48.289 pekerja pariwisata di Jabar dirumahkan akibat COVID-19
13 Mei 2020 15:32 WIB
Ilustrasi - Wisatawan mancangegara menuruni batu di Wisata Alam Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/2/2019). . ANTARA JABAR/Raisan Al Farisi/agr.
Bandung (ANTARA) - Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat (Jabar), sedikitnya ada 48.289 pekerja di sektor pariwisata di wilayah Jabar yang dirumahkan akibat pandemi COVID-19.
"Para pelaku di industri ini (pariwisata) termasuk hotel, restoran, industri ekonomi kreatif hingga usaha non formal banyak yang mengambil kebijakan untuk merumahkan para pekerjanya," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Dedi Taufik, Rabu.
Rincian pekerja sektor pariwisata yang dirumahkan di Jabar terdiri dari di bidang destinasi sebanyak 5.179 orang, pekerja di bidang hotel 12.143 orang dari total 2.768 lembaga usaha.
Kemudian, pekerja di bidang usaha restoran sebanyak 1.179 orang, pekerja ekonomi kreatif sebanyak 14.991 orang dan pekerja di bidang biro perjalanan sebanyak 1.107 dan pekerja seni budaya sebanyak 14.721 orang.
Dedi mengatakan, para pelaku industri pariwisata memutuskan untuk menutup dan tidak ada aktivitas yang signifikan dalam kegiatan ekonomi akibat penurunan drastis hampir merata di seluruh Jawa Barat.
Pihaknya mengaku terus merancang strategi untuk memulihkan, termasuk membuat mitigasi di sektor ini setelah pandemi berakhir dan sejauh ini ada tiga tahap dan pemetaan yang sudah dibuat yakni fase tanggap darurat, fase pemulihan dan normalisasi.
Pada tahap tanggap darurat, lanjut Dedi, pihaknya melakukan upaya untuk menekan dampak buruk yang terjadi salah satu langkah yang diambil adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pemerintah kabupaten kota untuk membantu para pekerja, termasuk mendorong kebijakan fiskal bagi pelaku pariwisata berdasarkan permohonan asosiasi.
“Berdasarkan permohonan itu, pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan refocusing anggaran untuk membantu para pekerja yang terdampak. Alhamdulillah Jabar mendapat bantuan dengan kuota 36 ribu paket bahan pokok bantuan kerohiman dari Kemenparekraf untuk pekerja yang terdampak,” kata dia.
Ia mengakui, bantuan ini hanya bersifat sementara dan tidak bisa menyelesaikan persoalan namun, jika dilihat dari sisi psikoogis, maka hal ini diharapkan bisa berpengaruh positif dan meringankan beban kepada para pekerja yang dirumahkan.
Kemudian, pada fase pemulihan, direncanakan dilakukan pada Juni hingga Desember 2020 dan pihaknya berharap, pandemi ini bisa segera berakhir agar bisa fokus mendorong bergeraknya industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menurut dia di awal fase ini, ada konsep new normal pada promosi dengan sasaran pariwisata pasar domestik yang dibagi ke dalam beberapa bagian daerah.
“Ada penerapan protokol kesehatan yang ketat. Kita berharap dalam fase pemulihan sudah mulai mengedepankan quality tourism. Dorongan kepada masyarakat ini nantinya diarahkan pada destinasi wisata alam terbuka,” kata dia.
Di sektor ekonomi kreatif, pihaknya akan mendorong produk yang dihasilkan lebih mengutamakan faktor kesehatan. Salah satu contohnya, destinasi kuline khas daerah yang memiliki kandungan yang sehat.
"Dan tentu sasaran pasarnya semua kalangan usia, tapi fokusnya ke pasar milenial. Pada masa fase pemulihan ini, salah satu yang menjadi target adalah memperbanyak mice. Ini harus ada kerjasama antara pemerintah dan asosiiasi agar industri pariwisata bisa kembali bangkit,” kata dia.
