Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, aksi teror bom yang terjadi di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, pada 17 Juli 2009 telah merusak jati diri Bangsa Indonesia yang majemuk dan penuh toleransi.

Presiden yang berpidato pada peringatan Isra Miraj 1430 Hijriah di Mesjid Istiqlal, Jakarta, Selasa malam, kembali melayangkan kecaman keras kepada pelaku tindakan terorisme yang menewaskan sembilan orang tersebut.

"Apa pun motif dan tujuannya, bentuk teror itu sangat bertentangan dengan ajaran agama dan bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa yang santun, toleran, serta menjunjung tinggi kemanusiaan," tuturnya.

Teror bom yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton itu, lanjut Kepala Negara, juga telah merobek rasa aman dan damai yang telah susah payah dibangun Indonesia setelah berbagai kerusuhan dan masalah keamanan menimpa Indonesia sepuluh tahun lalu.

"Kita ingin agar aparat kepolisian secepatnya mengungkap dan pelaku kejahatan patut diberi sanksi seadil-adilnya," ujarnya.

Presiden mengatakan Indonesia adalah negara yang besar dan majemuk oleh berbagai suku bangsa dan agama.

Kemajemukan itu, lanjut dia, seharusnya tidak menghalangi Bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang rukun, moderat, santun, serta penuh toleransi.

"Jati diri seperti itu yang harus dikembangkan di masa depan," ujarnya.

Namun, teror bom yang telah terjadi tiga hari lalu, menurut Presiden, dapat merusak jati diri bangsa yang hendak dikembangkan itu.

Aksi teror itu, kata Presiden, juga telah meninggalkan luka hati kepada Bangsa Indonesia yang tengah berjuang menuju kehidupan lebih adil dan sejahtera.

Presiden dalam pidato peringatan Isra Mira yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla mengajak Bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi yang berkembang di tanah air adalah demokrasi matang dan penuh keteduhan.(*)