Respons pandemi, Menlu serukan peningkatan kerja sama internasional
8 Mei 2020 21:41 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara dalam seminar daring berjudul “Indonesia’s Foreign Policy in Addressing the Threat of COVID-19” yang diselenggarakan FPCI dari Jakarta, Jumat (8/5/2020). (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyerukan peningkatan kerja sama internasional dalam penanganan wabah virus corona baru yang menyebabkan penyakit COVID-19.
“Di tingkat internasional, kita harus memperkuat tata kelola kesehatan global dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk mencegah dan merespons dengan lebih baik. Negara-negara berkembang harus memiliki suara dalam hal ini,” kata Retno dalam diskusi publik secara daring yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dari Jakarta, Jumat.
Kemudian, rezim paten yang fleksibel harus bisa memberi manfaat bagi semua negara terutama dalam penyediaan akses obat-obatan dan vaksin dengan harga terjangkau untuk mengakomodasi kebutuhan negara-negara berkembang dan least developed countries.
Kerja sama internasional juga perlu ditingkatkan untuk merespons dampak ekonomi akibat wabah, yang memaksa sejumlah negara untuk melakukan diversifikasi sumber produk perdagangan dan memanfaatkan penggunaan teknologi digital.
Selain itu, Menlu Retno menyebut strategi kesiapsiagaan menghadapi pandemi dan kapasitas untuk bertindak lebih awal juga harus diperkuat.
“Tanggung jawab sekarang ada pada kita untuk merefleksikan dan membangun pengalaman kita dalam menghadapi COVID-19, karena ini mungkin bukan pandemi terakhir di zaman kita,” kata dia.
Sementara di tingkat nasional, Retno menyatakan perlunya investasi untuk membangun sistem perawatan kesehatan yang tangguh, mandiri, dan terjangkau dengan meningkatkan kapasitas tenaga medis. Ini berarti, setiap negara perlu menyediakan lingkungan yang positif untuk investasi di industri kesehatan.
Lebih banyak investasi untuk penelitian dan pengembangan obat-obatan, vaksin, dan peralatan medis juga penting, selain kerja sama dalam transfer teknologi dan pengetahuan untuk penanganan wabah.
“Pandemi ini masih jauh dari selesai, banyak diantara kita merasa cemas dan bertanya kapan dunia akan kembali normal. Hidup mungkin tidak sama setelah COVID-19, ada begitu banyak ketidakpastian saat ini. Namun, kerja sama dan solidaritas internasional adalah kunci untuk menangani pandemi,” kata Retno.
Baca juga: Menlu sebut COVID-19 perdalam kesenjangan antara negara kaya, miskin
Baca juga: COVID-19 jadi alarm untuk perkuat sistem multilateralisme
“Di tingkat internasional, kita harus memperkuat tata kelola kesehatan global dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk mencegah dan merespons dengan lebih baik. Negara-negara berkembang harus memiliki suara dalam hal ini,” kata Retno dalam diskusi publik secara daring yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dari Jakarta, Jumat.
Kemudian, rezim paten yang fleksibel harus bisa memberi manfaat bagi semua negara terutama dalam penyediaan akses obat-obatan dan vaksin dengan harga terjangkau untuk mengakomodasi kebutuhan negara-negara berkembang dan least developed countries.
Kerja sama internasional juga perlu ditingkatkan untuk merespons dampak ekonomi akibat wabah, yang memaksa sejumlah negara untuk melakukan diversifikasi sumber produk perdagangan dan memanfaatkan penggunaan teknologi digital.
Selain itu, Menlu Retno menyebut strategi kesiapsiagaan menghadapi pandemi dan kapasitas untuk bertindak lebih awal juga harus diperkuat.
“Tanggung jawab sekarang ada pada kita untuk merefleksikan dan membangun pengalaman kita dalam menghadapi COVID-19, karena ini mungkin bukan pandemi terakhir di zaman kita,” kata dia.
Sementara di tingkat nasional, Retno menyatakan perlunya investasi untuk membangun sistem perawatan kesehatan yang tangguh, mandiri, dan terjangkau dengan meningkatkan kapasitas tenaga medis. Ini berarti, setiap negara perlu menyediakan lingkungan yang positif untuk investasi di industri kesehatan.
Lebih banyak investasi untuk penelitian dan pengembangan obat-obatan, vaksin, dan peralatan medis juga penting, selain kerja sama dalam transfer teknologi dan pengetahuan untuk penanganan wabah.
“Pandemi ini masih jauh dari selesai, banyak diantara kita merasa cemas dan bertanya kapan dunia akan kembali normal. Hidup mungkin tidak sama setelah COVID-19, ada begitu banyak ketidakpastian saat ini. Namun, kerja sama dan solidaritas internasional adalah kunci untuk menangani pandemi,” kata Retno.
Baca juga: Menlu sebut COVID-19 perdalam kesenjangan antara negara kaya, miskin
Baca juga: COVID-19 jadi alarm untuk perkuat sistem multilateralisme
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: