang tukang permak pakaian saat ditemui di kiosnya di Plaza Metro Atom, Jakarta Pusat, Rabu.
Mereka pulang kampung, penghasilan dari permak pakaian tak cukup untuk biaya hidup di kota yang sedang dilanda krisis.
Imung berkisah tentang ingatannya tahun lalu ketika pandemi COVID-19 belum ada. Dua pekan menjelang Lebaran, tempat ini ramai dikunjungi warga yang hendak merombak pakaian.
Suara mesin jahit menderu dari siang hingga subuh untuk memenuhi pesanan konsumen. Dalam sehari bisa ada 13 potong pakaian yang harus dirombak.
Kawasan Pasar Baru terkenal sebagai salah satu sentra perbelanjaan aneka produk fesyen di DKI Jakarta, sejak tahun 1820 sampai sekarang. Terdapat banyak toko-toko pakaian di kawasan ini, seperti Matahari, Ramayana dan mall.
Baca juga: Penjahit Metro Atom berharap pasar tetap buka selama PSBB
Baca juga: Penjahit Metro Atom Pasar Baru mulai buka kios Menjelang Lebaran, konsumen yang berbelanja ke toko-toko pakaian di Pasar Baru seringkali mampir ke tempat permak di Plaza Metro Atom untuk merombak pakaian yang baru saja mereka beli.
Penghasilan yang awalnya bisa diraup hingga Rp300 ribu per hari dari jasa permak pakaian, sekarang menukik turun sampai 90 persen.
Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menekan angka penyebaran virus corona, lantas membuat warga tak keluar rumah.
Hal itu berdampak terhadap jumlah pemesan pakaian permak.
"Tahun lalu, saya kerja dari jam 10 siang sampai malam, kadang juga bisa sampai sahur karena banyak pesanan. Kalau sekarang buka jam 10 siang, tutup jam 4 sore," ujarnya.
Deretan mesin jahit yang dibungkus kain mematung di depan kios-kios bersama manekin yang ditinggal para pemiliknya pulang kampung.
Saat ini pandemi COVID-19 telah membuat lantai dasar Plaza Metro Atom terkesan seram layaknya tempat zombie dalam serial permainan video Resident Evil.
Baca juga: Pedagang kaki lima Pasar Baru beralih jualan masker
Baca juga: Menengok lokasi relokasi PKL Senen
Beberapa tukang permak yang masih bekerja mengaku terpaksa, sebab mereka tak nyaman jika hanya berdiam di kosan menunggu bantuan sembako datang.
"Padahal tiket sudah saya beli untuk pulang kampung, tapi tiket itu hangus karena saya tak bisa pergi semenjak ada aturan pembatasan sosial berskala besar," kata Hadi, seorang tukang permak pakaian di Plaza Metro Atom.
Imung adalah warga Cilacap dan Hadi adalah warga Tegal yang terpaksa menunda agenda pulang kampung saat Lebaran, dan lebih memilih bertahan hidup di Jakarta demi menekan angka penyebaran virus COVID-19 ke daerah.
Mereka tetap menjalankan jasa permak pakaian di tengah pandemi virus corona jenis baru, meskipun jumlah penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk makan.
"Di sini ada sekitar 60 tukang permak, tapi sekarang hanya ada sekitar 5-6 orang saja," kata Imung, seorang tukang permak pakaian saat ditemui di kiosnya di Plaza Metro Atom, Jakarta Pusat, Rabu.
Mereka pulang kampung, penghasilan dari permak pakaian tak cukup untuk biaya hidup di kota yang sedang dilanda krisis.
Imung berkisah tentang ingatannya tahun lalu ketika pandemi COVID-19 belum ada. Dua pekan menjelang Lebaran, tempat ini ramai dikunjungi warga yang hendak merombak pakaian.
Suara mesin jahit menderu dari siang hingga subuh untuk memenuhi pesanan konsumen. Dalam sehari bisa ada 13 potong pakaian yang harus dirombak.
Kawasan Pasar Baru terkenal sebagai salah satu sentra perbelanjaan aneka produk fesyen di DKI Jakarta, sejak tahun 1820 sampai sekarang. Terdapat banyak toko-toko pakaian di kawasan ini, seperti Matahari, Ramayana dan mall.
Baca juga: Penjahit Metro Atom berharap pasar tetap buka selama PSBB
Baca juga: Penjahit Metro Atom Pasar Baru mulai buka kios Menjelang Lebaran, konsumen yang berbelanja ke toko-toko pakaian di Pasar Baru seringkali mampir ke tempat permak di Plaza Metro Atom untuk merombak pakaian yang baru saja mereka beli.
Penghasilan yang awalnya bisa diraup hingga Rp300 ribu per hari dari jasa permak pakaian, sekarang menukik turun sampai 90 persen.
Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menekan angka penyebaran virus corona, lantas membuat warga tak keluar rumah.
Hal itu berdampak terhadap jumlah pemesan pakaian permak.
"Tahun lalu, saya kerja dari jam 10 siang sampai malam, kadang juga bisa sampai sahur karena banyak pesanan. Kalau sekarang buka jam 10 siang, tutup jam 4 sore," ujarnya.
Deretan mesin jahit yang dibungkus kain mematung di depan kios-kios bersama manekin yang ditinggal para pemiliknya pulang kampung.
Saat ini pandemi COVID-19 telah membuat lantai dasar Plaza Metro Atom terkesan seram layaknya tempat zombie dalam serial permainan video Resident Evil.
Baca juga: Pedagang kaki lima Pasar Baru beralih jualan masker
Baca juga: Menengok lokasi relokasi PKL Senen
Beberapa tukang permak yang masih bekerja mengaku terpaksa, sebab mereka tak nyaman jika hanya berdiam di kosan menunggu bantuan sembako datang.
"Padahal tiket sudah saya beli untuk pulang kampung, tapi tiket itu hangus karena saya tak bisa pergi semenjak ada aturan pembatasan sosial berskala besar," kata Hadi, seorang tukang permak pakaian di Plaza Metro Atom.
Imung adalah warga Cilacap dan Hadi adalah warga Tegal yang terpaksa menunda agenda pulang kampung saat Lebaran, dan lebih memilih bertahan hidup di Jakarta demi menekan angka penyebaran virus COVID-19 ke daerah.
Mereka tetap menjalankan jasa permak pakaian di tengah pandemi virus corona jenis baru, meskipun jumlah penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk makan.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: