Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Serangan mortir yang dilakukan
gerilyawan Somalia mengacaukan sidang parlemen, Senin, sementara
pertempuran hebat antara milisi dan pasukan pemerintah yang didukung
Uni Afrika menewaskan tujuh warga sipil, kata sejumlah pejabat.
Parlemen sedang mengadakan pertemuan yang pertama sejak
kelompok-kelompok milisi garis keras Shebab dan Hizb al-Islam
meluncurkan ofensif anti-pemerintah pada Mei.
"Sejumlah bom mortir menghantam kompleks bangunan dimana kami sedang
mengadakan sidang, namun tidak ada korban. Sidang dihentikan setelah
serangan itu dan akan dilanjutkan besok," kata anggota parlemen Mohamed
Adan kepada AFP.
Sekitar 300 anggota parlemen mengadakan pertemuan di sebuah bangunan di
wilayah selatan Mogadishu, ibukota Somalia, ketika militan Shebab mulai
menembakkan mortir.
"Kami mendengar ledakan-ledakan mortir ketika kami memulai sidang kami
beberapa menit setelah presiden meninggalkan kompleks itu," kata
Hussein Ali, seorang anggota parlemen yang lain.
Sedikitnya tujuh warga sipil tewas dan 18 lain terluka dalam
pertempuran antara Shebab dan pasukan pemerintah yang didukung pasukan
Uni Afrika (AU), kata polisi di ibukota tersebut.
Kepala kepolisian Mohamed Yusuf mengatakan, gerilyawan menyerang posisi
mereka di wilayah selatan kota yang rusak akibat perang itu.
"Tujuh warga sipil tewas terperangkap dalam tembak-menembak dan akibat
mortir nyasar yamg menghantam kawasan penduduk sipil," kata Yusuf.
Mogadishu diguncang kekerasan selama bertahun-tahun yang memburuk dua
bulan lalu ketika gerilyawan meningkatkan ofensif terhadap pemerintah
Presiden Sharif Sheikh Ahmed yang didukung internasional.
Kelompok gerilyawan Shebab, yang berperang untuk mendongkel kekuasaan
Sharif, pada awal Mei meluncurkan ofensif baru terhadap pemerintah.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup
seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan
seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Lebih dari 200.000 orang terlantar dalam dua bulan terakhir, sementara
ratusan warga sipil diyakini tewas atau cedera, menurut Kantor Komisi
Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak
panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad
Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda
negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk
serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan,
intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat
pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan
sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Shebab dan
kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Washington menyebut Shebab sebagai sebuah organisasi teroris yang
memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin
Laden.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.
Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi
perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi
pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis,
menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan
pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24
serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)
Gerilyawan Somalia Tembakkan Mortir Ke Gedung Parlemen
28 Juli 2009 00:03 WIB
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: