Bogota (ANTARA) - Aturan karantina wajib di Kolombia akan diperpanjang sampai dua minggu guna menekan penyebaran COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona (SARS-CoV-2), kata Presiden Ivan Duque, Selasa (5/5).

Walaupun demikian, sejumlah sektor perekonomian di Kolombia akan diizinkan kembali beroperasi.

Kolombia, negara yang berada di kaki Pegunungan Andes, telah mencatat 8.600 pasien positif COVID-19 dan 378 di antaranya meninggal dunia. Kolombia mulai memberlakukan karantina wajib pada 24 Maret dan otoritas setempat telah memperpanjang aturan itu dua kali.

"Mulai 11 Mei sampai 25 Mei kami akan memperpanjang aturan karantina wajib, tetapi menghidupkan kembali beberapa sektor produktif," kata Duque saat sesi pengarahan malam hari yang ditayangkan via televisi.

Baca juga: Rusuh di penjara Kolombia terkait corona, 23 napi tewas
Baca juga: Kolombia darurat corona, perintahkan lansia tetap di rumah


Beberapa sektor industri dan penjualan mobil serta barang lainnya akan diperbolehkan kembali beroperasi pada 11 Mei. Manufaktur dan sektor konstruksi telah diizinkan kembali beraktivitas lebih awal.

"Kami juga akan memulai langkah menghidupkan kembali sektor ritel dengan menetapkan prosedur tertentu," kata Duque.

Daerah yang tidak memiliki kasus positif COVID-19 juga dapat membuka diri, ujar Duque, seraya menambahkan langkah itu dilakukan lewat koordinasi dengan walikota, gubernur, dan pemerintah pusat.

Walaupun demikian, pemerintah masih melarang penyelenggaraan acara berskala besar dan tetap menutup bar serta klub hiburan malam.

Tidak hanya itu, anak-anak berusia enam sampai 17 tahun hanya dapat ke luar rumah tiga kali dalam satu minggu selama 30 menit, terang Duque. Sementara itu, mereka yang berusia 14 tahun ke bawah harus didampingi oleh satu orang dewasa, yang bukan bagian dari kelompok berisiko, saat hendak ke luar rumah.

Aturan karantina diyakini berdampak parah terhadap kelompok masyarakat miskin dan rentan di Kolombia. Pasalnya, banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan. Sebagian besar masyarakat miskin di Kolombia bekerja di sektor informal.

Akibatnya, banyak warga berunjuk rasa di kawasan pemukiman buruh di Bogota, ibu kota Kolombia.

Pemerintahan Duque telah mengalokasikan miliaran dolar untuk membantu para pekerja miskin dan perusahaan yang terpuruk selama pandemi. Kolombia, negara dengan perekonomian keempat di Amerika Latin, tidak hanya menghadapi pandemi, tetapi juga jatuhnya harga minyak dunia. Setidaknya, ribuan usaha terpaksa tutup selama aturan pembatasan berlaku.

Akibatnya, tingkat pengangguran di kota pun meningkat sampai 13,4 persen pada Maret.

Kementerian keuangan Kolombia pada Senin (4/5) memproyeksikan ekonomi akan melambat sampai 5,5 persen pada tahun ini. Kementerian juga merevisi prakiraan pelambatan dari 1,5 persen jadi dua persen.

Sementara itu, bank sentral memperkirakan perekonomian di Kolombia dapat melambat dua sampai tujuh persen pada tahun ini.

Oleh karena itu, bank sentral memangkas suku bunga utama sebesar 100 basis poin hingga mencapai 3,25% pada pertemuan Maret dan April. Pengurangan itu dilakukan demi meringankan tekanan pada para peminjam.

Bank sentral di Kolombia juga akan memberi suntikan likuiditas senilai 7,5 miliar dolar AS.

Sumber: Reuters

Baca juga: Dokter di Kolombia terusir dari apartemennya karena stigma COVID-19
Baca juga: Dari ketinggian, tentara Kolombia peringatkan warga tetap di rumah