Anti Hoax
Cek fakta: Benarkah COVID-19 sengaja dimasukkan ke tubuh lewat rapid test?
12 Mei 2020 22:49 WIB
Petugas kesehatan menunjukkan sampel darah pedagang yang sudah diambil saat menggelar tes diagnostik cepat atau rapid test COVID-19 di Pasar Tradisional Mandalika, Bertais, Mataram, NTB, Senin (11/5/2020). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.
Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah informasi beredar di Facebook dan pesan berantai WhatsApp tentang COVID-19 yang sengaja dimasukkan ke tubuh masyarakat melalui rapid test (test cepat).
Pesan itu mengklaim tindakan itu sengaja dilakukan agar masyarakat tidak dapat bergerak dan pemerintah dapat bertindak semena-mena demi kepentingannya.
Berikut narasi lengkap pesan tersebut:
"KACAU KACAU KACAU KACAU APAKAH REZIM INI SENGAJA" Ini berita A1 karena ada ling Media yg mempertanggungjawabkan informasi yaitu www.viva.co.id.
Rezim dengan sengaja tiap daerah diciptakan Zona merah agar masyarakat tidak bisa befarak dan tidak ada gerakan.
Setiap ada yang positip passti dinyatakan Zona merah, sehingga yg masyarakat yang tadinya negatip diupayakan untuk menjadi positip dengan cara memasukan covid-19 ke tubuh masyarakat melalui Rapid Test dengan dalih tes kesehatan.
Ketika masyarakat tidak bisa bergerak dan tidak ada gerakan maka Rezim akan semena mena bertindak untuk kepentingan kelompoknya."
Pesan tersebut juga menyertakan tautan berita milik Vivanews dengan judul "Kacau, Alat Rapid Test China Bikin Orang Negatif Jadi Positif Corona" yang dipublikasikan pada 7 Mei 2020.
Namun, benarkah virus penyebab COVID-19 sengaja dimasukkan ke dalam tubuh masyarakat melalui rapid test?
Penjelasan:
Dalam berita Vivanews berjudul "Kacau, Alat Rapid Test China Bikin Orang Negatif Jadi Positif Corona", tidak ada satu paragraf pun yang menyatakan virus penyebab COVID-19 sengaja dimasukkan ke manusia lewat rapid test.
Padahal berita tersebut memuat informasi tentang 443 warga di Banjar Serokadan di Desa Abuan, Bangli, Bali dinyatakan positif setelah diuji dengan rapid test.
Namun setelah dilakukan uji PCR, sebagian warga itu yang dinyatakan positif oleh rapid test ternyata 275 orang dinyatakan negatif COVID-19. Sedangkan sisanya sedang menunggu hasil uji swab.
Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyatakan informasi yang tersebar di media sosial Facebook dan WhatsApp itu sebagai informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau hoaks.
Klaim: COVID-19 sengaja dimasukkan ke tubuh masyarakat lewat rapid test
Rating: Salah / Hoaks
Baca juga: Dokter paru: Pasien sembuh dari COVID-19 berisiko alami fibrosis
Baca juga: Tren pasien COVID-19 di Jakarta dinilai sedikit fluktuatif
Baca juga: Pemerintah minta masyarakat hidup dengan tatanan baru selama pandemi
Pesan itu mengklaim tindakan itu sengaja dilakukan agar masyarakat tidak dapat bergerak dan pemerintah dapat bertindak semena-mena demi kepentingannya.
Berikut narasi lengkap pesan tersebut:
"KACAU KACAU KACAU KACAU APAKAH REZIM INI SENGAJA" Ini berita A1 karena ada ling Media yg mempertanggungjawabkan informasi yaitu www.viva.co.id.
Rezim dengan sengaja tiap daerah diciptakan Zona merah agar masyarakat tidak bisa befarak dan tidak ada gerakan.
Setiap ada yang positip passti dinyatakan Zona merah, sehingga yg masyarakat yang tadinya negatip diupayakan untuk menjadi positip dengan cara memasukan covid-19 ke tubuh masyarakat melalui Rapid Test dengan dalih tes kesehatan.
Ketika masyarakat tidak bisa bergerak dan tidak ada gerakan maka Rezim akan semena mena bertindak untuk kepentingan kelompoknya."
Pesan tersebut juga menyertakan tautan berita milik Vivanews dengan judul "Kacau, Alat Rapid Test China Bikin Orang Negatif Jadi Positif Corona" yang dipublikasikan pada 7 Mei 2020.
Namun, benarkah virus penyebab COVID-19 sengaja dimasukkan ke dalam tubuh masyarakat melalui rapid test?
Penjelasan:
Dalam berita Vivanews berjudul "Kacau, Alat Rapid Test China Bikin Orang Negatif Jadi Positif Corona", tidak ada satu paragraf pun yang menyatakan virus penyebab COVID-19 sengaja dimasukkan ke manusia lewat rapid test.
Padahal berita tersebut memuat informasi tentang 443 warga di Banjar Serokadan di Desa Abuan, Bangli, Bali dinyatakan positif setelah diuji dengan rapid test.
Namun setelah dilakukan uji PCR, sebagian warga itu yang dinyatakan positif oleh rapid test ternyata 275 orang dinyatakan negatif COVID-19. Sedangkan sisanya sedang menunggu hasil uji swab.
Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyatakan informasi yang tersebar di media sosial Facebook dan WhatsApp itu sebagai informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau hoaks.
Klaim: COVID-19 sengaja dimasukkan ke tubuh masyarakat lewat rapid test
Rating: Salah / Hoaks
Baca juga: Dokter paru: Pasien sembuh dari COVID-19 berisiko alami fibrosis
Baca juga: Tren pasien COVID-19 di Jakarta dinilai sedikit fluktuatif
Baca juga: Pemerintah minta masyarakat hidup dengan tatanan baru selama pandemi
Pewarta: Tim JACX dan Kominfo
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: