London (ANTARA News) - Harga minyak merosot di bawah 59 dolar AS per barel pada Senin, sekitar 60 persen di bawah rekor tertinggi yang dicapai setahun lalu, karena resesi global menyeret turun permintaan energi, kata para analis.

AFP melaporkan, kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Agustus, turun 1,08 dolar AS menjadi 58,81 dolar AS per barel.

Dalam perdagangan sore di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus menyusut 72 sen menjadi 59,80 dolar AS per barel.

Dalam perdagangan harian pada Jumat, minyak mentah New York telah jatuh menjadi 58,72 dolar AS -- merupakan level terendah sejak 18 Mei.

"Minyak mentah ... mendekati sebuah level terendah delapan pekan di tengah spekulasi resesi global akan memperlemah permintaan untuk bahan bakar minyak dan meningkatkan stok," kata analis BetOnMarkets, David Evans pada Senin.

"Harga jatuh karena kepercayaan konsumen AS turun dan stok bahan bakar minyak di konsumen minyak terbesar itu naik untuk keempat pekan berturut-turut," tambahnya.

Harga minyak telah ditutup di bawah batas psikologis 60 dolar AS di New York pada Jumat, karena pasar menaksir melemahnya permintaan dan deflasi di tengah kecenderungan turun ekonomi global.

Hampir satu tahun lalu, harga minyak telah mencapai rekor puncak di atas 147 dolar AS per barel -- tetapi sejalan dengan jatuhnya ekonomi permintaan energi merosot.

Pada 11 Juli 2008, minyak mentah New York telah meroket ke rekor tertinggi 147,27 dolar AS dan minyak Brent London mencapai puncak historis 147,50 dolar AS di tengah kekhawatiran tentang pasokan.

Namun setelah 12 bulan lalu, harga minyak telah jatuh kembali mencapai 32 dolar AS pada Desember, sebelum naik lagi di tengah harapan pemulihan ekonomi global tentatif.

Pertemuan para pemimpin Kelompok Delapan (G-8) di Italia pekan lalu, sepakat bahwa 70-80 dolar AS adalah sebuah harga yang adil (layak) untuk membayar satu barel minyak, menurut juru bicara wanita untuk Presiden Rusia Dmitry Medvedev.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) -- yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia -- mendesak bahwa 12 negara anggotanya perlu sekurangnya 75 dolar AS per barel untuk menyeimbangkan pembukuan mereka dan memelihara tingkat investasi. (*)