Baca juga: Ratusan destinasi wisata Riau tutup cegah COVID-19
Baca juga: Ratusan pemandu wisata di Labuan Bajo nganggur, terdampak COVID-19
Baca juga: Dampak COVID-19, kunjungan wisatawan di Yogyakarta turun signifikan
"Para pelaku di industri ini (pariwisata) termasuk hotel, restoran, industri ekonomi kreatif hingga usaha non formal banyak yang mengambil kebijakan untuk merumahkan para pekerjanya," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Dedi Taufik, Rabu.
Rincian pekerja sektor pariwisata yang dirumahkan di Jabar terdiri dari di bidang destinasi sebanyak 5.179 orang, pekerja di bidang hotel 12.143 orang dari total 2.768 lembaga usaha.
Kemudian, pekerja di bidang usaha restoran sebanyak 1.179 orang, pekerja ekonomi kreatif sebanyak 14.991 orang dan pekerja di bidang biro perjalanan sebanyak 1.107 dan pekerja seni budaya sebanyak 14.721 orang.
Dedi mengatakan, para pelaku industri pariwisata memutuskan untuk menutup dan tidak ada aktivitas yang signifikan dalam kegiatan ekonomi akibat penurunan drastis hampir merata di seluruh Jawa Barat.
Pihaknya mengaku terus merancang strategi untuk memulihkan, termasuk membuat mitigasi di sektor ini setelah pandemi berakhir dan sejauh ini ada tiga tahap dan pemetaan yang sudah dibuat yakni fase tanggap darurat, fase pemulihan dan normalisasi.
Pada tahap tanggap darurat, lanjut Dedi, pihaknya melakukan upaya untuk menekan dampak buruk yang terjadi salah satu langkah yang diambil adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pemerintah kabupaten kota untuk membantu para pekerja, termasuk mendorong kebijakan fiskal bagi pelaku pariwisata berdasarkan permohonan asosiasi.
“Berdasarkan permohonan itu, pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan refocusing anggaran untuk membantu para pekerja yang terdampak. Alhamdulillah Jabar mendapat bantuan dengan kuota 36 ribu paket bahan pokok bantuan kerohiman dari Kemenparekraf untuk pekerja yang terdampak,” kata dia.
Ia mengakui, bantuan ini hanya bersifat sementara dan tidak bisa menyelesaikan persoalan namun, jika dilihat dari sisi psikoogis, maka hal ini diharapkan bisa berpengaruh positif dan meringankan beban kepada para pekerja yang dirumahkan.
Kemudian, pada fase pemulihan, direncanakan dilakukan pada Juni hingga Desember 2020 dan pihaknya berharap, pandemi ini bisa segera berakhir agar bisa fokus mendorong bergeraknya industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menurut dia di awal fase ini, ada konsep new normal pada promosi dengan sasaran pariwisata pasar domestik yang dibagi ke dalam beberapa bagian daerah.
“Ada penerapan protokol kesehatan yang ketat. Kita berharap dalam fase pemulihan sudah mulai mengedepankan quality tourism. Dorongan kepada masyarakat ini nantinya diarahkan pada destinasi wisata alam terbuka,” kata dia.
Di sektor ekonomi kreatif, pihaknya akan mendorong produk yang dihasilkan lebih mengutamakan faktor kesehatan. Salah satu contohnya, destinasi kuline khas daerah yang memiliki kandungan yang sehat.
"Dan tentu sasaran pasarnya semua kalangan usia, tapi fokusnya ke pasar milenial. Pada masa fase pemulihan ini, salah satu yang menjadi target adalah memperbanyak mice. Ini harus ada kerjasama antara pemerintah dan asosiiasi agar industri pariwisata bisa kembali bangkit,” kata dia.
Baca juga: Ratusan destinasi wisata Riau tutup cegah COVID-19
Baca juga: Ratusan pemandu wisata di Labuan Bajo nganggur, terdampak COVID-19
Baca juga: Dampak COVID-19, kunjungan wisatawan di Yogyakarta turun signifikan
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: