Jakarta (ANTARA) - Ahli psikologi Profesor Hamdi Muluk mengemukakan bahwa mencapai kesejahteraan psikologis adalah salah satu kunci dalam menghadapi pandemi COVID-19, yang menimbulkan krisis multidimensi.

"Jika orang tidak sejahtera secara psikologis ini nanti usaha pelandaian itu akan terkendala karena perilaku tidak mendukung," kata dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta pada Minggu.

Menurut dia, pandemi COVID-19 yang saat ini meliputi seluruh bagian dunia membawa perubahan baru dan menghadirkan situasi tidak normal yang mungkin dapat membentuk realitas baru atau normal baru.

Kondisi saat ini, ia melanjutkan, menjadi stressor yang dapat menggerogoti kesehatan psikologis masyarakat dan kondisi psikologis yang terganggu bisa mempengaruhi kekebalan tubuh dalam melawan penyakit.

Ia mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan ekonomi dan fisik. Ketiadaan kesejahteraan ekonomi dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologis manusia, dan begitu juga sebaliknya.

"Ini penting karena psychological well being (kesejahteraan psikologis) menurut riset mempengaruhi imunitas, padahal imunitas adalah kata kunci melawan pandemi," kata dia, menambahkan, kesejahteraan psikologis berkaitan dengan aspek fisik, mental, sosial budaya, juga spiritualitas.

Hamdi mengemukakan bahwa pandemi tidak akan berdampak besar jika setiap individu memiliki imunitas baik secara fisik maupun kejiwaan, karenanya penting untuk menciptakan tatanan di mana masyarakat bisa mencapai kesejahteraan psikologis yang baik agar bisa menjadi tangguh dalam menghadapi kondisi pandemi.

Motivator Tum Desem Waringin mengatakan, kebahagiaan dan emosi positif adalah salah satu kunci dalam mencapai kesejahteraan psikologis.

Ahli pemasaran yang juga penyintas COVID-19 itu mengatakan bahwa emosi positif ikut membantu dia sembuh dari penyakit yang menyerang pernapasan tersebut.

"Di awali dengan mental positif terlebih dahulu. Saya menata hati dengan bernyanyi, dengan gerakan. Pada saat di rumah sakit pun saya ajak dokternya nyanyi, hati yang gembira adalah obat. Menata hati juga saya lakukan dengan menghindari berita negatif," kata dia.

Baca juga:
Pemerintah: Disiplin dan patuh PSBB kunci mengakhiri pandemi
Pasien sembuh jadi 2.494 orang dari 13.112 kasus positif COVID-19