Jakarta,(ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyesalkan ledakan bom di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, yang menyebabkan klub sepak bola dunia Manchester United (MU)membatalkan kunjungannya ke Jakarta.
"Ini yang sangat memilukan, kalau tidak ada kejadian ini klub dunia terkenal Manchester United berencana bermain di Jakarta," ujar Presiden dalam konferensi pers di halaman tengah Istana Negara, Jakarta, Jumat.
Presiden Yudhoyono menyayangkan ledakan yang terjadi justru setelah Indonesia selesai melakukan rangkaian pesta demokrasi Pemilu 2009.
"Saya yakin hampir semua di antara kita merasa prihatin, berduka, menangis dalam hati seperti yang saya rasakan. Memang ada segelintir orang di negeri ini yang sekarang tertawa puas, bersorak di dalam hati, disertai nafsu amarah dan keangkaramurkaan," tuturnya.
Kelompok yang melakukan kekerasan seperti itu, lanjut dia, tidak peduli dengan kehancuran bangsa akibat aksi terorisme yang berdampak luas kepada iklim usaha, investasi, pariwisata, serta citra Indonesia di luar negeri.
Apalagi, menurut Presiden, Indonesia selama lima tahun terakhir telah menikmati stabilitas keamanan serta pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
Presiden telah menginstruksikan jajaran penegak hukum untuk melakukan innvestigasi cepat dan menyeluruh serta meningkatkan kewaspadaan.
Kepala negara juga meminta seluruh masyarakat untuk melakukan aktivitas normal seperti biasa meski juga tetap meningkatkan kewaspadaan apabila menemukan kejadian mencurigakan di sekitar mereka.
Setelah ledakan di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, klub sepak bola kelas dunia asal Inggris, Manchester United, memastikan untuk tidak datang ke Jakarta dalam rangkaian tur Asia mereka karena alasan keamanan.
MU yang sedianya akan berlaga melawan tim nasional Indonesia pada 20 Juli 2009 itu selama di Jakarta berencana untuk menginap di Hotel Ritz Carlton.(*)
Presiden Sesalkan Pembatalan Kunjungan MU
17 Juli 2009 16:40 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (ANTARA/Ismar Patrizki)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Tags: